Istri penurut diabaikan, berubah badas bikin cemburu.
Rayno, pria yang terkenal dingin menikahi gadis yang tak pernah ia cintai. Vexia.
Di balik sikap dinginnya, tersembunyi sumpah lama yang tak pernah ia langgar. Ia hanya akan mencintai gadis yang pernah menyelamatkan hidupnya.
Namun ketika seorang wanita bernama Bilqis mengaku sebagai gadis itu, hati Rayno justru menolak mencintainya.
Sementara Vexia perlahan sadar, cinta yang ia pertahankan mungkin hanyalah luka yang tertunda.
Ia, istri yang dulu lembut dan penurut, kini berubah menjadi wanita Badas. Berani, tajam, dan tak lagi menunduk pada siapa pun.
Entah mengapa, perubahan itu justru membuat Rayno tak bisa berpaling darinya.
Dan saat kebenaran yang mengguncang terungkap, akankah pernikahan mereka tetap bertahan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana 17 Oktober, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
7. Terjebak Masa Lalu
Rayno tetap tenang. Ia tidak melawan, tidak membela diri. Hanya bicara pelan, seperti menjelaskan sesuatu yang sudah lama ia pikirkan.
“Aku hanya ingin memastikan. Jika kami berpisah nanti, status Vexia tetap lajang di KTP-nya. Tak ada beban hukum. Tak ada aib. Kami buat perjanjian tertulis. Hitam di atas putih, tentang hak dan kewajiban masing-masing. Dengan materai resmi. Jadi... semuanya jelas. Jika suatu saat harus berpisah, aku akan tetap memberikan aset dan uang sesuai kesepakatan. Aku tidak ingin Vexia dirugikan.”
Suasana menjadi kaku.
Vexia menatapnya bingung, sedikit terluka, tapi juga penasaran.
"Kenapa dia bicara seolah kami pasti berpisah?"
Sementara di dalam diri Rayno, ada perang diam yang tak terlihat siapa pun.
Ia menatap cangkir teh di depannya, menghindari tatapan semua orang.
"Maafkan aku," batinnya."Aku hanya akan mencintai satu orang seumur hidupku. Gadis yang menyelamatkan nyawaku. Bukan kau, Vexia... seberapa pun lembutnya matamu melihatku malam ini."
Suasana ruang tamu keluarga Mandala malam itu terasa berat.
Lampu gantung menerangi wajah-wajah yang diliputi kebisuan panjang. Hanya suara detik jam di dinding yang terdengar jelas, seperti menghitung waktu menuju keputusan penting.
Rayno duduk tegak, dengan tatapan mantap yang berusaha menyembunyikan kegelisahan di baliknya. Di hadapannya, ayah dan ibunya saling pandang, menimbang kata-kata yang baru saja diucapkannya. Gumilang menatapnya tajam seolah ingin menembus pikirannya.
“Aku tidak ingin menyalahi janji yang dibuat kakek,” ucap Rayno dengan nada rendah tapi tegas. “Tapi aku juga tidak mau menikah hanya karena perjanjian, tanpa kepastian kami bisa bahagia.”
Ruangan kembali hening.
Hanya terdengar napas pelan Kahyang yang menahan gugup dan tatapan Mandala yang tak bisa menutupi keterkejutannya.
“Rayno…” Kahyang memanggil dengan suara lembut, “Kau yakin dengan keputusan itu?”
Rayno mengangguk mantap. “Yakin, Ma. Aku ingin tetap menghormati janji Kakek, tapi dengan batas yang jelas.”
Gumilang masih menatap tajam ke arah Rayno. Wajahnya menegang. “Kau tahu, permintaanmu ini tidak biasa. Tapi… masuk akal.”
Gumilang beralih menatap Vexia, tatapannya berubah lembut. “Vexia, Nak… ini hidupmu. Bukan hanya soal janji Kakek. Kau yang akan menjalaninya. Kakek tidak akan menuntutmu kalau kau sendiri tidak ingin.”
Matanya memerah, bergetar saat menatap mata cucunya yang terlihat bingung.
“Kalau kau merasa siap, kami tak akan melarang. Tapi kalau kau tidak mau… Kakek akan jadi orang pertama yang menolak lamaran ini.”
Vexia mengangkat wajahnya perlahan. Pandangan matanya menenangkan, namun bibirnya bergetar sedikit saat bicara.
