( Zona Cinta Manis )
Midea Lestari harus menelan pil pahit ketika difitnah sudah menabrak seorang wanita yang tengah hamil besar hingga tewas. untuk menebus kesalahan yang bukan karena perbuatannya, ia harus mendekam di balik jeruji besi dan merelakan masa depannya.
Satu bulan mendekam dipenjara, akhirnya Dea dibebaskan karena keluarga korban membayar jaminan untuknya. sebagai gantinya Dea terpaksa menikah dengan Shady Hutama, duda tampan yang istrinya tewas dalam kecelakaan itu. Dea menjadi ibu pengganti untuk putri Shady yang bernama Naura.
Bagaimana lika liku kehidupan rumah tangga Shady dan Dea? Apakah Dea bisa meruntuhkan kerasnya hati Shady yang selalu menaruh dendam padanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pinkanmiliar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22 - Siapa Aku di Hatimu?
"Mas Shady?"
Dea terlonjak kaget karena mendapati Shady sudah berdiri di belakangnya. Dea berusaha menutupi bagian tubuhnya yang terbuka dengan kedua tangannya.
Tapi apa mau dikata? Semua lekukan tubuh Dea sudah tergambar jelas di mata Shady. Hanya bagian dada hingga paha saja yang tertutup handuk. Leher jenjang serta pundak mulus Dea terpampang dengan nyata seolah menantang Shady.
"Kamu ... sengaja menggodaku?" ucap Shady sekali lagi.
"Ti-tidak!" Dea memundurkan tubuhnya karena Shady makin mendekat.
"Lalu kenapa kau belum berpakaian?"
"Aku lupa membawanya." Dea memegangi dada Shady yang semakin menghimpit tubuhnya yang mentok ke dinding.
Shady benar-benar suka mengerjai Dea seperti ini. Wangi aroma sabun milik Dea membuatnya terlena. Ia tak mau kehilangan kewarasan karena melihat pesona Dea dengan wajah merona.
"Mas, aku...aku harus berganti baju. Aku harus memasak sarapan dan..."
Satu kecupan Shady daratkan di pipi Dea. "Pikirkan dan beri jawaban untuk hal yang semalam kukatakan."
Shady berbalik badan dan keluar dari kamar. Dea memegangi dadanya yang berdegup kencang.
"Ya Tuhan! Apa yang harus kulakukan? Apa Mas Shady benar-benar serius dengan ucapannya? Atau dia hanya ingin mempermainkan aku saja?" gumam Dea dengan rasa dilema.
#
#
#
Kantor Hutama Grup,
Vanessa berjalan dengan angkuhnya menuju ke ruangan Shady. Sudah cukup dirinya memberi waktu pada Shady untuk menyelesaikan perihal masalah penamparan dirinya oleh Clara.
Hari ini Vanessa ingin menagih janji Shady. Dengan didampingi sang manajer, Vanessa masuk ke ruangan Shady.
"Silakan masuk, Nona. Tuan Shady sudah menunggu." ucap Roni.
Dengan angkuhnya Vanessa berjalan menghampiri Shady yang sudah berdiri menunggunya.
"Silakan duduk!" ucap Shady yang juga ikut duduk.
"Langsung saja, Shady. Aku tidak suka berbasa basi."
"Baiklah. Aku juga tidak suka berbasa basi." timpal Shady.
"Bagaimana dengan Clara?" tanya Vanessa.
"Clara? Dia bersedia meminta maaf padamu. Bahkan dia akan berlutut di depanmu dan direkam oleh manajermu itu," jawab Shady santai.
"Eh? A-apa?" Vanessa tidak percaya ketika tiba-tiba saja Clara muncul dari ruangan pribadi milik Shady dan menemui mereka berdua.
"Apa kabar, Kak Vanes? Kau terlihat baik-baik saja sekarang," sapa Clara.
Tanpa ragu, Clara berlutut di hadapan Vanessa dan Roni dengan sigap merekam adegan itu. Vanessa terkesiap dengan sikap Clara yang seakan merendahkan dirinya.
"Aku minta maaf yang sebesar-besarnya atas apa yang terjadi beberapa waktu lalu. Aku berjanji tidak akan mengulangi hal itu lagi. Aku sungguh-sungguh meminta maaf dari hatiku yang paling dalam." ucap Clara dengan mata berkaca-kaca.
Vanessa bingung harus menjawab apa. Ternyata rencananya gagal lagi untuk mengikat Shady dalam sebuah permainan licik yang sudah disusunnya.
"Kak, kenapa kakak diam saja? Apa kakak tidak ingin memaafkanku? Kenapa kakak setega itu? Aku sudah merendahkan diriku untuk meminta maaf pada kakak. Kenapa kakak tidak mau memaafkanku?"
Ternyata video yang di rekam oleh Shady disiarkan secara live di media sosial. Ponsel manajer Vanessa mendadak berbunyi dan banyak notifikasi yang masuk disana.
Raut wajah sang manajer menjadi pucat karena ternyata sudah banyak komentar yang berdatangan atas adegan permintaan maaf ini.
"Vanes! Kau harus segera menjawab. Jika tidak para netizen akan mencecarmu!" ucap si pria gemulai bernama Ican.
Vanessa mendadak buyar karena semua rencananya berantakan. Ia harus memutar otak agar semua ini tidak menjadi boomerang baginya.
