Nabila Putri, seorang gadis yatim piatu yang merantau ke kota untuk melanjutkan hidupnya. Dan dia bertemu dengan seorang pengusaha muda yang bernama Aditya Laksmana. mereka jatuh cinta dan menjalin hubungan,tapi sayangnya hubungan itu ditentang keras oleh ibunya Aditya.
Akankah mereka bersatu????
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yeniiyan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22 Pertemuan
Nabila memulai hari barunya dengan lebih semangat, dia sadar kalau sekarang dia harus bangkit dan meneruskan hidupnya.
Nabila bertekad akan melupakan Aditya dan tidak ingin lagi berhubungan dengan Aditya. Nabila ingin hidup normal dengan pasangan yang sederhana dan mau menerimanya apa adanya.
Tapi yang namanya takdir mana kita tau. Hanya Tuhan yang bisa menentukan kehidupan yang mana yang baik untuk umatNya.
Pagi ini Nabila sudah mulai bekerja di kafe, dia membersihkan kafe bersama Lina dan Doris, sedangkan Yudi dan Rani menyiapkan bahan-bahan makanan. Karena Ani sudah masuk kerja lagi, jadi Rani resmi menjadi koki untuk menggantikan koki sebelumnya.
Setelah semuanya siap, kafe segera di buka karena waktu sudah menunjukkan pukul 9 pagi.
"Ani, kalau kamu belum sehat betul, kamu ngerjain yang ringan-ringan aja ya," ucap Doris.
"Aku sudah sembuh kok, kalian nggak usah khawatir," ucap Ani. Sedangkan Nabila hanya senyum-senyum sendiri melihat keakraban mereka.
"Kenapa kamu senyum-senyum begitu? jangan bilang kamu naksir sama Doris" ucap Lina sambil menyenggol lengan Nabila.
"Eh nggak kok, aku cuma senang saja melihat keakraban kalian. Tidak seperti di tempat kerjaku sebelumnya."
"Oh, kirain. Emang tempat kerja kamu sebelumnya kenapa?" tanya Doris.
"Yang jelas mereka tidak sebaik kalian, sudah lah nggak usah dibahas. Itu ada pelanggan datang," lalu Nabila segera ke depan untuk melayani pelanggan.
Sedangkan yang lainnya masih terdiam.
"Kasian ya dia, pantas saja dia terlihat murung dari kemarin," ucap Doris.
"Mungkin dia tertekan di tempat kerja sebelumnya" ucap Ani.
"Kalian kenapa masih diam disini? Ayo kerja, ini pesanannya Rani," ucap Nabila.
"Oh iya, akan aku siapkan," jawab Rani gelagapan.
Lalu mereka sibuk dengan pekerjaan masing-masing, karena kafe mulai rame saat hari beranjak siang.
***
"Sayang, hari ini bisa nggak antar aku ke bandara untuk jemput kak Aldi?" ucap Nuri yang sedang bicara dengan Doni lewat telepon.
"Jam berapa Sayang?" tanya Doni.
"Sekitar jam 1 siang."
"Oke, aku usahain ya Sayang!"
"Ya udah, tapi kalau kamu nggak bisa cepat kasih kabar ya."
"Iya, aku usahain bisa kok."
Lalu Nuri melanjutkan pekerjaannya. Saat ini Nuri sedang menjalankan usahanya sendiri, dia mempunyai butik yang cukup dikenal di kota ini, meskipun belum terlalu terkenal tapi omsetnya sudah lumayan untuk kelas anak muda seperti Nuri yang baru berusia 20 tahun.
Selain punya usaha Nuri juga kuliah di jurusan yang sama dengan usaha yang dia rintis.
Saat jam menunjukkan pukul 12.30 Doni sudah berada di butik Nuri, sebelum ke bandara Doni ingin makan siang dulu dengan kekasihnya itu. Doni sengaja membawa makanan dari luar, karena dia sudah hafal dengan sifat Nuri yang bila sudah bekerja pasti lupa waktu.
"Sayang, makan siang dulu yuk," ucap Doni.
"Bentar ya, sedikit lagi."
"Makan dulu, ini sudah siang loh. Kan bentar lagi mau jemput Aldi."
"Oh iya, aku lupa."
"Kamu ini gimana sih Yang, coba kalau aku lupa, pasti nggak ada yang jemput Aldi."
"Ya udah ayo kita makan dulu."
Setelah makan, mereka bergegas ke bandara. Nuri dan Doni menunggu selama 15 menit, baru orang yang ditunggu-tunggu muncul dari kerumunan penumpang yang baru saja keluar.
"Kak Aldi!" Nuri langsung memeluk kakaknya itu, mereka sudah 2 tahun tidak bertemu.
"Hai bro, apa kabar?" ucap Doni sambil menjabat tangan sahabatnya itu, yang juga kakak dari kekasihnya.
"Aku baik, bagaimana denganmu? Apakah adikku yang bawel ini selalu menyusahkan mu?" tanya Aldi.
"Ih, Kakak apaan sih, baru ketemu aja udah ngejek aku," ucap Nuri sambil memanyunkan bibirnya.
