Di hari pernikahan Kakaknya, seorang gadis terpaksa menggantikan sang kakak menjadi pengantin wanita. Ia didesak oleh kedua orang tuanya karena sang kakak lari di hari pernikahan.
Kehidupan baru dimulai bagi seorang gadis yang masih duduk di bangku SMA sebagai seorang istri yang tak diinginkan. Ia terpaksa menjadi istri seorang guru yang juga mengajar di sekolahnya.
Aku melakukan semua ini demi menutupi rasa malu kedua orang tuaku. (Putri Anastasya)
Jangan pernah berharap aku memperlakukanmu sebagai seorang istri. Karena aku hanya menganggapmu sebagai muridku. (Rama Airlangga)
"Ingat, Putri! Mungkin di rumah, kita adalah suami istri. Tapi tidak di sekolah, kamu tetap saja muridku dan aku adalah gurumu. Jangan sampai ada yang tahu jika kita sudah menikah, mengerti!"
Bagaimana kisah rumah tangga mereka? Akankah cinta bersemi di antara guru dan siswa itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LichaLika, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menikah Dadakan
Rama menjelaskan kepada kepala sekolah kenapa dirinya dan Putri bisa menikah dadakan, beruntung kepala sekolah bisa memahaminya dan memaafkan kesalah pahaman ini.
Setelah Rama menjelaskan semuanya kepada pak kepala sekolah. Akhirnya, pak kepala sekolah mengerti situasinya kenapa akhirnya Putri harus menikahi Rama. Pak kepala sekolah kemudian menjelaskan kepada Bu Andin tentang sebuah kenyataan yang akan mengejutkan semuanya. Dan tentunya kejadian ini sangat langka terjadi dan memang tidak sepatutnya untuk ditiru. Tapi, karena sebuah keadaan yang mengharuskan mereka untuk menikah. Terpaksa keduanya memang harus menikah meskipun harus dirahasiakan. Mengingat, Putri masih belum lulus sekolah.
"Begini Bu Andin dan semua bapak ibu guru, setelah saya melihat, mendengar dan membaca bukti yang sudah ditunjukkan oleh Pak Rama yaitu berupa foto surat pernikahan yang Pak Rama berikan kepada saya. Jika sebenarnya mereka berdua sudah sah menikah," ucap pak kepala sekolah yang sontak membuat Bu Andin dan semua guru terkejut. Lebih-lebih Bu Andin yang terlihat seperti terserang asma mendadak.
"Apa? Mereka sudah menikah? Tapi Pak kepala sekolah, ini tidak mungkin. Usia Putri masih sangat kecil untuk menikah, Pak. Jadi pernikahan itu tidak mungkin sah!" protes Bu Andin.
Kepala sekolah pun tersenyum. "Iya, saya faham maksud Bu Andin. Jika kita telaah, usia Putri terbilang sudah remaja bukan anak-anak. Karena Putri sudah menginjak 18 tahun. Dan menurut agama, Putri juga sudah baligh dan bisa dinikah. Jadi, menurut saya wajar saja jika gadis seusia Putri sudah bisa menikah. Bahkan dulu, orang tua kita ada yang menikah di bawah usia 18 tahun. Kenapa jadi persoalan, karena Putri masih berstatus sebagai seorang siswi dan hukum perundangan yang membatasi usia pernikahan bagi wanita adalah 19 tahun. Saya juga tidak membenarkan pernikahan mereka dan saya juga tidak menyalahkan keputusan kedua pihak keluarga untuk menikahkan pak Rama dan Putri, jadi kita tidak bisa mengeluarkan Putri begitu saja dari sekolah ini. Apalagi, sebentar lagi kelulusan. Hanya saja saya minta kepada Putri sebaiknya home schooling saja, karena kita juga tidak ingin persoalan ini menjadi polemik karena rahasia pernikahan kalian sudah terungkap," ungkap pak kepala sekolah panjang lebar yang pada akhirnya tidak akan mempermasalahkan pernikahan rahasia Putri dan Rama.
Dengan begitu, Putri bisa belajar di rumah untuk sementara waktu untuk mengendalikan keadaan, karena bagaimanapun juga pernikahan mereka berada di dalam lingkungan sekolah formal yang tidak mengizinkan siswanya untuk menikah selama menjadi siswa di sekolah itu.
Bu Andin masih saja tidak terima dengan kenyataan ini. Antara malu dan kecewa, malu karena tuduhannya itu tidak benar dan kecewa karena Rama ternyata sudah menjadi suami muridnya sendiri.
Bu Andin menundukkan wajahnya karena sangat malu.
"Saya sebagai kepala sekolah sangat menyadari dan memaklumi dengan apa yang terjadi kepada Pak Rama dan Putri. Sebenarnya ini juga bukan kemauan mereka untuk menikah. Karena keadaan yang memaksa dan kedua orang tua juga sudah menyetujui hubungan mereka. Jadi, pernikahan itu harus terjadi," sambung kepala sekolah.
