Asyifa Nadira harus menerima kenyataan pahit disaat dirinya hamil besar justru ditinggalkan sang suami mengejar wanita lain.
Dengan bekal pendidikannya dia terus berusaha membesarkan sang anak seorang diri dengan menjadi dosen di salah satu kampus terkenal.
Tanpa disangka dirinya terlibat kesalah pahaman dengan seorang mahasiswa yang mengharuskan mereka untuk menikah.
bagaimana perjalanan kisah cinta dua insan beda usia tersebut? ikuti terus ceritaku ya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siska Dewi Annisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22 sisi lain Dion
Syifa menatap dirinya di depan cermin. Pipi kirinya kini mulai menunjukkan warna memar kebiruan. Benar kata Dion jika bangun tidur tubuhnya jadi lebih sakit.
Untung saja semalam pria itu memberikan obat anti nyeri sehingga Syifa tak merasa terlalu sakit.
Namun begitu Syifa harus tetap pergi bekerja. Hari ini dia ada banyak jadwal penting.
Dia pun sudah siap mengenakan setelan formalnya. Mengoleskan make up tipis agar menutup sedikit memar di pipinya.
"Loh, mau kemana?" Dion yang baru saja keluar dari kamar mandi pun terkejut melihat penampilan Syifa.
"Mau ke kampus, hari ini banyak jadwal penting." ujar Syifa.
Dion mengernyitkan keningnya. Kemudian mendekati Syifa dan memeriksa wajahnya.
"Dengan keadaan seperti ini kamu mau nekad pergi ke kampus?"
Tatapan Dion tampak tajam. Bahkan dengan ekspresi datarnya sudah bisa menunjukkan bahwa pria itu tak memperbolehkan dirinya ke kampus. Apalagi saat semalam dia melihat noda darah di jaket Dion semakin membuat nyali Syifa menciut.
"Dion, boleh ya. Aku nggak enak kalau sering bolos." ucap Syifa lirih.
"Tapi kamu masih sakit. Bagaimana bisa nanti berangkatnya?" tanya Dion khawatir.
"Aku akan naik taksi." ujar Syifa.
"Nggak bisa, jangan naik kendaraan umum. Aku antar saja." ujar Dion. Jika sudah begini Syifa tak enak mau menolaknya.
Akhirnya mereka pun bersiap ke kampus setelah sarapan bersama. Hari ini Syifa lebih dulu memasak sebab merasa tak enak jika Dion yang melayaninya terus.
Sudah semestinya Syifa menjalankan perannya sebagai seorang istri. Melayani segala kebutuhan Dion. Meski sebenarnya Dion banyak melakukannya sendiri.
Di dalam mobil Syifa masih diam. Hanya beberapa kali melirik Dion terutama punggung tangannya yang masih tampak kemerahan.
"Nanti aku akan beralasan membantumu. Bilang saja habis jatuh. Tenang saja pernikahan kita tidak akan terbongkar." meski terucap biasa saja namun ada perasaan sakit dalam hati Dion.
Ingin sekali dia menunjukkan bahwa Syifa adalah istrinya namun tampaknya itu bukan hal tepat. Mengingat pekerjaan Syifa yang terbilang jauh lebih unggul dibanding dirinya. Alasan itu pula yang membuat Dion sedikit merasa rendah diri.
Syifa hanya bisa terdiam. Jika di awal keputusannya menyembunyikan pernikahan ini adalah untuk menyelamatkan pekerjaannya namun sisi lain hati Syifa juga menahan rasa tak enak. Bagaimanapun Dion adalah suaminya. Namun statusnya yang masih menjadi mahasiswanya tak ingin membuat pria itu mendapat masalah juga.
"Dion, maaf ya. Mungkin hubungan kita masih dirahasiakan. Aku hanya ingin kamu lulus tanpa masalah. Setidaknya bersabarlah. Tunggu sebentar lagi sampai kamu lulus." ujar Syifa pelan.
Dion hanya menjawabnya dengan senyuman. Namun tiba-tiba saja Syifa mengecup lembut pipi Dion. Tentu saja rasa sedih Dion sedikit terobati.
Saat sampai di parkiran Dion lebih dulu keluar dan membukakan pintu untuk Syifa. Tentu saja hal itu langsung mengundang rasa penasaran banyak orang.
Apalagi disana ada beberapa mahasiswa dan dosen yang baru saja datang. Termasuk Nico dan Alan yang langsung menatap keduanya.
"Bu Syifa ini kunci mobilnya. Saya ke kelas dulu." ujar Dion sembari menyerahkan kunci mobil Syifa.
"Makasih Dion." jawab Syifa.
Keduanya pun berpisah begitu saja seolah tak ada hubungan apapun di antara mereka.
"Bro, lo kok bisa barengan Bu Syifa sih?" Nico yang penasaran langsung menghampiri Dion.
"Dia minta tolong. Kakinya sakit habis jatuh." ujar Dion santai.
Sementara Syifa yang berjalan menuju kantor langsung di hampiri Alan. Pria itu berjalan disamping Syifa yang tampak tertatih.
"Bu Syifa, tumben berangkat dengan Dion?" tanya Alan.
"Oh, iya Pak Alan. Kaki saya sakit habis jatuh jadi minta tolong Dion untuk menyetir." jawab Syifa.
"Bu Syifa jatuh? Lalu bagaimana keadaannya apa parah? Nah, itu sampai wajah Bu Syifa juga memar." seketika Alan jadi panik sendiri.
