Tidak ada tanggal sial di kalender tetapi yang namanya ujian pasti akan dialami oleh setiap manusia.
Begitupun juga dengan yang dialami oleh Rara,gadis berusia 21 tahun itu harus menerima kenyataan dihari dimana kekasihnya ketahuan berselingkuh dengan sahabatnya sendiri dan di malam itu pula kesucian dan kehormatannya harus terenggut paksa oleh pria yang sama sekali tidak dikenalnya. Kehidupan Rara dalam sehari berubah 180 derajat.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fania Mikaila AzZahrah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 25. Memulai Hidup Baru
Sore harinya, acara masuk rumah dilaksanakan secara adat sesuai dengan tradisi suku Makassar.
Berbagai persiapan dilakukan oleh Bu Hartati dan Bu Ratu untuk membantu Pak Daeng melakukan prosesinya. Rara dan Bara hanya memfasilitasi kegiatan adat itu hingga selesai.
Semuanya beres dikerjakan oleh orang-orang suruhan Bu Ratu. Mulai dari meletakkan barang-barang furniture hingga perabot rumah seperti yang diinginkan oleh Rara.
Semua anggota keluarga Rara dan Bara datang untuk menyaksikan langsung dan meramaikan acara tersebut.
Ada umba-umba atau lebih dikenal dengan klepon, songkolok, kaddominnyak dan beberapa makanan yang wajib dan kudu ada ketika acara selametan masuk rumah.
“Syukur Alhamdulillah acaranya berjalan lancar,” ucap Bara.
“Ini semua berkat bantuannya Mama Ratu dan ibu jadi kita bisa menyelesaikan segala prosesinya dengan baik,” timpal Rara.
Hingga pukul sepuluh malam, barulah rumah itu terlihat sepi karena semua orang sudah berpamitan pulang ke rumah masing-masing.
“Selamat memulai hidup baru, bapak doakan semoga kalian selalu hidup dalam keberkahan dan kebaikan. Semoga Allah SWT melindungi pernikahan kalian dan ketiga anak kalian juga,” doa setulus hati diucapkan oleh Pak Rijal.
Bu Hartati memeluk putrinya sebelum meninggalkan rumah berlantai dua itu yang cukup mewah.
“Ibu bahagia mendengarnya kalau kamu hamil anak kembar, Ibu do'akan semoga kalian selalu bahagia, menjadi keluarga yang sakinah mawadah warahmah. Jadilah istri yang selalu membuat suamimu merindukan kehadiranmu, berusaha untuk membuat suamimu nyaman tinggal bersamamu di dalam rumah kalian,” nasehatnya Bu Hartati seraya mengusap perutnya Rara.
“Amin ya rabbal alamin,” ucap Rara sambil melepas kepergian kedua orang tua dan adik kembarnya Arriana dan Brianna.
Bu Ratu memeluk Rara karena tak menyangka kalau dia akan dikaruniai tiga sekaligus calon cucu.
“Masya Allah bahagianya Mama ketika mendengar kalian akan memiliki anak kembar dan salah satu dari mereka ada bayi cowok,” Bu Ratu tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya.
“Bara istrimu itu lagi hamil muda jangan nakal, jangan biarkan menantunya Papa banyak pikiran gara-gara ulahmu,” ujarnya Pak Nugraha sambil menepuk-nepuk punggung putra bungsunya.
“Insha Allah, itu tidak akan terjadi Pah. Karena aku sangat mencintai istriku dan aku nggak akan biarin istriku dan calon anak kami kenapa-kenapa,” sahut Bara lagi.
Ketiga kakak iparnya pun ikut bahagia mendengar kabar baik itu dan mendoakan kebaikan mereka sang calon bayi dan ibunya bahkan satu persatu memberikan kode spesial untuk bumil seperti tradisi dalam keluarga Pak Nugraha.
Rara kembali dibuat takjub dan specklees dengan ucapan suaminya yang selalu berkata dan menganggap calon anak kembarnya adalah anak kandungnya. Rara cukup terkesan dan gembira dengan sikap gentle yang diperlihatkan dan ditunjukkan oleh Bara kepada orang lain.
Tinggallah pasangan suami istri sang pemilik sekaligus penghuni rumah tersebut.
“Istirahatlah, nanti Mas saja yang kerjakan sisanya. Kamu itu sedang hamil nggak boleh capek-capek perbanyak istirahat saja,” ujarnya Bara yang melarang istrinya bekerja terlalu berat.
“Sedikit lagi Mas, tanggung juga kalau ditinggal lagian cuma melipat pakaian dan memasukkan ke lemari bukanlah pekerjaan besar dan berat juga,” tolaknya secara halus.
Bara duduk di samping istrinya dan ikut mengerjakan apa diperbuat oleh istrinya. Karena dia tidak ingin istrinya dan calon baby triple kenapa-kenapa.
“Mas, besok aku ke sekolah yah?” Tanyanya Rara.
