NovelToon NovelToon
My Cold Husband

My Cold Husband

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama
Popularitas:410k
Nilai: 5
Nama Author: Yuli Fitria

Sebuah rasa yang sudah ada sejak lama. Yang menjadikan rasa itu kini ada di dalam satu ikatan. Ikatan sah pernikahan. Namun sayang, entah apa masalahnya, kini, orang yang dulu begitu memperhatikan dirinya malah menjadi jauh dari pandangan nya. Jauh dari hatinya.

Alika Giska Anugrah, wanita cantik berusia 25 tahun, wanita yang mandiri yang sudah memiliki usaha sendiri itu harus mau di jodohkan dengan Malik, anak dari sahabat orangtuanya. Lagipun, Giska pun sudah memiliki rasa yang bisa di sebut cinta. Dari itulah, Giska sangat setuju dan mau untuk menikah dengan Malik.

Tapi, siapa sangka, Malik yang dulu selalu mengalah padanya. Kini, malah berbanding terbalik. Setelah menjadi suami dari Giska, Malik malah jadi orang yang pendiam dan bahkan tak mau menyentuh Giska.

Kira-kira, apakah alasan Malik? Sampai menjadi pria yang dingin dan tak tersentuh?! Yuk baca! 😁

Kisah anak dari Anugrah dan Keanu--> (Ketika Dua Anu Jatuh Cinta)

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yuli Fitria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 22

Pagi ini, Sarah dan Baby Sakhi sudah boleh pulang. Sebelum berangkat ke kedai, Mika memutuskan untuk mengantar Sarah dan Baby Shaki terlebih dulu. Dan begitu sampai, ia langsung pamit. Karena, ia tak bisa meninggalkan kedai lama-lama.

Mika pamit setelah menaruh semua barang-barang Sarah dan Baby Shaki. Namun, ternyata meninggalkan bayi menggemaskan itu sangatlah sulit. Apalagi dalam semalam saja, bayi itu sudah bisa menguasai pikirannya. Membuatnya enggan pergi dari sisinya.

"Dadah, Shaki ... nanti kalau Uncle ada waktu, Uncle main lagi ya," pamitnya pada bayi yang kini tengah tertidur pulas di atas kasurnya.

Sarah tersenyum memperhatikan keduanya. Ah, seandainya saja yang ada di sana adalah ayah dari bayinya, mungkin ia akan bahagia. "Kamu kesiangan, kalau tetap mengajak ngobrol bayi yang tengah tertidur." ujar Sarah memperingatkan Mika.

Padahal, sebenarnya Sarah senang sekali jika Mika tetap di sana. Apalagi ia baru saja melahirkan. Tentunya masih membutuhkan tenaga orang lain. Tidak mungkin bisa untuk segalanya sendirian. Tapi, apalah daya, ia memang hanya sendirian. Bahkan, selama ini tidak ada pria yang masuk, baru kali ini ada yang masuk, yaitu Mika.

Mika tersenyum, lantas mendekat ke arah Sarah yang duduk di kursi kayu yang ada di ruang tamu. "Iya. Kamu benar, saya pulang ya ... jangan sungkan-sungkan hubungi saya, jika perlu bantuan." katanya.

"Apa, tidak akan ada yang marah?" tanya Sarah tak enak.

"Santai, saya masih aman untuk ke manapun," ucap Mika setengah tertawa. "Assalamu'alaikum," sambungnya sembari keluar dari rumah.

Sarah tersenyum lebar, "wa'alaikumsallam," jawabnya pelan.

Rumah kecil dengan satu kamar, satu ruang tamu, satu kamar mandi dan dapur. Tidak ada ruang tengah apalagi ruang makan. Rumah sederhana yang ia dapat dari Malik itu sudah sangat membantunya. Sarah yang kini duduk di kursi ruang tamu lantas beranjak dari duduknya dan berjalan ke arah Shaki di kamar.

Kamar yang bersebelahan dengan ruang tamu itu membuatnya lebih mudah untuk melihat Shaki di kamarnya saat pintunya terbuka. Ia kini sudah duduk di ranjang, menatap wajah bayi mungil yang baru ia lahir kan beberapa jam yang lalu.