"Oke! Fine! Aku memaafkanmu. Dan kuharap kita bisa berhubungan baik seperti dulu," ujar Vanessa dengan mengulas senyum terpaksa. Ia lalu bangkit dari sofa dan mengajak sang manajer keluar.
Clara dan Shady tersenyum penuh kemenangan. Dea yang sedari tadi bersembunyi di ruang pribadi Shady akhirnya keluar. Ia membantu Clara untuk kembali berdiri.
"Kau benar, Dea. Ternyata saat kita mencoba untuk mengalah dan tidak menggunakan ego, kita akan mendapat kemenangan yang menggembirakan. Terima kasih ya!" Clara memeluk Dea.
"Sama-sama, Mbak."
Clara menyudahi pelukannya dan menatap sang kakak. "Oh ya, Dea. Aku ada urusan mendesak, jadi kau pulang dengan bang Shady saja ya!"
"Eh?!" Dea mendadak canggung. "Tapi, Mbak... Kita kan datang kesini bersama, kenapa..."
"Sudahlah, De. Ini adalah kantor suamimu. Jadi, kau harus terbiasa berada disini. Yuk, Roni! Aku pergi dulu ya, Bang." Clara mengedipkan matanya pada sang kakak.
"Mbak Clara!" Dea hendak mengikuti langkah Clara, namun Shady mencekal lengannya.
"Mau kemana? Disini saja! Temani aku bekerja."
"Tapi, Mas..." Dea tak berani menatap Shady usai insiden pagi tadi.
"Sebentar lagi waktunya jam makan siang. Kita makan siang bersama ya!"
Dea hanya diam dan tak berani menjawab ataupun menolak.
#
#
#
Shady mengajak Dea ke sebuah restoran langganannya. Mereka duduk berhadapan.
"Makanan disini sangat enak. Kau pesan saja apa yang kau suka."
Dea mengangguk. Seorang pelayan datang dan menyapa dengan ramah.
Dea membaca buku menu sejenak. "Mbak, saya pesan gurame asam manis, cumi goreng tepung, lalu minumnya lemon tea saja dua ya!"
Si pelayan berlalu usai mencatat semua pesanan Dea.
"Bagaimana kau tahu semua itu?" tanya Shady yang membuat Dea mengerutkan keningnya.
"Itu adalah makanan kesukaanku. Bagaimana kau tahu?"
Dea tersenyum kecil. "Aku sudah tinggal di rumahmu hampir dua tahun, Mas. Tentunya aku tahu apa yang kau suka dan kau tidak sukai." jawab Dea datar.
Bahkan hal sekecil itu Shady tidak menyadarinya jika selama ini Dea begitu memperhatikan semua kebutuhannya.
"Maaf..." lirih Shady.
"Tidak perlu, Mas. Sudah kubilang aku sudah mengikhlaskan semuanya. Lagipula selama ini Mas sudah banyak membantu keuangan keluargaku di kampung."
Shady menatap Dea. "Kau tahu, Clara tidak pernah memiliki teman dekat sepanjang hidupnya. Dia terlalu takut pada orang-orang disekitarnya. Dia bersikap angkuh pada semua orang yang ditemuinya termasuk kamu. Tapi sebenarnya dia gadis yang baik."
Shady menjeda ucapannya. "Aku tahu dia menyukaimu sejak lama. Kau sudah masuk dalam hati Clara dan dianggapnya sebagai sahabat. Itu sungguh luar biasa, Dea. Kehangatan sikapmu membuat Clara luluh dan menyayangimu."
"Di balik kata-kata kasarnya padamu, tersimpan sebuah rasa hormat kepadamu. Aku sangat mengenal adikku. Dia tidak akan mudah luluh dengan orang lain. Tapi kau! Kau sudah mengubah semuanya. Terima kasih, Dea. Terima kasih."
Kalimat Shady seakan membuat Dea berbangga diri. Ia tak menyangka jika keluarga Hutama yang terkenal itu bisa luluh dengannya dan menerima kehadirannya.
"Aku hanya manusia biasa, Mas. Aku hanya melakukan apa yang menurutku benar. Pengalaman hidup menjadikanku menjadi lebih memaknai setiap hembusan napas yang kujalani."
"Jika Mbak Clara bisa menerimaku dihatinya, lalu ... siapa aku di hatimu, Mas?"
Pertanyaan Dea membuat Shady terhenyak. Satu pertanyaan yang sebenarnya mudah untuk di jawab, tapi sulit untuk di ucapkan.
"Dea, aku memang ingin kita memulai semuanya dari awal. Aku ingin kita..."
"Kenapa sekarang Mas gagap? Kemarin Mas mengatakan jika Mas menyukaiku. Apa Mas hanya ingin menyenangkanku saja? Mas tidak serius saat mengatakannya?"
"Dea, bukan begitu. Aku memang menyukaimu. Aku suka karena kamu adalah kamu. Kamu membuat hal yang berbeda dalam hidup keluargaku. Kamu..."
"Tidak usah dilanjutkan, Mas. Aku tahu. Aku benar-benar tahu siapa diriku. Lagipula, kita tidak bisa membatalkan perjanjian itu bukan? Dan Mas sudah berjanji akan membebaskanku setelah kuliahku selesai. Kuharap Mas benar-benar menepati janji Mas!" Dea segera beranjak dari kursinya tanpa menyicipi makan siangnya terlebih dahulu.
Sabar ya genks, hubungan mereka emang naik turun kayak rollercoaster 😁😁😁
dan yg mengirim bunga ke makam nola adalah rasya.
ceritanya bagus