“Kalau kamu sudah siap dengan segala sesuatunya, silahkan Mas nggak mau larang kamu melakukan apapun selama itu hal yang baik dan positif tidak menganggu kesehatan bayi kembar kita,” jawab Bara tanpa mengalihkan pandangannya dari lipatan dan setrikaan pakaian yang menggunung yang ada di depannya.
“Tapi, aku ragu dan takut Mas. Gimana kalau orang-orang di sekolah mengetahui kalau aku sudah hamil jalan empat bulan sementara usia pernikahan kita baru empat hari,” ucap Rara sendu.
Cairan bening terlihat menumpuk di kelopak matanya yang siap jatuh kapan saja. Bara meraih tangannya Rara kemudian mengecup punggung tangan istrinya.
“Kenapa harus takut dan ragu? Kamu nggak perlu mengkhawatirkan segalanya dan belum tentu juga mereka menghakimi apa yang sudah kita perbuat. Kita hanya perlu bersabar dan ikhlas menjalaninya karena ini sudah konsekuensi dari jalan takdir yang harus kita lewati,” imbuh Bara.
Rara tertunduk lesu dan tidak sanggup untuk melewati hari esok, bahkan dia berharap malam ini berjalan lama saja.
“Kalau terus menghindar tidak ada juga gunanya malah akan semakin memperpanjang masalah saja. Memang apa yang terjadi kepada kita adalah suatu kesalahan fatal dan besar. Tapi, mau diapa sudah telanjur terjadi juga. Kita hanya perlu menghadapi segalanya dengan lapang dada dan tabah karena ini adalah cobaan dari Allah SWT dan insha Allah akan indah pada waktunya,” jelasnya Bara yang selalu berfikir positif.
“Aku takut dan malu Mas, pasti ada saja orang yang akan mencibir dan merendahkan ku. Mereka pasti menganggap aku perempuan rendahan yang harus hamil duluan sebelum menikah,” imbuhnya Rara yang terlihat sudah banyak tumpukan cairan bening di pelupuk matanya.
“Kita tidak bisa mengontrol dan mengsetting apa yang harus orang-orang katakan atau perbuat karena kita nggak punya kuasa atas segala hal. Yang perlu kita lakukan, bersabar dan tawakal insha Allah semua badai dan cobaan ini akan cepat berlalu,” tuturnya Bara.
Bara berusaha untuk meyakinkan Rara dengan masukan dan saran darinya dan sebenarnya kata-kata itu ditujukan khusus untuk dirinya sendiri. Ia sangat sedih karena gara-gara tangannya lah penderitaan istrinya berasal dan berawal hingga harus hidup menderita.
“Aku terlalu takut Mas, Aku nggak berdaya dengan semua ini. Aku serasa nggak sanggup melakukan apapun yang Mas katakan,” cicitnya Rara.
“Kamu tidak perlu takut karena ada aku di sampingmu akan selalu mendampinginya dan selalu siap menjadi garda terdepan untuk melindungimu. Kalau selalu menghindar dan bersembunyi masalahnya semakin runyam dan malah semakin panjang nggak ada ujungnya kapan berakhir kalau kamu terus terusan jadi penakut?”
Bara tidak pernah membayangkan kalau perempuan malam itu yang direnggut paksa kehormatannya adalah perempuan yang menangis di hadapannya.
Perempuan yang sudah halal disentuhnya, perempuan pendamping hidupnya dan mereka tidak lama lagi akan mendapatkan bayi kembar dari hasil kejahatannya malam kelam itu.
Bara meraih kedua tangannya Rara yang sudah terisak,” semua orang itu pernah melakukan dosa dan kesalahan. Karena memang manusia adalah tempatnya khilaf, nggak ada satupun manusia yang luput dari kesalahan. Kita hanya perlu bersabar, ikhlasin segalanya, tenang, tabah serta tawakal.”
Rara semakin tertunduk sesekali terdengar suara isakan tangisannya, Bara merengkuh tubuh sang istri. Hatinya semakin sedih dan hancur karena ulahnya lah istrinya harus menderita dan tersakiti.
“Kamu hanya perlu jadi Azzahra Elara Sofia Usman yang seperti biasanya yang selalu baik hati kepada semua orang, penyayang, humble, suka menolong, jadi diri sendiri dan jangan pernah dendam kepada siapapun yang menghinamu. Memang ini semua sangat sulit nggak semudah membalik telapak tangan, tapi yakin dan percayalah kalau ujian ini akan berlalu,” jelas Bara panjang kali lebar.
Isak tangisnya terdengar begitu menyayat hati Bara, diam-diam dia juga menitikkan air mata tak kuasa mendengar keluh kesah sang istri.
“Perlahan seiring berjalannya waktu mereka pasti lambat laun akan menerima kondisi kita.” Bara menjeda ucapannya lalu mengelus dengan lembut perutnya Rara yang sudah buncit karena hamil anak kembar, “Mereka yang suka bergosip kalau capek pasti akan berhenti juga. Siapapun yang menggunjing saudaranya maka pahalanya akan mengalir ke orang yang mereka gosipkan.”