"Nggak kok, kamu nggak usah khawatir. Ya udah kita langsung pulang atau kemana dulu?" ucap Doni.
"Emang kamu nggak kerja?" tanya Aldi, sambil mereka berjalan menuju mobil.
"Kebetulan nggak ada pekerjaan yang mendesak, jadi Ake free," jawab Doni.
"Gimana kalau kita ke kafe kak Meta aja, dari kemarin dia nanyain kak Aldi kapan pulang! Sekalian aku mau ketemu Nabila."
"Oke, kita ke sana dulu."
Lalu Doni melajukan mobilnya ke kafe Meta, yang kebetulan tidak terlalu jauh dari bandara.
Setelah sampai, ketiganya turun. Nuri sengaja tidak memberitahu kalau Aldi sudah pulang, biar surprise gitu Katanya.
Saat memasuki kafe mereka di sambut oleh Doris.
"Hai Abang tampan, lama tak jumpa sekarang tambah tampan saja," ucap Doris menggoda Aldi.
"Iya, tapi kenapa kamu juga tambah eror begitu?" ucap Aldi sinis.
"Ih, percuma tampan kalau mulutnya pedes, pantes nggak laku-laku," cibir Doris.
"Heh, ngomong apa kamu?"
"Ada apa ini ribut-ribut?" tanya Meta yang baru saja datang dari luar.
"Aldi, kapan kamu pulang? Kenapa nggak kasih kabar sih. Nuri juga kenapa nggak bilang-bilang?" ucap Meta sambil memeluk Aldi.
"Kan biar surprise Kak," ucap Nuri nyengir.
"Kamu apa kabar?" tanya Aldi.
"Aku baik, kalau kamu gimana, udah dapat jodoh?" tanya Meta.
"Gimana mau dapat jodoh kalau juteknya minta ampun?" ucap Doris sambil ngeloyor pergi.
"Doris!" teriak Aldi.
"Apa?" jawab Doris.
"Udah udah, kenapa kalian nggak pernah akur sih? Ayo duduk dulu," tegur Meta.
"Oh iya Kak, Nabila dimana? Apa hari ini sudah mulai bekerja?" tanya Nuri.
"Sudah, bahkan kata anak-anak kemarin malam Nabila udah bantu-bantu," jawab Meta.
"Gimana kerjaannya, bagus nggak?"
"Bagus, kata anak-anak dia cekatan, jadi nggak perlu diajarkan lagi."
"Syukurlah kalau begitu, kan aku ikut tanggung jawab karena aku yang bawa dia kesini."
"Tidak perlu khawatir, oh iya kalian mau minum apa makan?" tanya Meta sambil memberi kode pada para pegawainya.
"Iya Mbak, mau pesan apa?" tanya Nabila lembut, membuat Aldi langsung melihat kearah Nabila. "Eh, ada Mbak Nuri juga."
"Panggil Nuri aja, gimana kerja disini? Betah nggak?"
"Alhamdulillah Mbak, eh Nuri. Terimakasih ya atas bantuan kamu kemarin. Sekarang mau pesan apa?"
Lalu setelah mencatat pesanan mereka Nabila segera pergi.
"Woi, biasa aja kali lihatnya," ucap Doni mengagetkan Aldi.
"Apaan sih, berisik banget," ucap Aldi.
"Kenapa? Kamu tertarik sama Nabila?" tanya Meta
"Nggak," jawab Aldi cuek.
"Kalaupun tertarik juga nggak apa-apa kok. Kayaknya Nabila itu baik, sederhana, dan nggak banyak gaya," ucap Nuri.
"Apaan sih, pada nggak jelas," gerutu Aldi.
"Kamu yang nggak jelas, udah jelas-jelas tadi lihatin Nabila sampai segitunya," ucap Doni.
"Aku juga lihat loh tadi ada yang terpana pada pandangan pertama," goda Meta.
"Apaan sih, udah aku mau ke toilet dulu," ucap Aldi langsung beranjak dari tempat duduknya.
"Cie ada yang salting," goda Nuri.
Tak lama Nabila datang dengan membawa pesanan mereka.
"Silahkan dinikmati," ucap Nabila ramah.
"Makasih ya Nabila," ucap Nuri.
Setelah selesai menata pesanan di meja, saat akan berbalik Nabila hampir saja bertabrakan dengan Aldi.
"Akh, mmm maaf mas," Nabila terkejut tiba-tiba pria jangkung itu sudah ada dibelakangnya.
"Ehm, iya nggak apa-apa," lalu dengan jaimnya Aldi duduk di tempat semula.
"Kenapa nggak di tabrak aja tadi, terus kamu peluk biar nggak jatuh, kayak di film romantis gitu," goda Doni, sementara Nuri dan Meta hanya cekikikan.
"Kebanyakan nonton film otakmu jadi sedikit konslet rupanya," ucap Aldi.
Lalu mereka semua tertawa ngakak melihat Aldi yang salah tingkah. Tanpa sepengetahuan mereka Aldi curi-curi pandan pada Nabila yang sedang melayani pelanggan.
"Siapa dia? Kenapa wajahnya tidak asing?" ucap Aldi dalam hati.