Love From The Sky

"Jadi selama ini Gala sakit? Mengapa Mama sama Papa tidak cerita sama aku?"

Kedua orang tua Sky saling tatap. Mereka mengira Sky tertidur tapi ternyata Sky mendengar semua percakapan mereka.

"Gala punya penyakit jantung bawaan sejak lahir. Penyakit itu memang sudah sembuh tapi suatu waktu bisa kambuh, makanya Papa selalu melarang Gala untuk ikut berenang sama kamu. Papa terlalu protektif sama Gala karena Papa takut sakit Gala kambuh lagi. Dan, penyebab utama Gala meninggal kemarin karena gagal jantung. Dia mengalami ketakutan dan terkejut yang berlebih, hal itu sangat terlihat dari video rekaman itu."

Satu kenyataan yang sangat menyayat hati Sky. Selama 18 tahun dia hidup bersama Gala, dia sama sekali tidak tahu tentang penyakit Gala. Mengapa dia tidak pernah menjaga Gala? Dia selalu menganggap semua baik-baik saja, dan Papanya sayang pada Gala karena Gala sangat penurut. Tapi inilah cerita dibalik semua itu. "Maafkan aku. Selama ini aku yang terlalu kekanak-kanakan dan merasa iri sama Gala."

"Ssttt, semua sudah menjadi jalan takdir. Kita semua harus ikhlas dengan kepergian Gala. Setelah ini kamu masih bisa memperbaiki semuanya."

Sky menganggukkan kepalanya. Lalu dia kembali memejamkan matanya karena kini dia merasa mengantuk setelah obatnya mulai bekerja.

"Cepat sembuh Sky. Masih ada hari esok yang jauh lebih baik."

...***...

Sepulang sekolah hari itu, beberapa teman sekolah Shena menjenguk ke rumah sakit. Sebenarnya dia merasa malu dijenguk teman-temannya seperti ini.

"Lo sakit apa sih sampai tiga hari belum keluar dari rumah sakit?" tanya Riska sambil duduk di sebelah brankar Shena.

"Gue keracunan makanan." Shena hanya tersenyum kaku.

Sedangkan Mila hanya cemberut sambil memanyunkan bibirnya. Dia merasa kecewa karena Shena menyembunyikan semua masalah darinya. Padahal mereka sudah bersahabat lama.

"Kapan boleh pulang?" tanya Vicky.

"Mungkin besok udah boleh pulang."

Sedari tadi Mila hanya diam saja sambil memainkan ponselnya.

"Mila?" Shena memanggil Mila karena tak biasanya sahabat yang cerewet itu kini diam seribu bahasa.

Mila akhirnya mendekat pandangan matanya bertemu sesaat dengan Vicky. "Semoga lekas sembuh ya. Sorry gue baru ke sini."

"Iya, gak papa. Lo kenapa diam aja?"

"Nggak papa kok. Gue pulang dulu ya sama teman-teman."

Setelah berpamitan, mereka semua keluar dari ruangan Shena.

"Arnav, antar Ibu dulu ke kantin tadi makanannya belum ditotal semua," kaya Naya.

"Iya." Kemudian Arnav dan Ibunya keluar.

Vicky kini hanya berdua dengan Shena. "Udah enakan?" tanya Vicky. Dia kini duduk di dekat Shena.

Shena menganggukkan kepalanya. "Teman-teman gak ada yang tahu kan kalau sebenarnya aku..."

Vicky menggelengkan kepalanya, "Nggak ada." Satu tangan Vicky kini menyelipkan rambut Shena di telinganya. "Kamu jangan sedih lagi ya."

Shena menganggukkan kepalanya. "Tapi tetap aja, Kak. Semua gak akan bisa kembali seperti semula."

"Ssttt, jangan bilang seperti itu. Ini bukan mau kamu. Shena, apapun yang terjadi aku tetap sayang sama kamu."

"Kak, kita saudara. Aku cuma bisa menganggap Kak Vicky sebagai Kakak aku. Sama kayak Kak Rey juga."

Vicky mengusap pipi Shena sambil tersenyum. "Gak papa. Selama kamu belum ada yang memiliki, aku akan tetap menyimpan perasaan ini."

Beberapa saat kemudian, Mila masuk ke dalam ruangan Shena untuk mengambil ponselnya yang tertinggal. Dia menatap nanar Shena dan Vicky. Jadi seperti ini hubungan mereka.

