Setelah diselingkuhi, Brisia membuat rencana nekat. Ia merencanakan balas dendam yaitu menjodohkan ibunya yang seorang janda, dengan ayah mantan pacarnya. Dengan kesadaran penuh, ia ingin menjadi saudara tiri untuk mengacaukan hidup Arron.
Semuanya berjalan mulus sampai Zion, kakak kandung Arron muncul dan membuat gadis itu jatuh cinta.
Di antara dendam dan hasrat yang tak seharusnya tumbuh, Brisia terjebak dalam cinta terlarang saat menjalankan misi balas dendam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ken Novia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Buaya dikadalin
Ketika filmnya selesai, duo gatal itu langsung pergi kerumahnya Arron.
"Heh cubit gue!" Pinta seorang gadis pada temannya dan langsung dituruti.
"Aaarrgh... Sakit anjrott!" Ringisnya kesakitan.
"Salah sendiri minta cubit. Kenapa sih? Kaya ngeliat hantu?"
"Gue tadi ngeliat Arron sama cewek." Ucapnya masih syok.
"Sama Brisia?" Tanyanya memastikan.
"Kalau sama dia gue nggak bakal syok. Sama Disa, temen satu kelasnya."
"Yang bener Lo jangan ngadi-ngadi, nanti jadi fitnah."
"Beneran anjirrr, mereka nggak lagi selingkuh kan?" Tanyanya menerka-nerka.
"Tapi berdua doang bikin curiga nggak sih?"
"Iya, kalau Arron beneran selingkuh fix matanya kelilipan, Disa nggak lebih cantik dan pinter dari Brisia. Menang t0tbrut doang!" Jawabnya kesal.
"Masa Arron tergoda sama t0tbrutnya?"
"Mungkin, lumayan tuh buat iming-iming." Katanya julid.
"Anjirr pikiran Lo."
"Ya gimana, kucing garong dikasih ikan asin masa nolak? Kecuali kucing mahal, nggak sudi makan ikan asin nanti bulunya rontok."
"Iya juga sih, aduh kasian Brisia dong cowoknya selingkuh."
"Gong banget kalau ketauan sih, secara Disa tuh bestienya Brie."
"Teman makan teman anjrott. Padahal mukanya Arron sama Disa kaya orang bener."
"Makanya jangan percaya casing. Gue sih lebih percaya sama berandal. Rata-rata orangnya nggak muka dua."
"Ho'oh bener."
"Udah yuk cabut, laper gue!"
Dua orang itu akhirnya pergi, bukan orang yang kemarin tapi masih satu angkatannya Arron sama Brisia.
Disa memeluk erat Arron dari belakang, mereka boncengan naik motor. Kurang lebih sepuluh menit mereka sampai dirumah Arron yang sepi.
Arron membuka gerbang rumah lalu menguncinya lagi dan mengajak Disa masuk ke dalam.
"Rumahnya sepi Ar?"
"Iya, papa di rumahnya malem, itu juga kalau lagi nggak ada proyek jauh. Kalau proyeknya jauh ya nginep, gue sendirian."
Disa hanya mengangguk, dia tau mamanya Arron emang udah nggak ada. Ia diajak naik ke lantai dua, dimana kamar Arron berada.
"Ar.. Kita mau ngapain?" Tanyanya.
"Lanjutin yang tadi."
"Tapi gue laper."
"Nanti pesen makanan online mau?" Tawarnya.
Disa mengangguk sementar Arron menarik tangannya membawanya masuk ke kamar.
"Kamar Lo bagus." Puji Disa, matanya menelisik setiap sudut kamar.
Papanya Arron tiga hari sekali manggil dua orang buat bersih-bersih rumah sama nyuci, jadi nggak yang nginep pembantunya.
"Lo cewek pertama yang masuk kesini." Ucap Arron, orangnya duduk diatas ranjang.
"Oh ya. Beneran?" Tanyanya ge er.
"Iya, Brie nggak pernah ke rumah ini."
Disa langsung besar kepala, merasa ada sesuatu yang berbeda. Dibandingkan Brisia dia malah udah diajakin kerumah sama masuk ke kamarnya Arron.
Arron menarik tangan Disa sampai gadis itu duduk di pangkuannya.
"Dis..." Panggilnya sambil menatap wajah Disa.
"Iya..." Balasnya Manja lalu tangannya memeluk leher Arron.
"Lo sayang kan sama gue?"
"Kok nanyanya gitu? Lo udah tau jawabannya Ar. Kalau gue nggak sayang sama Elo, gue nggak mungkin sejauh ini. Justru gue yang kadang penasaran, hubungan kita mau dibawa kemana?"
"Gue nyaman kaya gini kok. Lo tenang aja Dis, namanya jodoh kan nggak tau. Sapa tau jodoh gue Elo." Arron mulai mengeluarkan gombalannya karna menginginkan sesuatu.
"Lo nggak ada niatan buat putusin Brisia?"
"Gue belum nemu kesalahannya dia. Yang jelas dia beda sama Elo, Lo lebih bisa nyenengin gue."
Senyum Disa langsung secerah mentari pagi, padahal maksudnya nyenengin dalam tanda kutip. Sialnya Disa nggak memahami sampai kesana. Alias dia cuma dimanfaatin Arron buat memenuhi hasratnya.
Namanya remaja pasti punya rasa penasaran, Brisia nggak bisa diajak macam-macam karna terlalu lempeng. Maunya cuma sebatas ciuman, itu juga jarang.
"Hmmm gitu ya Ar."
Pikir Disa, ia hanya perlu membuat Arron bertekuk lutut, hingga suatu saat bisa dengan mudah meninggalkan Brisia. Kalau begitu artinya dia harus ngasih servis yang bagus.