"Saya baik-baik saja, hanya sedikit luka." ujar Syifa merasa risih sendiri.
"Baiklah, nanti pulang saya antar ya." ucap Alan seketika.
Syifa pun mengernyitkan dahinya. Tentu saja dia langsung menolak.
"Maaf Pak Alan, tapi saya sudah meminta Dion untuk mengantar pulang. Sekalian ada bimbingan." ujar Syifa.
Lagi-lagi Alan mendapatkan penolakan. Dan alasannya adalah Dion. Hal itu membuatnya penasaran tentang hubungan Syifa dan Dion.
"Maaf, sebenarnya hubungan Bu Syifa dengan Dion apa ya? Saya lihat kalian cukup dekat. Tidak mungkin kan ada hubungan spesial di antara anda dengannya."
Syifa tercekat. Namun secepatnya dia harus mengelak. Dia tak ingin Dion mendapatkan masalah. Meski ingin sekali Syifa mengungkap hubungan sebenarnya.
"Kami dekat, ya cukup dekat sebagai dosen dan mahasiswa. Karena anda tahu sendiri Dion harus menjalani bimbingan khusus dengan saya. Jika tidak dekat dia tidak akan mau." Syifa berusaha mencari alasan yang tepat.
"Maaf Pak Alan. Saya harus ke kantor dulu, ada yang harus saya kerjakan. Permisi." cepat-cepat Syifa pergi menghindari Alan.
Alan hanya bisa menatap punggung Syifa yang semakin jauh darinya. Entah kenapa dia selalu tertarik kepada Syifa. Tak dipungkiri bahwa Alan mulai menaruh hati padanya.
Sementara Dion dan Syifa kini sudah mulai terbiasa dengan interaksi masing-masing dengan lawan jenis.
Keduanya paham bahwa mereka juga butuh relasi. Tak ada lagi rasa cemburu berlebihan selama mereka tak melakukan hal-hal yang cukup mengganggu.
Baik Dion maupun Syifa sudah tahu batasan. Bersikap profesional saat diluar. Meski diam-diam mereka saling berbalas pesan romantis layaknya sepasang kekasih pada umumnya.
Namun yang namanya hati tak bisa dibohongi. Meski begitu rasa cemburu itu kadang tetap hadir meski tak membabi buta. Dimana Dion adalah pria yang cukup menonjol di kampus. Kemanapun dia pergi pasti ada saja gadis-gadis yang coba mendekatinya.
"Kok peluknya tambah lama begini." ujar Dion sembari mengusap lembut bahu Syifa.
"nggak boleh ya? Cuma pengen meluk kok." Syifa dan Dion sudah berada di cafe.
Mereka berdua lebih sering menghabiskan waktu bersama di tempat itu sebab di rumah merasa sepi karena Bella yang belum juga pulang.
Dion paham, setiap kali Syifa merasa cemburu maka dia akan bertingkah manja padanya.
"Tadi itu adik tingkat. Nggak tahu namanya juga tiba-tiba menghampiri." ujar Dion yang seolah paham dengan apa yang Syifa pikirkan.
Syifa menegakkan kepalanya. Kemudian menatap Dion dengan lekat.
"Udah tahu, resiko punya suami ganteng ya gini." Syifa mencoba untuk menghibur diri. Sejauh ini sikap Dion kepadanya benar-benar hangat. Meski begitu masih ada pertanyaan dalam hatinya mengenai kejadian semalam. Tentang apa yang dilakukan Dion sampai tangannya kemerahan.
"Dion, ada yang ingin aku tanyakan kepadamu." Syifa mencoba untuk memberanikan diri bertanya.
"Kenapa sayang?" jawab Dion.
"Apa yang kamu lakukan semalam? Kenapa tanganmu merah dan darah di jaketmu?"
Dion terdiam, rupanya Syifa mulai curiga.
"maaf, aku menghajar Rangga. Aku nggak tahan melihat dia mengganggumu. Aku hanya ingin memperingatinya." akhirnya Dion memilih jujur.
Syifa menatap Dion lurus. Dengan ekspresi datar. Tiba-tiba air mata menggenang di netranya dan jatuh begitu saja.
"Kenapa kamu lakukan itu? Bagaimana kalau kamu yang terluka. Dion, please. Jangan gunakan kekerasan lagi." entah kenapa Syifa menjadi sedih dan terisak.
Syifa akui Dion sangatlah berani, dia tak main-main jika menyangkut tentang dirinya juga Bella. Tapi jika sesuatu menimpa Dion maka Syifa akan lebih bersalah lagi.
"Maaf sayang, aku kelepasan. Sebenarnya, aku memiliki masalah dalam mengendalikan emosi. Saat marah aku selalu ingin melukai seseorang, bahkan terkadang diriku sendiri. Sudah dua tahun ini aku menjalani rehabilitasi dan pengobatan. Tapi temperamental ku sulit dikendalikan. Tapi saat bersamamu, aku baru menemukan rasa damai." Dion akhirnya mulai membuka rahasia kelam dirinya. Kebiasaan buruknya yang sering melukai orang lain.
Apakah di season2 Hana akan hamil thor...🤔🤔🤔
Lom lagi lo tau siapa yg udah lo jambak.
Kalok sampek lo tau siapa kakak tuh gadis???
Mampus lo...
Macem"sama keluarga papa Wira...
Ayo Mas Dion,Hamilin tuh bu Dosen /Facepalm//Facepalm/
Cusslah Gasskeun...💪💪💪💪💪
Jangan kasih kendor...
Hajar truss sampai gemporrr...😄😄😄