Akhirnya, karena tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Bu Andin pun segera keluar dari ruangan kepala sekolah.
"Permisi saya mau keluar, terima kasih banyak Pak kepala sekolah," pamit Bu Andin sembari meninggalkan ruangan tersebut. Sementara itu Putri terlihat masih tegang dan gugup. Ia benar-benar sangat takut jika saja dirinya dikeluarkan dari sekolah.
Semua dewan guru pun mengucapkan selamat kepada Rama atas pernikahannya dengan Putri.
"Selamat Pak Rama! Saya tidak menyangka jika kalian sudah menikah. Ini benar-benar kejutan, padahal kalian berdua selalu saja bersitegang," ucap pak Budi, guru biologi.
"Ah terima kasih banyak Pak Budi. Iya, kami memang selalu begitu. Tapi percayalah, di rumah kita tidak seperti itu." Rama menjawab sambil tersenyum kecil. Sedangkan Putri tampak malu-malu.
"Selamat ya Putri! Maaf Bapak tidak bisa kasih kado untuk kalian, Bapak cuma bisa berdoa supaya pernikahan kalian bahagia dan sakinah mawadah warahmah," ucap pak Budi kepada Putri, siswa yang paling pintar pelajaran biologi itu.
"Terima kasih banyak Pak, saya tidak masalah bapak tidak memberikan kado. Yang terpenting adalah doa Bapak." Putri tampak malu-malu sambil bersembunyi di balik lengan suaminya.
Pak Budi tertawa kecil dan membalas ucapan Putri. "Iya, tentu saja. Bapak akan selalu mendoakan agar kalian secepatnya bisa segera mendapatkan momongan. Bukan begitu Pak Rama!" sahut pak Budi yang diiringi oleh tawa beberapa guru lainnya.
Rama pun tampak tersenyum malu dan sesekali menggelengkan kepalanya. "Ah pak Budi bisa saja, istri saya masih kecil, Pak. Masa bocah gendong bocah sih!" sahut Rama yang seketika membuat Putri mencubit pinggang suaminya.
"Awww ... sakit!!" pekik Rama ketika cubitan itu terasa kecil dan menyakitkan.
"Ya ya, Putri memang masih kecil. Tapi, dia ini murid saya yang paling pintar di pelajaran biologi. Sepertinya pak Rama tidak perlu khawatir soal pengetahuan Putri di bidang yang satu itu. Dia pasti tahu kapan waktunya dia ingin mengandung, bukan begitu Putri!" seru pak Budi sambil tersenyum.
Putri pun semakin malu dan sesekali melirik ke arah sang suami. "Hmm ... doain saja, Pak. Semoga saya tidak hamil dalam waktu dekat. Karena pak Rama ini sangat nakal sekali," ucap Putri dengan segala kepolosannya.
Terdengar gelak tawa dari para guru yang mengucapkan selamat kepada Rama dan Putri. Sedangkan di sisi lain, Bu Andin kembali ke ruangan BP dengan wajah kesal dan emosi.
"Sialan! Kenapa bisa seperti ini sih! Tapi, jika Pak Rama dan Putri menikah. Lalu, bagaimana dengan kakaknya Putri, Dinda. Kemana dia?" pikir Bu Andin.
Karena setahu Bu Andin. Rama dan Dinda sudah berpacaran cukup lama. Dan Rama adalah tipe pria yang setia, terbukti bagaimanapun Bu Andin mencoba merayu dan mendekati Rama, nyatanya tetap saja Rama tidak pernah memperdulikan Bu Andin yang notabenenya dia adalah teman kuliah dan juga teman seprofesi.
"Pak Rama sangat mencintai Dinda. Aku tahu betul bagaimana mereka berdua. Tapi, bagaimana bisa sekarang Pak Rama sedekat itu dengan Putri, meskipun itu cuma pernikahan dadakan dan tidak ada cinta. Jadi memang benar jika si Putri ini merebut pak Rama dari kakak kandungnya sendiri. Pasti itu!" ucap Bu Andin yang kian benci dengan Putri.
Sementara di tempat lain. Di sebuah rumah sakit. Ada seorang pasien wanita yang sedang terbaring dengan berbagai alat medis. Wanita itu baru saja mengalami kecelakaan dan Ia mengalami luka cukup serius di kepalanya.
"Bagaimana? Apa keluarganya sudah dihubungi?" tanya seorang dokter yang menangani wanita yang masih terbilang muda itu.
"Sudah, Dok!" balas seorang perawat.
"Semoga saja keluarganya segera datang. Kasihan sekali gadis itu, semoga saja ia segera sadar!" sang dokter berkata sembari menatap wajah gadis itu yang terbaring lemas di atas tempat tidur.
BERSAMBUNG