"Iya, nggak papa kan kita jalanin kaya gini dulu?"
"Nggak papa Ar."
"Good girl, ini yang bikin gue makin sayang sama Elo." Ucap Arron lalu mengecup bibir Disa lagi.
Disa langsung menahan kepala Arron, dengan agresif gadis itu mencium dan melumat bibir membuat Arron kegirangan dan bersorak dalam hati.
Tangan nakalnya kembali menyusup ke dalam baju yang dipakai Disa. Kokopan sambil pijit-pijit buah kesemek aduh asyiknya. Arron begitu lihai layaknya tukang urut bersertifikat.
"Arr...."
"Tiduran yuk Dis!" Ajak Aron dan langsung menidurkan gadis itu diranjangnya.
Arron melepaskan kaosnya dan mengungkung Disa lalu menciumnya, tangan Disa dengan lincahnya mengelus punggung, kepala dan sesekali meremas rambut Arron.
Suasana dalam kamar semakin panas, setan botak berhasil menghasut dua orang itu. Kini mereka sudah sama-sama polos dibawah selimut abu-abu milik Arron.
"Dis.. Boleh ya?" Tanya Arron sambil membujuk, rasanya dia udah nggak bisa nahan lagi.
"Tapi Lo janji dulu nggak bakal ninggalin gue! Gue belum pernah Ar, Lo tau kan maksud gue?"
"Iya gue tau Dis, gue pasti tanggungjawab."
Urusan nanti tanggungjawabnya gimana pikirin belakangan, yang penting apa yang Arron inginkan bisa ia dapatkan.
Setelah mendapat persetujuan dari Disa, Arron langsung melakukan apa yang dia inginkan. Disa meringis saat parenya Arron masuk ke dalam miliknya.
Senyum Arron seketika luntur ketika menyadari ia tak menemukan jalan buntu, alias jalannya lurus lancar jaya. Sempit sih, tapi ngga ada halangannya.
"Dis..."
"Sakit Ar."
Karna kepalang tanggung, Arron lanjutkan saja, meskipun nggak sesuai ekspektasinya dia tetep merasakan enak. Pokoknya udah nggak penasaran sama yang namanya bikin adonan.
Bodo amat pikirnya, justru kalau Disa udah nggak segelan dia bisa pake semaunya tanpa perlu tanggungjawab. Kalau udah bosan tinggal cari cara buat nyingkirin.
Sementara itu Brisia lagi nyantai setelah bantuin mamanya nge bungkus nasi kotak dan sudah diambil sama yang pesen.
"Kalau capek pulang aja Brie istirahat." Pinta mama Rosa kasihan ngeliat putrinya capek.
"Nggak Ma, mau disini aja. Mama nanti katanya minta ditemenin beli baju."
"Kalau kamu capek mama pergi sendiri aja."
"Nggak ah, mending aku nemenin mama biar ada kegiatan."
"Arron nggak ajak kamu pergi?"
"Besok perginya Ma."
"Ini ayam sama lauknya masih, kamu ngga pengin ngasih Arron? Kasian kata kamu dia nggak punya ibu, sapa tau dirumahnya nggak ada lauk."
"Boleh Ma?"
"Boleh, toh mama emang bikinnya lebih daripada kurang malah repot."
"Aku telfon Arron dulu ya Ma."
Brisia berjalan mengambil ponselnya yang lagi dicas. Sementara itu dirumahnya, Arron baru saja menyudahi permainannya, tentunya dia mengeluarkan kecebongnya diluar. Nggak mau banget kalo Disa sampai hamil. Gini-gini dia nggak mau dapet barang second.
Ponsel Arron berdering, orangnya masih tiduran sementara Disa lagi ke kamar mandi.
"Halo Brie." Sapa Arron.
"Ar kamu lagi ngapain?"
"Baru bangun tidur ini."
"Kok nafas kamu kaya ngos-ngosan?"
"Aku mimpi dikejar setan Brie." Jawabnya asal.
"Yang bener aja ih, eh udah makan belum?"
"Belum, kenapa emangnya?"
"Aku baru selesai bantuin Mama bikin pesenan nasi kotak. Ini lauknya masih kamu mau? Kalau mau aku kirimin pake ojol kesitu."
Arron tampak berpikir, kalau dia nolak takut Brisia curiga. Toh dia juga lagi lapar karna habis peras keringat.
"Boleh kalau nggak ngerepotin."
"Enggak repot lah Ar, aku bungkusin dulu ya nanti kirimin alamat rumah kamu. Eh punya nasi nggak? Kalau nggak ada aku bawain nasi sekalian."
"Sekalian aja Brie, tadi pagi aku sarapan bubur ayam depan gang."
"Ya udah, aku siapin ya nanti dimakan, dijamin suka masakan mama aku."
"Makasih sayang. Aku mau mandi ya."
"Iya sana, jam segini belum mandi."
"Biarin yang penting tetep ganteng."
"Hish narsis banget cowok aku."
Disa muncul dari kamar mandi sesaat setelah panggilan dari Brisia selesai.
"Gue udah pesen makanan, nanti makan dulu baru gue anterin pulang ya Dis." Bohongnya, padahal mau makan makanan kiriman dari Brisia.
"Iya Ar, sana Lo ke kamar mandi."
"Iya, Lo istirahat dulu. Gue mandi bentar ya."
"Oke santai aja."
Begitu Areon menghilang dibalik pintu kamar mandi, Disa melirik ponsel Arron yang masih menyala. Wallpapernya foto Arron sama Brisia, Disa langsung mendecih sinis.
"Kasian banget Lo Brie, cowok Elo udah tidur sama gue. Siap-siap Lo dicampakkan sama Arron." Gumamnya lirih sambil tersenyum licik.
sinavan dah kecanduan sm tubuh disa...