Setelah ditolak oleh gadis pujaan kampus, Rizky Pratama tiba-tiba membangkitkan sebuah sistem ajaib: setiap kali ia mendapat satu pengikut di siaran langsung, ia langsung memperoleh sepuluh juta rupiah.
Awalnya, semua orang mengira Rizky hanya bercanda.
Namun seiring waktu, ia melesat di dunia live streaming—dan tanpa ada yang menyadari, ia sudah menjelma menjadi miliarder muda Indonesia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon apa aja 39, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30 – iPhone Baru untuk Siapa?
Melisa terkekeh pelan. Anak gendut yang tadi sok akrab dengannya memang cukup berani, tapi jelas bukan tipenya. Setelah melihat kemampuan Rizky beberapa waktu terakhir, ia tahu hanya pria yang lebih kuat dan berpengaruh darinya yang bisa menarik perhatiannya. Jelas sepupu Rizky ini, Aldi, masih jauh dari itu.
“Lupakan saja,” gumam Melisa, malas meladeni.
Namun Aldi tersenyum sok ramah, berusaha menutupi rasa canggungnya.
“Cantik, aku tidak bermaksud macam-macam kok. Aku cuma ingin berteman. Kebetulan aku sendirian, kenapa kita nggak sekalian jalan bareng? Aku sering ke mall ini. Kalau kamu mau beli apa-apa, aku bisa bantu nawar. Lumayan, kan?”
Melisa memutar bola matanya. Dalam hatinya ia tertawa getir. Mau mendekati cewek cantik tapi nggak mau keluar uang, cuma modal janji bantu nawar? Kalau begitu, mending jangan repot-repot.
Dengan suara tenang tapi tegas, Melisa menolak, “Tidak usah. Orang yang aku tunggu sebentar lagi datang.”
Saat itu, matanya langsung berbinar. Dari kejauhan, ia melihat sosok Rizky yang baru saja memarkir sepeda sewaannya. Melisa segera melambaikan tangan dengan senyum lebar.
“Kak Rizky!” panggilnya riang.
Aldi otomatis mengikuti arah pandangan Melisa. Saat melihat siapa yang datang, ia langsung terdiam.
Rizky? Serius? Jadi orang yang ditunggu Melisa itu sepupu miskin itu?
Rizky melangkah cepat, agak terkejut melihat Melisa sudah menunggunya lama.
“Maaf ya, bikin kamu nunggu,” ucapnya tulus.
Melisa mengaitkan lengannya ke lengan Rizky tanpa ragu, membuat Aldi melongo di tempat.
“Tidak apa-apa, Kak Rizky. Aku memang sengaja nunggu kamu. Masa aku biarin kamu sendirian lagi?” jawab Melisa dengan manja.
Rizky sempat kikuk, tapi melihat Melisa begitu tulus, hatinya jadi hangat.
Aldi menahan rasa kesal yang tiba-tiba naik ke kepalanya. Ia tersenyum kaku lalu mendekat.
“Eh, Rizky. Jadi kamu yang ditunggu, ya? Nggak nyangka ketemu di sini. Aku tadi mau beli iPhone model terbaru. Kamu ngapain ke mall? Jangan-jangan… beli HP juga?” tanyanya dengan nada meremehkan.
Rizky menatap sepupunya sekilas, lalu mengangguk pelan.
“Iya, kebetulan aku juga mau lihat-lihat iPhone baru.”
Aldi mendengus, lalu tersenyum sinis.
“iPhone? Hahaha. Ponsel kayak gitu kan harganya belasan juta, Riz. Kalau kamu, mending beli Xiaomi atau merek lain deh. Murah, performa oke. Pamanku aja, ayahmu, gajinya nggak sampai segitu sebulan. Jangan terlalu boroslah.”
Nada ucapannya terdengar seperti memberi saran, tapi jelas-jelas ingin mempermalukan Rizky di depan Melisa.