"Shaki ... kamu tidak mirip sama Malik sama sekali," ucapnya pelan. "Siapa sebenarnya, ayahmu?" sambungnya dengan hati yang teriris. Kenapa kehidupannya jadi seperti ini? Ia benar-benar tal mengerti. Takdir apa yang Tuhan garis kan, sampai ia harus mengalami kesialan seperti ini. Hamil entah dengan siapa, dan terjebak dengan Malik. Satu yang ia tahu, seseorang itu pasti mempunyai dendam tersendiri padanya dan juga Malik. Tapi, siapa? Otaknya buntu, tidak bisa mengarah ke siapapun.

..._-_-_-_-_...

Giska pulang ke rumah bundanya, ia tengah rindu dengan kamarnya. Lagi, Eyang nya tengah ikut ke toko, jadi di rumah besar sang nenek sedang tidak ada orang.

Ia berjalan dengan langkah lambat menuju komplek perumahan Griya Sabrina, ia sedang ingin menikmati suasana Desa, jadi ia sengaja berjalan kaki. Padahal jaraknya lumayan membuat kaki pegal-pegal. Tapi, karena cuaca cerah dan waktu belum terlalu siang jadi tidak membuatnya lelah karena harus terburu-buru.

Sebenarnya Anugrah menyuruhnya untuk menemui sang mama mertua, namun ia takut bertemu dengan Malik. Entahlah sampai kini ia belum siap. Walaupun sebenarnya ia ingin segera bertemu dan mengatakan segala keinginannya.

Langkah yang pelan itu membuat jilbab panjang Giska berkibar, pun dengan ujung gamis yang bergerak seperti ombak. Kelopak matanya sering kali menyipit saat tersenyum, menyapa setiap orang yang ia temui di jalan.

Sampai senyumnya perlahan hilang, saat ia tahu ada seseorang yang tengah menjalankan motor ke arahnya. Ia tahu siapa dia. Dan, karena itu, ia semakin mempercepat langkahnya. Ia baru sampai di pintu komplek dan sudah harus bertemu dengan seseorang yang sangat ingin ia hindari.

Sang pengendara yang tak lain adalah Malik itu lantas memutar balik arah motornya dan mengikuti jalan Giska dengan memelankan laju motornya.

"Gis, aku mau bicara." ujar Malik.

Giska tetap melanjutkan langkah nya yang panjang-panjang. Tak perduli sama sekali dengan Malik. "Tidak enak, jika di lihat seperti ini, Gis. Ini di jalan!" ujar Malik lagi setengah teriak.

Giska menghentikan langkahnya, begitupun Malik yang mengehentikan motornya. "Please, aku ingin bicara serius." katanya.

"Aku, mau ke rumah bunda." kata Giska yang lantas duduk di atas motor. Mendorong agar sang suami duduknya semakin ke depan. Ia tak ingin berpegangan di pinggang suaminya, jadi ia duduk dengan tegak berpegangan pada behel motor.

Begitu sampai di depan rumah sang bunda, Giska langsung turun dan masuk. Membuat Malik terburu-buru turun dan mengikuti langkah Giska. Sebelum mengunci diri di dalam rumah.

"Gis!" panggil Malik dengan mencekal lengan istrinya.

"Duduk, aku ambilkan minum." kata Giska.

Malik mengembuskan napas kasarnya, lantas ia menuruti sang istri untuk duduk di sofa ruang tamu. Malik duduk dengan tidak tenang, bolak-balik ia memanjangkan leher melihat ke arah belakang. Berharap sang istri segera ke ruang tamu.

Ia sedikit lega, saat mendapati Giska datang dengan nampan dan segelas air. Ia menaruh dengan pelan di meja, lalu duduk di sofa paling ujung. Mau bagaimana pun ia tak bisa marah-marah, karena ada Mbak Tirni di belakang.

"Silakan, sampaikan apa yang jadi ingin mu," ucap Giska pelan namun tegas.

"Gis, mama dan papa bilang kamu ingin sesuatu yang tidak bisa aku katakan. Apa benar?" tanya Malik dengan wajah sendu.