"Eh, sorry, hp gue ketinggalan." Mila mengambil ponsel yang ada di atas nakas.

"Mila, tunggu dulu. Gue sama Vicky itu..."

"Nggak perlu lo jelasin, karena sekarang gue tahu kalau yang dicintai Vicky itu adalah lo." Mila keluar dari ruangan Shena tanpa peduli panggilan dari Shena lagi.

"Tuh kan Kak, Mila jadi marah sama aku," kata Shena.

"Shena, cinta itu gak bisa dipaksa."

Mila kini berjalan dengan cepat di koridor rumah sakit. Tanpa sengaja dia menabrak seorang pria yang juga berseragam putih abu-abu.

"Sorry, gue gak sengaja," kata Mila tanpa melihat siapa yang dia tabrak.

"Lo Mila kan? Teman Shena?" kata Reynan yang berdiri di sebelah Ferdi.

Ferdi yang tanpa sengaja menabrak Mila, seketika menyunggingkan senyumnya. "Hai, Mila. Apa kabar?"

Mila hanya mengernyitkan dahinya dengan pria yang sok kenal dan sok dekat itu.

"Fer, memang lo kenal sama Mila?" tanya Reynan. Dia saja hanya beberapa kali bertemu Mila saat Mila bermain ke rumah Shena.

"Kan kata lo namanya Mila. Oiya, gue belum kenalkan nama gue. Nama gue Ferdi." Ferdi mengulurkan tangannya pada Mila.

Mila hanya menatap uluran tangan itu. Dia sedang kesal, tidak bisa diajak berkenalan atau bercanda seperti itu.

"Jangan asal ajak kenalan." Reynan menepis tangan Ferdi. "Lo dari jenguk Shena?" tanya Reynan.

"Iya Kak, aku duluan ya Kak." Mila kembali melangkahkan kakinya.

Ferdi masih menatap punggung Mila yang kian menjauh. "Cantik juga anak SMA Negeri 1. Jadi pengen main ke sekolah itu. Bosan sama cewek di sekolah sendiri."

"Iya, cewek di SMA Negeri 1 memang cantik-cantik. Tapi gue yakin yang paling cantik itu sepupu gue."

Seketika Ferdi menepuk bahu Reynan. "Mantan Sky, si Gita itu juga sekolah di sana yang selingkuh sama Arnav."

"Kalau soal itu gue gak tahu." Mereka berdua berjalan menuju ruangan Sky sambil bergosip. Reynan memang tak memihak siapapun. Dia bebas berteman dan mengobrol dengan siapa saja.

"Tapi gue masih penasaran dengan yang namanya Shena. Secantik apa Shena sampai buat Sky sa nge dan langsung gas sampai jadi."

"Huss!" Reynan menjitak kepala Ferdi. "Jangan asal ngomong. Dia itu sepupu gue."

"Iya, iya, jadi lo juga sepupu Arnav?"

"Kenapa? Lo mau musuhi gue juga?"

Ferdi menepuk bahu Reynan. "Tenang Rey, tenang. Kalau gue dan Sky itu gak memusuhi orang yang gak cari masalah sama kita."

Mereka berdua kini masuk ke dalam ruangan Sky. Terlihat Sky sedang duduk sambil bersandar dan baru selesai makan.

"Sky, tiga hari gak bertemu lo keliatan kurus," kata Ferdi.

"Sial lo! Lo tuh jenguk orang gak nanyain keadaannya malah ngatain."

Ida hanya tersenyum melihat mereka. Mungkin saja dengan kedatangan mereka, Sky menjadi terhibur. Kemudian dia duduk menjauh agar tidak mengganggu obrolan mereka.

"Udah enakan?" Reynan berdiri di dekat Sky.

Sky hanya menatap Reynan. Dia juga baru tahu jika Reynan adalah saudara Arnav dan Shena. "Udah lumayan. Gue baru tahu kalau lo sepupuan sama Arnav dan Shena. Lo gak hajar gue juga?"

Reynan hanya tertawa. "Gue beda. Gue masih bisa tahan emosi gue. Gue juga gak asal hajar."

"Thanks lo udah nunjukin kebenarannya, meskipun semua udah terlambat."

"Gak ada kata terlambat. Semangat yok, dapatin hati Shena lagi."

Seketika Sky menatap Reynan. Dia tidak percaya jika Reynan mendukungnya setelah apa yang dilakukannya pada Shena.

.

💕💕💕

.

Like dan komen ya...