🌹🌹🌹🌹
Karena ingin terlepas dari jerat kemiskinan, Sena dan Felli memutuskan untuk menjual kesucianya. Melewati 1 malam penuh Dosa.
"Fel, pokoknya aku mau yang seperti Om Rudi, walaupun sudah tua tapi masih terlihat tampan," pinta Sena sang adik sepupu.
Felli terkekeh.
"Ada yang mau menggunakan jasamu saja sudah untung, hahaha," akhirnya Felli tertawa terbahak.
21+
✍🏻 revisi typo 💕
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MY SUGAR 22 - Kembali ke Indonesia
"Sayang, bangun," ucap Hanan, ia mengelus bahu Sena yang nampak terbuka. Bukannya terbangun, gadis yang berada di dalam pelukan prianya ini malah merasa semakin nyaman, enggan untuk terbangun dan membuka mata.
Padahal tadi mereka sudah sepekat, untuk melihat lampu menara Eiffel saat dimatikan.
Melihat tak ada tanda-tanda Sena akan bangun, Hanan melihat jam di pergelangan tangannya. Jam 12.30 pagi, ia masih punya waktu 1 jam untuk membangunkan Sena.
"Sayang?" panggil Hanan lagi dan Sena tetap bergeming.
"Bagunlah dengan cara baik-baik, atau aku akan bangunkan dengan cara yang lain," goda Hanan tapi sumpah demi apapun Sena tak mendengarkan kata-kata itu. Ia sudah terlalu nyaman di bawah alam sadar, alalagi saat tercium aroma tubuh Hanan makin membuat Sena merasa nyaman.
"Hem, gadis nakal," ucap Hanan lagi, ia begitu yakin jika Sena sebenarnya mendengarkan ucapannya.
Merasa ada signal, Hanan pun melerai pelukannya lalu membaringkan Sena diatas sofa itu dengan perlahan. Gaun Sena tersingkap, hingga tubuh bagian intinya nampak jelas. Hanan memang melarangnya memakai CD.
Seketika itu juga, kelelakian Hanan bangkit.
Ia menunduk, membuka lebar-lebar kaki Sena dan memainkan lidahnya di bawah sana.
Sena yang tak sadar, antara mimpi dan dunia nyata hanya bisa mendesah. Tangannya terkulai lemas dengan pinggul yang berkelok-kelok merasakan kenikmatan.
"Sayang, terus sayang," Rancau Sena tanpa sadar, sebelumnya ia tidak pernah meminta lebih seperti ini.
"Han," lirih Sena lagi saat Hanan menyesap intinya dalam dibagian yang seperti kacang.
Hanan tersenyum, menyadari jika dalam mimpinyapun Sena menyebut namanya. Tak kuasa lagi menahan, akhirnya Hanan menyatukan diri pada inti sang gadis yang sudah basah.
Tersentak, Sena membuka matanya. Tentu saja ia terkejut, namun tak sempat protes, mulutnya langsung mendesah saat Hanan bergerak maju mundur.
Sena melihat sekeliling, ternyata mereka masih berada di balkon dan memandu kasih.
"Sayang, kenapa disini?" tanga Sena yang terdengar melenguh, mendayu dayu ditelinga Hanan.
"Nikmati saja," jawab Hanan singkat, lalu menarik tubuh Sena untuk duduk diatas pangkuanya.
Sena mengangkat tangannya tinggi saat Hanan melepaskan lingeri itu. Hingga kini tubuh keduanya sama-sama polos.
"Lest play baby," ucap Hanan dan Sena paham betul apa maksudnya.
Ia bergerak perlahan, bahkan bukan hanya maju mundur, sesekali pun ia membuat gerakan memutar.
"Ah, kamu semakin ahli," puji Hanan dan Sena hanya mampu tersipu. Ia menjerit saat Hanan memukul pantatnya keras.
Di balkon kamar itu, Sena menari-nari dengan lincahnya diatas tubuh sang daddy yang kini sudah berubah jadi sang kekasih.
Berada di posisi ini, buat Sena kewalahan. Karena tak butuh waktu lama, ia sudah pelepasan.
"Sayang, ini yang sudah yang ketiga kali. Kakiku lemas," rengek Sena mohon ampun.
Hanan terkekeh, tanpa melepaskan penyatuan keduanya Hanan bangkit dari duduk, menggendong Sena untuk mendekati pagar balkon.
"Lihatlah, lampunya akan segera di matikan," ucap Hanan, Sena langsung saja menoleh ke arah menara Eiffel.
Dan benar saja, seperti sebuah keajaiban, ia melihat betapa indahnya gradasi cahaya yang diciptakan saat lampu menara itu perlahan mati. Dari atas sampai bawah, seolah mengisyaratkan paris memasuki waktu istirahatnya.
