Rian adalah siswa sekolah menengah atas yang terkenal dengan sebutan "Siswa Kere" karna ia memang siswa miskin no 1 di SMA nya.
Suatu hari, ia menerima Sistem yang membantu meraih puncak kesuksesan nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Quesi_Nue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34 - Kembali Pulang
Berapa No Rekeningmu? Tanya Ayah Liana sambil membuka aplikasi perbankan di handphonenya.
"71xxxxxx pak Atas Nama Rian Anafa" Ucap Rian.
"Baik, sudah" Ucap Stave setelah mentransfer sejumlah Rp.500.000.000.
Ding! [Fitur Info Jumlah Saldo Di Rekening Terbuka]
Ding! [Fitur Transfer Via Sistem Terbuka]
Ding! [Saldo Tersedia : Rp. 554.850.000]
Rian menatap Panel di depannya dan tersenyum senang karena saldonya telah melebihi dari jumlah yang ia bayangkan.
"Baik pak, Terima Kasih atas kepercayaannya kepada saya." Ucap Rian sambil berdiri dan menundukkan kepala.
Stave tertawa "Santai saja rian itu hanya uang kecil" Ucapnya sambil berjalan menuju ke sebelah rian dan menepak bahunya bagai teman saja.
Rian melihat itu tersenyum tipis.
"Liana, ajak pacarmu jalan - jalan, kita sudah selesai bicara" Ucap Ayah Liana berjalan menjauh kembali ke ruang kerjanya.
Liana, yang sejak tadi hanya mendengarkan, kini menatap ayahnya yang kian menjauh dengan mata sedikit melebar. "Ayah..." gumamnya pelan, sedikit tersipu karena cara Stave menyebut Rian sebagai pacarnya.
Rian hanya tersenyum tipis sambil berdiri memandangi Stave yang menjauhi mereka.
Liana akhirnya mendesah kecil dan menarik tangan Rian. "Ayo, kita keluar sebentar."
Rian mengangguk tanpa banyak bicara, dan keduanya meninggalkan ruangan itu.
Di luar, angin sore berembus pelan saat mereka berjalan menyusuri taman kecil di samping Mansion Liana. Suasana cukup tenang, hanya terdengar suara dedaunan yang bergoyang diterpa angin.
"Jadi, kamu benar-benar dipercaya oleh ayahku uang segitu banyak?" tanya Liana, sedikit tidak percaya.
"Iya benar liana, sepertinya begitu," jawab Rian sambil menyimpan ponselnya setelah mengecek saldonya di aplikasi perbankan ke dalam saku.
Liana menatapnya dengan penuh arti. "Kamu mau pakai buat apa rian?"
Rian berpikir sejenak. "Untuk membangun Usaha mungkin restoran atau minimarket begitu." Ucap Rian
Liana mengangguk mengerti
"Rian, kamu mau langsung pulang apa bagaimana? Tanya lagi oleh Liana.
Rian memikirkannya jika ia berlama - lama disini ibunya pasti akan khawatir kenapa tiba-tiba ada di kota seberang yang jauh.
Jadi Rian memutuskan untuk pulang.
"Liana, aku ingin pulang ke kota Adana, ada jasa antar ke sana gak?" Ucap Rian.
Liana memikirkan sebentar "Ada, supir travel sih tapi besok pagi ia baru mulai ngangkut penumpang" Ucapnya
"Aku antar aja deh rian, sekalian ngajarin kamu bisnis - bisnis jualan pakaian" Lanjut Liana.
Rian menolak "Gak usahlah deh, gak enak ngerepotin kamu terus." Ucapnya.
Liana menggeleng pelan "Engga, Kamukan pacar aku jadi gapapa dong nganterin pacarnya sendiri" Ucapnya Liana tersenyum jahil, ada sedikit keisengan dalam ekspresinya.
Bibirnya melengkung tipis, dan alisnya sedikit terangkat, memberikan kesan penuh percaya diri.
Rian menghela napas dan menerima ajakan liana "Yaudah deh ayo, nanti kalo udah cape aku aja nyetir" Ucap Rian.
Liana terkejut "Kamu bisa nyetir? Ucapnya.
Rian mengangguk.
"Bilang kalo gitu, nih kunci mobilnya kamu kendarain aja biar gak enaknya ilang dan diganti dengan enak" Ucap Liana tertawa kecil, suaranya ringan namun penuh kejahilan. Matanya menyipit sedikit, dan bahunya terangkat sebentar karena menahan geli.
Rian hanya menggeleng saja.
Liana dan Rian kembali ke depan mansion dan rian menaiki kursi kemudi sebelah kanan dan liana duduk di sebelah kiri.