Namun Rizky tetap tenang. Ia hanya menjawab singkat, “Tenang saja, aku tahu apa yang kulakukan.”
Melisa sempat menahan senyum. Ia makin penasaran melihat Rizky yang tidak tersulut emosi sedikitpun, bahkan ketika direndahkan begitu.
“Yaudah, ayo sekalian kita ke toko iPhone. Biar aku tunjukin sekalian,” ujar Aldi, berjalan mendahului dengan penuh percaya diri.
Rizky dan Melisa pun ikut di belakangnya.
Begitu masuk, seorang pegawai wanita langsung menyambut ramah.
“Selamat siang, Tuan Aldi. Kebetulan sekali, iPhone model terbaru baru saja masuk. Apakah Anda ingin langsung melihatnya?”
Rizky melirik ke arah Aldi. Jadi sepupuku ini memang pelanggan tetap di sini, ya.
“Ambilkan aku dua unit terbaru. Yang Pro Max dengan memori paling besar,” ucap Aldi dengan nada bangga.
“Baik, Tuan Aldi. Silakan tunggu sebentar.”
Tak lama, pegawai itu kembali sambil membawa dua kotak iPhone terbaru.
“Ini iPhone Pro Max, memori 1TB, dengan paket pengisian cepat. Harga total Rp18.998.000 per unit, setelah diskon khusus member menjadi Rp17.999.000.”
“Bagus. Kemas dua-duanya. Gesek kartunya,” kata Aldi cepat, lalu mengeluarkan kartu debit hitamnya.
Melisa diam saja, tapi matanya sesekali melirik Rizky, penasaran bagaimana reaksinya. Rizky hanya menonton dengan ekspresi datar, seakan itu bukan hal besar.
Setelah pembayaran selesai, pegawai toko menyerahkan dua kotak iPhone itu kepada Aldi dengan penuh hormat. Aldi tersenyum puas, lalu dengan gaya sok keren ia berbalik—bukan kepada Rizky, melainkan langsung ke arah Melisa.
“Melisa, ini pertama kali kita ketemu, kan? Aku nggak sempat nyiapin hadiah besar. Jadi, aku kasih kamu satu iPhone terbaru ini. Semoga kamu suka,” ujarnya sambil menyodorkan kotak itu ke tangan Melisa.
Melisa mengerutkan kening, kaget sekaligus bingung. Dikasih iPhone 18 juta cuma karena baru kenal?
“T-terima kasih, tapi—”
“Sudah, nggak usah sungkan,” potong Aldi cepat. “Uang segini nggak ada apa-apanya buat aku.”
Ia menatap Melisa dengan percaya diri, yakin hadiah mahal itu akan membuatnya luluh.
Namun yang terjadi justru di luar dugaannya.
Melisa tersenyum samar, lalu menoleh ke Rizky. Tanpa ragu, ia menyerahkan kotak iPhone itu ke tangan Rizky.
“Kak Rizky, aku nggak butuh HP baru. Jadi aku kasih ini untuk kamu saja. Anggap saja hadiah dariku.”
Suasana toko langsung hening.
Pegawai yang melihat kejadian itu sampai ternganga. Barusan… si cowok kaya beliin cewek HP mahal, tapi cewek itu malah ngasih ke cowok lain?
Wajah Aldi seketika memerah, matanya membelalak.
“Melisa… kamu serius?”
Melisa tersenyum santai, matanya menatap tajam ke arah Aldi.
“Tentu saja. Aku sudah bilang, orang yang aku tunggu di sini bukan kamu, tapi Kak Rizky. Jadi wajar dong kalau hadiah ini aku berikan ke dia.”
Rizky sempat terdiam, tapi melihat tatapan tulus Melisa, ia menerima kotak iPhone itu.
“Terima kasih, Melisa,” ucapnya singkat.
Sementara itu, Aldi hanya bisa mengepalkan tangan, rasa malu dan kesal bercampur jadi satu. Sial! Bagaimana bisa cewek secantik ini lebih memilih Rizky daripada aku?!
---