Sena menganga, ia memeluk leher Hanan erat, takut jatuh saat ia menikmati pemandangan itu. Hingga semua lampunya mati dan berunah jadi gelap.
Sena merasa kurang, ingin melihatnya sekali lagi.
"Yah sayang, habis," rengeknya, dengan mencebik ia menatap Hanan.
Pelan, Hanan mengangguk, "Besok kita lihat lagi, tapi selesaikan dulu yang dibawah sini," erang Hanan lalu menyentak Sena dalam posisi seperti ini.
Sena mendesis, rasa yang mengganjal dibawah sana buat ia meremang.
Dengan berani, Sena pun mengambil inisiatif untuk melumaat lebih dulu bibir sang pria, lalu menggerakkan dengan nakal pinggulnya.
Hanan makin mengeram saat Sena makin ahli bergerak. Ia berjalan, masuk ke dalam kamar dan membaringkan Sena di atas ranjang.
"Kamu benar-benar minta di hajar," ucap Hanan dengan menyeringai, bukanmya takut, Sena malah membuat gerakan sensual. Ia menggeliat dan menggigit jari telunjuknya, lalu terkekeh merasa geli sendiri dengan apa yang dilakukannya.
"Itu adalah gerakan yang ku pelajari dengan Felli," adu Sena kemudian.
Tak peduli, Hanan lalu menyentaknya kuat. Mengungkung Sena dalam tubuhnya. Keduanya terus beradu, hingga menciptakan desahan yang bersahutan.
Diluar sana, Kota Paris sedang beristirahat. Tapi tidak dengan penghuni kamar ini.
Keduanya terus menyatu, seperti merayakan hubungan mereka yang baru.
"Sensen," ucap Hanan setengah sadar, Sena benar-benar membuatnya candu.
Wanita yang dipanggil tak menyahut, hanya desahan lah yang ia keluarkan.
Hingga entah dimenit keberapa, keduanya sama-sama mencapai nirwana.
"Aku mencintaimu," ucap Hanan setelah intinya mereda dari denyut.
Sena terpana, tak menyangka kata-kata manis itu keluar dari mulut sang pria.
Namun Sena tak menjawab sepatah katapun, karena masih banyak begitu keraguan. Meskipun ia merasakan hal yang sama.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Hari ini, hari terakhir mereka berada di Paris. Sebelum jam keberangkatan mereka tiba, Hanan menemui kliennya terlebih dulu.
Bagas diperintahkannya untuk menemani Sena.
Menemani gadis itu ke taman Champ De Mars dan menikmati indahnya menara Eiffel dari bawah sana.
Sena dan Bagas berjalan beriringan, namun hanya kecanggungan yang menyelimuti. Biasanya, Bagas hanya akan mengawasi dari kejauhan, tidak sedekat ini.
Sena pun merasa kikuk, tak leluasa. Ia menganggap Bagas adalah atasannya. Meskipun rasanya, wajah pria ini nampak tak asing.
1 jam mereka berkeliling, namun tak ada sepatah katapun yang keluar. Sena yang hendak mengambil fotopun mengurungkan niatnya, merasa malu.
"Sen, ayo kita kembali ke hotel. Pak Hanan sudah kembali," ucap Bagas akhirnya, setelah Hanan menelponnya tadi.
Sena cemberut, sungguh ia tak sanggup meninggalkan taman ini tanpa ada satu fotopun yang diambilnya.
Melihat wajah Sena yang ditekuk, mendadak Bagas merasakan ketakutan. Bisa gawat jika Hanan tahu ia telah membuat kekasihnya murung.
"Ada apa Sen? apa ada sesuatu yang salah?" tanya Bagas cemas.
"Tidak ada apa-apa Pak," jawab Sena lesu.
Sena memainkan ponselnya dengan kesal, melihat ke arah orang-orang yang sedang asik memotret indahnya menara Eiffel dan menjadikannya sebagai latar belakang. Dengan sendu, Sena berjalan lebih dulu hendak keluar dari taman itu.
"Tu-tunggu Sen!" panggil Bagas cepat dan langkah Sena terhenti.
"Sini, sebelum pergi ku ambilkan fotomu," ucap Bagas akhirnya, melihat gelagat Sena, sepertinya gadis ini ingin difoto.
Dan benar saja, mendapat tawaran itu Sena langsung tersenyum sumringah.
Bagas, bernapas lega.
Saking bahagianya, Sena pun mengajak Bagas untuk mengambil foto bersama-sama. Namun Bagas menolak dengan keras.
Puas mengambil foto, akhirnya mereka pulang.
Dan tepat jam 10 pagi, mereka kembali terbang ke Indonesia.
pdhl.mau baca gmn respon sanaf manta istrinya nikah lagi..sama.brondong pula😌
bonchap dong🤧
lagiam lu ngaku nadia ttp jadi istri lu karma 15 thn kemudian lu udah tuirr, miskin lagi. cw mana yg mau😏