Liana melihat rian seperti sudah akrab dengan mobil.
Rian menghidupkan mesin mobil dan memundurkan mobilnya kembali ke luar gerbang mansion dan disambut ucapan para penjaga "Selamat Tinggal Nona Liana dan Tuan."
Rian mengangguk saja dengan kaca mobil terbuka.
Rian memutarkan mobilnya ke arah kanan tempat ia memasuki mansion sebelumnya.
Tanpa ada percakapan, Rian melaju ke jalan tol dan membayar menggunakan kartu tol milik liana.
Rian mengendarai selama 2 jam lamanya.
Mobil Sedan itu ia kendarai ke jalan Sumaja 1 tempat tinggal dia dan ibunya.
Terlihat berbagai rumah sederhana di sana, bahkan ada yang sudah roboh.
Liana menghela napas melihat rumah pacar pura - puranya sederhana begini.
"Huh.., sepertinya aku akan membelikan ia rumah yang cukup bagus dibandingkan dengan rumah disini dengan tabunganku" Pikir Liana.
Sreeeek...
Suara gesekan ban dan aspal berbunyi.
Mobil telah sampai di depan rumah sederhana milik Rian.
"Udah sampai liana, kalo kamu mau masuk boleh" Ucap Rian mengajak masuk Liana dan memberikan kunci mobil miliknya
Liana menerima kunci itu dan mengangguk.
Mereka keluar dari mobil bersamaan dan disambut oleh ibunya yang mendengar ada suara mobil di depan, dikiranya siapa namun ternyata anaknya dengan seorang wanita.
"Bu, kenalin ini bos aku namanya Liana" Ucap Rian memperkenalkan pacar pura- puranya sebagai bos takut salah paham ibunya.
Liana mencubit lengan Rian dan memeloti "Kenapa bos, kan kita sudah pacaran kamu ini" Ucap Liana terlihat kesal pura - pura.
Rian bingung kenapa Liana melakukan hal itu.
Ibunya Kaget melihat bos anaknya menjadi pacar rian.
"Salam bu, kenalin aku Liana max sebelumnya saya bos dari rian tapi sekarang sudah menjadi pacarnya." Ucap Liana memperkenalkan diri.
Ibunya Rian masih terlihat kaget, tetapi ia segera mengulas senyum. "Iya, baik, Nak Liana. Masuk dulu, jangan di luar."
Liana tersenyum sopan. "Terima kasih, Bu." Ia melirik Rian dengan tatapan jahil sebelum masuk ke dalam rumah.
Rian, yang masih kebingungan dengan sikap Liana, akhirnya hanya bisa mengikuti dari belakang. Setelah mereka duduk di ruang tamu, ibunya menatap Rian dengan ekspresi penasaran.
"Jadi, ini yang selama ini kamu sembunyikan, Rian?" tanya ibunya dengan nada menggoda.
Rian terkekeh gugup. "Bukan begitu, Bu. Awalnya memang cuma bos, tapi... ya begitulah."
Liana dengan percaya diri menyandarkan tubuhnya ke sofa, menatap ibunya Rian dengan penuh keyakinan. "Saya serius sama Rian, Bu. Saya harap Ibu nggak keberatan."
Ibunya Rian tersenyum lembut. "Yang terpenting kalian saling menghargai dan bisa menjaga hubungan dengan baik."
Liana mengangguk mantap. "Tentu, Bu. Saya tidak main-main dengan perasaan Rian."
Rian mendekat ke Liana dan berbisik pelan di telinganya, "Kamu ini kenapa jadi seperti ini? Nanti ibu aku berharap lho."
Liana hanya meliriknya dengan senyum jahil, lalu berbisik balik, "Terus kenapa? Memangnya itu masalah?"
Rian menghela napas pelan, merasa gadis ini benar-benar sulit ditebak. "Ya jelas masalah! Ini awalnya cuma pura-pura, tapi kamu malah bikin kelihatan serius!"
Liana terkikik kecil. "Terus, kalau aku memang serius kenapa?" bisiknya dengan nada menggoda.
"Huh, jahil banget kamu" Bisik Rian kembali.
Sementara itu, ibunya masih memperhatikan mereka dengan senyum penuh arti.
"Kalian bisik-bisik apa, tuh?" tanyanya penasaran.
Rian dan Liana serempak menoleh, lalu buru-buru duduk lebih tegak. "Nggak ada, Bu!" jawab mereka bersamaan.
Ibunya hanya tertawa kecil. "Ya sudah, ibu nggak akan ganggu kalian. Kalian pasti capek, mau ibu buatkan teh?"
Liana tersenyum manis. "Wah, boleh banget, Bu. Terima kasih!"
mohon maaf lahir dan batin