SEQUEL DARI ❤JERAT CINTA SANG PLAYER❤
Diasingkan keluarganya sendiri karena cacat, bagaimana nasibnya saat bertemu dengan seseorang yang dia kenal hanya sebagai pengawal?
Dua tubuh dua jiwa, namun nasib memperlakukan keduanya berbeda
Satu di puja dan satunya tidak diinginkan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Defri yantiHermawan17, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pemegang Tahta
Tangan besar berotot itu terus saja menggenggam tangan kecil seorang gadis, yang tengah terbaring di atas tempat tidur.
Sesekali sang pemilik tangan memberikan kecupan hangat disana, membuat dua orang dokter yang saat ini tengah memeriksa keadaan sang gadis, saling pandang satu sama lain.
"Tugas kami sudah selesai Yang Mulia," ujar salah satu dari mereka.
Pria yang di panggil Yang Mulia itu hanya mengangguk pelan. Dia sama sekali tidak mengeluarkan suara, kedua matanya hanya tertuju pada gadisnya.
Gadis yang hampir saja kehilangan nyawa, karena ulah keluarganya sendiri.
"Aku tidak akan pernah mengampuni mereka, My Sunshine," gumamnya pelan.
"Cepatlah pulih, aku tidak suka melihat mu seperti ini," sambungnya lagi.
Suara gemercik air yang di hasilkan oleh para angsa liar di atas sebuah danau, membuat Yang Mulia Putra Mahkota Albarack menoleh. Salah satu sudut bibirnya tertarik keatas, genggaman tangannya semakin erat bahkan sesekali dia memberikan kecupan lembut di punggung tangan gadisnya.
"Sementara ini aku akan menyembunyikan mu di sini, Sunshine. Aku akan memastikan sendiri, kalau Alfuttain benar benar merasa kehilangan salah satu putrinya. Cepat pulih, aku merindukan senyuman mu itu,"
Cup!
🍒 🍒 🍒
"Kami sudah melakukannya, Yang Mulia,"
Suara seorang pria yang ada diseberang telepon sana, membuat kedua sudut bibir wanita bergaun sutra ungu itu terangkat sempurna.
"Kalian sudah membuangnya di dua tempat berbeda?" tanyanya memastikan.
"Sesuai dengan perintah!" sahut orang itu yakin.
Wanita itu tertawa kecil, walaupun sebenarnya dia ingin sekali tertawa bahagia dan sekencang mungkin. Bahkan dia ingin tertawa bahagia, saat membayangkan bagaimana wajah panik Sang Princess tak di akui itu- saat meregang nyawa di tengah lautan.
"Bagus! setelah ini enyah lah sejauh mungkin! aku sudah mempersiapkan semuanya,"
Setelah mengatakan itu, sang wanita segera mematikan teleponnya. Kedua matanya menatap ke arah cermin dengan senyum mengembang.
"Akhirnya, aku bisa menyingkirkan manusia yang bisa mengancam tahtaku di istana ini," gumamnya pelan.
Kedua tangannya mencengkram erat kedua sudut meja riasnya, tatapan lembutnya menajam terlihat sangat jahat. Dia bangga, Sang Mulia Putri Mahkota Alfuttain sangat bangga, karena sudah berhasil menyingkirkan Sheena- yang dia anggap sebagai batu sandungan untuk kekuasaannya nanti.
Kenapa?
Karena kalau sampai Sheena Oceana Alfuttain suatu saat bisa melihat, tahta tertinggi kebangsawanan Alfuttain akan jatuh ke tangan putri sulung keluarga ini, bukan putri bungsunya.
Dan putri sulung itu adalah Sheena. Sang Putri malang itu akan menjadi penghalang terbesar bagi Sheera, dalam mempertahankan posisinya sebagai Putri Mahkota.
"Semoga kau tenang disana, Kakak,"
Tawa bahagia Lasheera Samantha Alfuttain menggema di kamar mewah dan indah itu. Tawa yang bisa membuat orang berpikir, kalau Sheera tengah mendapatkan jackpot besar hari ini.
🍒🍒🍒
Byuuurrrr
Suara dentuman air yang sengaja di buat Lord Erkan, membuat sebagian para unggas air itu berterbangan. Pria bertubuh sempurna, di usianya yang baru saja merangkak dewasa- sengaja menceburkan dirinya kedalam danau, yang berada tepat didepan rumah kecil, terlihat sangat indah dan tentunya sudah dilengkapi peralatan modern- asisten robot salah satunya.
Lord Erkan menyugar rambutnya kasar, setelah merasa cukup- Sang pangeran keluar dari air. Erkan yang sangat suka dengan tantangan, memang lebih menyukai berenang di danau atau laut secara langsung, dari pada kolam renang. Menurutnya, adrenalin kelelakiannya akan meningkat tajam, saat mendapatkan sebuah tantangan.
Maka dari itu, Lord Erkan lebih memilih untuk membuat sebuah rumah modern canggih di alam liar. Jauh dari keramaian dan pemukiman, bahkan semua daya listrik yang digunakannya di rumah itu, di hasilkan oleh beberapa panel surya.
Termasuk untuk menghidupkan asisten robotnya- Suhanna.
Erkan tidak menyukai tinggal di apartment, padahal dia memilikinya. Disalah satu lantai yang ada di gedung pencakar langit Burj Khalifa. Apartment yang harganya tidak main main, tapi Erkan lebih memilih untuk menyewakannya dari pada menempatinya sendiri.
Dia lebih menyendiri di rumah ini, rumah kecil namum tenang dan damai. Berhadapan langsung dengan danau alami, yang di huni oleh banyak unggas air dan ikan kecil.
"Yang Mulia, Tuan Putri sudah sadar,"
Suara dokter yang tadi menangani gadisnya, membuat Erkan menoleh. Pria yang saat ini tengah menggosok rambut basahnya itu segera berlari kedalam rumah- tanpa peduli dengan penampilannya saat ini, yang hanya memakai sehelai handuk.
**STROONGGG PRINCESS
SEE YOU DI BAB TERAKHIR NANTI SIANG
MUUAACCHHHH😘😘😘😘😘**