Rara sesekali menyeka air matanya dan menghela nafasnya yang cukup berat. Dia sebenarnya sangat rapuh dan tak sanggup menjalaninya, tetapi mengingat akan masa depan calon bayinya sehingga mau tidak mau dia harus menjadi strong women.
“Kasihan bayi kita sayang kalau kamu sedih dan tertekan, mereka pasti juga akan ikutan sedih karena bundanya juga sedih dan banyak pikiran. Kamu nggak mau kan terjadi sesuatu kepada mereka?”
Rara reflek menggelengkan kepalanya mendengar ucapannya suaminya,” aku nggak mau terjadi sesuatu kepada anakku. Aku memang bersalah dan perbuatanku adalah dosa besar, tapi anak-anakku tidak salah apa-apa. Mereka tidak ada hubungannya dengan kesalahan kedua orang tuanya.”
Bara mengecup tangannya Rara yang basah karena terkena tetesan air matanya.
“Demi anak-anak kita istriku, kuatlah, bersabarlah dan ikhlas lah dengan semua takdir Allah SWT yang sudah digariskan di dalam kehidupan kita berdua. Perbanyak istighfar dan shalat taubat nasuha agar Allah SWT senantiasa menerima taubat kita dan mengampuni segala dosa-dosa yang sudah pernah kita lakukan,” tuturnya Bara.
Bara berkata seperti itu sejujurnya untuk dirinya secara pribadi yang terlalu banyak kesalahan dan dosa besar yang diperbuatnya selama mengenal Keiza dalam kehidupannya.
“Aku berjanji akan membahagiakan kamu disisa hidupku. Aku nggak akan ijinkan siapapun menyakitimu. Aku juga akan mencintaimu dan menyayangimu istriku,” Bara membatin.
“Iya apa yang Mas katakan benar adanya, memang terasa sangat sulit dan susah diawal-awal. Insha Allah pasti aku bisa melewati dan menjalaninya asalkan Mas Bara bersamaku,” sahut Rara sembari memeluk Bara.
Bara yang dipeluk seperti itu bahagia karena istrinya tidak histeris lagi padahal sudah beberapa kali malam ini di peluk olehnya.
“Kamu layak mendapatkan kasih sayang dan dicintai. Kamu perempuan yang baik dan sholehah. Maafkanlah diriku ini yang sudah menodai dan menghancurkan kehidupanmu dan kebahagiaanmu. Aku berjanji semua duka dan luka itu akan berakhir dengan kebahagiaan,” monolognya Bara yang bertekad dan berjanji pada dirinya sendiri akan memperbaiki segalanya yang sudah hancur karena disebabkan oleh tangannya sendiri.
“Mari kita bersama-sama berjuang Mas, bantu aku untuk belajar mencintaimu dan menerima perjodohan dan pernikahan kita demi anak-anak,” pintanya Rara.
Betapa bahagianya hatinya Bara mendengar perkataan dari istrinya yang sudah siap dan berniat untuk menjalani kehidupan pernikahan mereka dengan cinta.
“Iya mari kita bersama-sama saling ngejaga hubungan ini dan jangan biarkan orang lain mengusik ketenangan hidup kita dan jangan izinkan masalah menghancurkan kebahagiaan kita. Tetaplah saling menerima kekurangan masing-masing dan memperbaiki segalanya agar kelak rumah tangga kita jadi sakinah mawadah warahmah,” tuturnya Bara.
“Amin ya rabbal alamin,” Rara masih memeluk tubuh tinggi tegap lelaki yang menjadi sandarannya dikala sedih.
Ada desiran aneh yang tiba-tiba keduanya rasakan. Perasaan mereka seperti lega dan plong karena sudah berbicara dari hati ke hati dan mencurahkan segala gundah gulana yang selama ini membelenggu hati dan pikiran mereka berdua.
“Maafkan aku belum sanggup untuk berkata jujur kepadamu, tapi aku janji suatu saat nanti aku pasti akan berkata jujur kalau aku adalah pria malam itu,” Bara membatin.
Rara merasakan ada gelenyar aneh yang tiba-tiba menyeruak dalam dada dan hatinya. Perasaannya menghangat diperlakukan seperti itu oleh suaminya.
“Apa si Joni sudah bisa bertemu dan menjenguk bayi kembar kita?” Tanyanya Bara tersenyum nakal.
Plak!!
Rara spontan menepuk lengan kekar suaminya karena disaat seperti ini, malah suaminya memikirkan adegan nina ninu esek-esek basah.
Bara berpura-pura meringis kesakitan,” aaaah auh sayang sakit.”
Rara bangkit dari posisi duduknya,” ish ish dipukul pelan saja sudah ngeluh! Percuma berotot kalau nggak tahan pukulan! Dasar lemah,” ejek Rara kemudian meninggalkan suaminya yang berjalan ke arah dalam kamar mandi.
Bara terpingkal-pingkal diperlakukan seperti itu rasanya happy banget karena sudah berbicara dengan istrinya.
“I love you to Azzahra Elara Sofia forever and so much,”
semangat authir 💪💪💪💪💪♥️♥️♥️♥️♥️
peringatan yang cukup bagus author!