Giska mengangguk, "benar. Aku nggak bisa lagi sama kamu. Sebulan ini terasa menyakitkan buat aku." jawab Giska tanpa melihat ke arah sang suami.

Malik memejamkan matanya tak percaya, ia lantas menggeser duduk nya, mencoba menggenggam tangan sang istri tercintanya itu.

"Gis," ucapnya. "Tolong ... kasih aku kesempatan. Aku mau menceritakan segalanya," lanjutnya.

"Kenapa, harus cerita sekarang? Kenapa enggak cerita dari dulu?" tanya Giska dengan mata yang berembun. Ia menoleh menatap netra merah sang suami. Wajah tampan Malik kini sudah tak beraturan. Lebam bekas pu ku lan masih ada. Dan itu membuat Giska merasa kasihan. Ingin rasanya ia mengusap luka itu, mengobati dan memberi perhatian. Tapi, tidak. Luka yang Malik beri untuknya bahkan masih menganga, tidak mudah begitu saja di sembuhkan. Jadi ia tidak perlu menyembuhkan luka suaminya yang jelas-jelas terlihat. Karena, lebih sakit luka hati dari pada luka fisik.

"Karena, aku baru siap sekarang." ujar Malik.

"Setelah ketahuan. Iya?" tanya Giska dengan air mata yang mengalir. "Kalau nggak ketahuan, apa aku akan tetap bersama manusia es, yang tidak berperasaan?" lanjutnya dengan suara yang lirih namun menyakitkan. Menyakiti hatinya dan hati Malik yang mendengarnya.

1
Nurhayati Nia
mampir thorr
Joelie Anasca
Luar biasa
Rosmaliza Malik
takut pulak kalau terserempak dengan giska dan keluarga malik
Rosmaliza Malik
lantaklah mahal ke murah janji dapat selesaikan masalah.
giska boleh nampak effort kamu tu untuk selesaikan masalah
Rosmaliza Malik
jangan sampai alika mati rasa sama kamu Malik.... komunikasi itu penting dalam rumahtangga
Rosmaliza Malik
ingat kan Mika panggil 'lik' tu Malik 🤭😁
Lsari
baik sih baik, tp kok sama istri malah jahat
Mazzahir 9
gak ada lanjutannya thor
Lienda nasution
ini suami kurang ajar namanya tinggalin saja ngapain hidup sama orang yang gak tau kewajiban dan tanggung jawab
Lienda nasution
Lumayan
Lienda nasution
trus Giska gak punya anak kandung gitu
Lienda nasution
alah...Thor kasian Sarah sudah merana di dunia tidak diterima juga di akhirat kasian Sarah yang baik malah hidupnya kok jadi mengenaskan begitu 😔
Lienda nasution
Laras seharusnya dipaksa untuk minta maaf ke Sarah dan serahkan kasusnya ke polisi biar tahu rasa dia
Lienda nasution
bagus itu Giska jangan hub Malik salah dia kenapa berani nikahi kami ee...setelah itu malah cuek sama istri emang gak sakit apa dicueki selama masa perkawinan. biarkan saja di Malik itu biar ngerasain juga dicuekin
Lastri Naila
Luar biasa
Lienda nasution
ah....gak seru lah Thor cepat x si Giska berbaikan dgn si oon Malik itu enak sekali dia bukan sedikit waktu yang diberikannya ke Giska dgn sikap dan gaya yang cuek + dingin pembacanya kecewa Thor ,😜
Lienda nasution
Malik ....Malik ...sewaktu orangnya ada disampingmu tidur kamu gak pernah mau bersuara giliran sudah pergi e....dikejar kejar.....apa sudah Hank kamu Malik gak normal n gak jelas banget termasuk kategori idiot kamu
Lienda nasution
dzalim ini Malik mau untuk sendiri main didua sisi, jika terbukti anakmu dan Sarah terus cerai gitu dan jika tidak terbukti terus pernikahanmu lanjut gitu, memang Giska sebodoh kamu...dasar laki laki plin plan gak bisa dipercaya
Rini Maryani
lanjut reina
Jusmiati
harus Nya cerita klau ada masalah bukan diam.....
nolong orang justru menyusahkan diri sendiri dan menyakiti keluarga.... hedeeee
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!