“Aku… tidak ingin membuat siapa pun kehilangan muka. Kalau ini cara paling terhormat untuk menepati janji keluarga, aku setuju,” katanya lirih.
Ia menatap Rayno. “Tapi aku minta satu hal, Kak.”
“Ya?”
“Jangan mencintai setengah hati hanya karena janji. Kalau memang kau yakin kita takkan bisa bersama selamanya, aku takkan memohon agar kau berubah." Ia menghela napas pelan. "Dan...Kalau nanti kita bercerai, jangan menyesali keputusan hari ini. Karena aku akan benar-benar pergi. Tak akan menoleh lagi.”
Seketika udara di ruangan itu terasa membeku.
Rayno menatapnya lama.
Mata mereka saling bertemu, seperti dua orang yang terikat oleh sesuatu yang tak sepenuhnya mereka pahami.
Rayno menunduk sejenak, menahan sesuatu di dadanya yang entah apa namanya. Antara lega dan sesak.
Perlahan ia mengangkat wajahnya menatap Vexia. “Aku janji,” jawabnya pelan. “Aku takkan menyesal dengan keputusan ini.”
Namun dalam hati kecilnya, ia tidak tahu, apa benar suatu hari nanti, ia tak akan menyesal. Karena tak ada yang tahu takdir yang telah ditetapkan Tuhan untuk hambanya.
Hanya saja, takdir belum dibuka malam itu.
Gumilang menepuk bahu cucunya perlahan. “Kalau begitu, biarlah ini menjadi keputusan bersama. Pernikahan siri, tapi terhormat. Dua keluarga besar tetap bersatu tanpa memaksa cinta.”
Mandala menghela napas berat tapi akhirnya mengangguk.
“Baiklah. Kalau ini yang kalian mau… Papa mendukung. Tapi ingat, keputusan ini bukan permainan.”
***
Setelah Gumilang dan Vexia pulang, Mandala dan Kahyang masuk ke kamar mereka. Mandala berjalan menuju balkon diikuti sang istri.
Ia bersandar di kursi rotan ayun bersama Kahyang, pandangannya menerawang ke langit malam.
“Aku sebenarnya senang dengan perjodohan ini,” ujarnya lirih, suaranya tenang namun sarat makna. “Selama ini Rayno selalu menutup hati. Tapi lewat perjodohan ini, ia tak punya alasan untuk menolak, karena sudah berjanji sebelum kakeknya meninggal.”
Ia menarik napas pelan sebelum melanjutkan, “Apalagi setelah melihat Vexia dan caranya bersikap… aku benar-benar berharap, dia bisa menjadi pasangan Rayno satu-satunya.”
Ia berhenti sejenak, lalu menatap bulan yang menggantung bulat sempurna.
“Entah kenapa, firasatku bilang… gadis itu cocok untuk putra kita.”
Kahyang tersenyum kecil, menatap suaminya sebelum ikut memandang ke langit.
“Jujur, aku juga langsung suka saat pertama kali melihat Xia,” katanya lembut. “Dia tampil apa adanya, tanpa polesan, tapi tetap memancarkan pesona yang aneh. Bukan dari wajahnya, tapi dari caranya berdiri, dari caranya menatap.”
Ia terkekeh pelan.
“Dia imut, bahkan menggemaskan. Tapi kalau diperhatikan, ada sesuatu di matanya. Keberanian, keteguhan. Seolah dia tahu betul siapa dirinya dan tak peduli apa kata dunia.”
Mandala mengangguk pelan, senyum tipis tergambar di wajahnya.
“Ya… aku juga merasakan hal yang sama. Tapi Rayno—” ia menghela napas, menatap jauh ke taman yang mulai diselimuti embun, “—anak itu masih terjebak dalam bayangan masa lalu. Mencari gadis yang menyelamatkannya waktu itu. Dan menutup hatinya untuk siapa pun selain gadis itu.”
Kahyang menatap suaminya dengan lembut, kemudian menunduk sambil tersenyum samar.
“Kita lihat saja nanti,” bisiknya. “Aku penasaran… seberapa lama tembok yang dia bangun bisa bertahan di hadapan gadis seperti Vexia.”
Cahaya bulan jatuh di wajah mereka berdua, menghadirkan keheningan yang hangat. Campuran antara harapan dan kekhawatiran.
Di kamar Rayno, suasananya berbeda.
Pemuda itu duduk di tepi ranjang, lampu kamar hanya menyala redup. Di tangannya, seutas gelang tali berbandul giok hijau berbentuk sayap burung kecil tampak berkilau tertimpa cahaya malam.
Ia menatap benda itu lama, matanya memantulkan kenangan
💫 Malam itu, sembilan tahun silam.
Udara dingin merayap di antara pepohonan hutan perkemahan. Di kejauhan, nyala api unggun tampak redup, seperti bintang yang hampir padam. Di sekitarnya, para siswa SMA bernyanyi riang, menertawakan lelucon ringan di bawah cahaya api yang berkerlap-kerlip.
Beberapa gadis sengaja mendekat, pura-pura meminta kayu tambahan hanya untuk menarik perhatian Rayno.
Rayno yang jengah, bangkit berdiri dengan alasan klise.
“Mau ke belakang sebentar,” katanya singkat, meninggalkan lingkaran api unggun yang semakin ramai.
Begitu jauh dari keramaian, langkahnya melambat. Ia menarik napas panjang, menatap langit yang diselimuti kabut tipis.
“Mereka mendekat hanya karena tahu latar belakang keluargaku,” gumamnya, getir. “Kalau aku bukan siapa-siapa, aku tak yakin mereka akan menoleh padaku.”
Tanpa sadar, kakinya menapak lebih dalam ke arah hutan. Daun kering berderak di bawah sepatu. Angin berdesir pelan, membawa aroma tanah basah.
Lalu—
KRUK!
Tanah di bawah kakinya tiba-tiba amblas.
“Akh—!”
Tubuhnya terperosok ke lereng curam. Ia nyaris terguling, tapi beruntung satu tangan berhasil mencengkeram akar pohon yang menjulur dari tebing. Akar itu berderit keras, nyaris putus.
“Tolooong!” teriaknya, suaranya menggema di antara pepohonan. Jantungnya berpacu liar, keringat dingin mengalir di pelipis.
Detik-detik yang terasa seperti seabad berlalu—
Sampai terdengar langkah kecil tergesa dari atas sana.
“Hei! Pegang kuat-kuat!” seru suara gadis dari balik semak.
Rayno mendongak. Di antara dedaunan dan cahaya bulan yang temaram, ia hanya melihat siluet kecil. Seorang gadis remaja memakai kaos dan celana jeans, rambutnya terurai berantakan. Ia merunduk, satu tangannya melilit batang pohon, tangan satunya terulur ke bawah.
“Aku nggak kuat!” seru Rayno panik, suaranya pecah di udara.
“Jangan lepas!” balas gadis itu cepat. “Aku bantu! Pegang tanganku!”
...🌸❤️🌸...
.
To be continued
asisten keren👍😂😂
Vega masih cari gara-gara maunya - dasar muka badak hati culas.
Nah..nah...nah...Rayno ke club yang sama dengan istrinya 😄.
Dani kaget wooooy.
Yovie teman Rayno ternyata tahu juga tentang masa lalu Rayno.
Masih mengharap gadis di masa lalunya - tapi pikiran dan hati tak bisa dipungkiri - Vexia menari-nari dibenaknya. Dasar Rayno o'on 🤭😄
Nah lo istri pergi gak pamit - rasain Rayno.
Sampai sepuluh kali Rayno menghubungi istrinya baru diangkat.
Dani jiwa kepo-nya kambuh lagi - tertarik melihat Vexia di tempat hiburan malam.
Vexia pergi mentraktir karyawan satu divisi di tempat hiburan malam paling mewah di kotanya.
Nova ikut ya - tak tahu malu ini orang - suka sirik terhadap Vexia - ee ikut bergabung. Ngomong gak enak di dengar pula.
Vexia hafal berbagai macam minuman - Vega semakin menjadi siriknya.
Jangan-jangan Rayno juga ke tempat yang sama dengan Vexia.
kira2 apa mereka saling menyapa pas ketemu.atau pura2 gak liat..harus banget nunggu ya thor...gak bisa sekarang aja apa? baiklah bakalan sabar menunggu, tapi gpl lho
hayo siapa tuh yang panggil vexia rayno atau cowok lainnya
Apa Vexia akan dikasih hukuman oleh Rayno atw malah Rayno yang dihukum Vexia dengan tidak disapa & tidak kenal yang namanya Rayno alias dicuekin 😛