Shanum namanya.. wanita periang nan cantik.
Tanpa sebuah rencana, tanpa sebuah aba-aba. Seorang pria tampan dan sukses memintanya untuk menjadi pacarnya. Ya.. "Sebatas Pacar Sewaan" demi menutupi kepergian kekasihnya.
"Satu tahun, hanya satu tahun, berpura-puralah menjadi pacarku." Pinta Pria itu.
"Kenapa mesti aku?" Tanya Sha dengan wajah yang penuh dengan pertanyaan.
Hari demi hari mereka jalani bersama. Cinta hadir tanpa mereka sadari. Tawa dan air mata menghampiri keduanya. Menjadi sebuah kenangan menuju masa depan.
"Aku hanya sebatas pacar sewaan saja. Harusnya aku siap jika saat perpisahan itu tiba, kenapa aku tak rela sekarang."
Mampukah Sha menjalankan hari-harinya? Mari tertawa dan menangis bersama ya.. Yuk, kita kepoin kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kurniasih Paturahman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku Datang
Aku harus memastikannya, jadi ku putuskan untuk datang.
-Shanum-
🍁🍁🍁
Keenan tampak membuka matanya perlahan. Sinar matahari tampak malu masuk melalui jendela yang sedikit tak tertutup tirai dengan sempurna.
Keenan merasa tak nyaman dengan seluruh tubuhnya, kepala yang terasa berat, dengan mata yang sulit sekali membuka.
Ia memijat perlahan keningnya saat itu, dan ingatan semalam, terlintas begitu saja dan berhasil membulatkan kelopak matanya.
"Apa yang ku lakukan semalam." Ucapnya dan langsung bangkit dari tidurnya dan tengah duduk saat ini.
Keenan tatap dirinya, masih dengan kemeja yang kemarin yang ia kenakan, ia pun turun perlahan dari tempat tidur saat itu, masih dengan memijat perlahan keningnya saat itu.
Menuju sebuah dapur, dan kemudian mengambil segelas air putih untuk diminum. Ia duduk kemudian dan tiba-tiba ia terbatuk, saat mengingat satu hal.. Hal yang seharusnya tak ia katakan, tapi sudah ia katakan.
"Ah.. bodoh.." Tuduhnya sendiri.
Rasa pusing makin melanda dirinya. Setelah ia mengingat bahwa ia telah menghubungi Shanum dan mengatakan dirinya menyukainya.
"Apa yang harus ku lakukan, jika bertemu dengannya nanti." Pikir Keenan dan lamunannya terhenti saat ia mendengar suara telephone.
Dengan rasa malas yang begitu menyelimuti, Keenan menghampiri datangnya suara dering telephone. Kali ini ia kembali terkejut, saat mendengar Omanya yang tengah menghubunginya.
"Kamu di mana Ken, kenapa belum datang?"
"Maap Oma, Keenan agak terlambat datang."
"Yasudah cepat kemari, jangan lama-lama."
Keenan kembali terdiam, apa yang harus dikatakannya nanti, jika Oma melihat dirinya tidak datang bersama Shanum. Kembali memijat keningnya, rasanya Keenan terlalu pusing memikirkan ini semua.
Rasanya ia tak ingin pergi, tapi itu pasti akan membuat Omanya lebih kecewa lagi. Keenanpun segera bangkit dari kebingungannya dan bersiap segera.
.
.
.
.
Shanum tampak begitu siap menghadapi hari ini, tak seperti Keenan yang tampak ragu menghadapi hari ini.
Shanum tengah menatap dirinya di sebuah cermin besar di hadapannya, ia sedang mencoba mengeringkan rambutnya dan kemudian menyisirnya.
Senyum terukir jelas di wajahnya, dan matanya beralih dengan cepat saat melihat sebuah kantong putih, yang kemarin Radit berikan untuknya dan merupakan pemberian Keenan.
Semenjak menerima kantong itu, Shanum belum membukanya sama sekali, entah apa yang diberikan Keenan untuknya.
Shanumpun melangkah menghampiri kantong itu. Meraihnya dan kemudian membukanya. Sebuah gaun berwarna putih, gaun yang ia lihat di butik waktu itu, gaun yang sempat menarik perhatiannya saat itu.
"Bagaimana Keenan tau." Bisik Sha dan berpikir dan kemudian tersenyum tanpa disadarinya.
.
.
.
.
Keenan masih tampak pusing memikirkan ini semua, namun ia tetap pergi menuju rumah Omanya segera. Mulai mengendari mobil setelah ia berhasil merapikan dirinya yang tampak kacau pagi tadi.
Dering handphone milikinya terdengar, nama Radit yang terlihat di layar handphone miliknya.
"Kau sudah bangun Keen..?" Tanya Radit yang sedikit khawatir akan kondisi Keenan semalam.
"Ya.." Jawab Keenan singkat dengan pandangan terus menatap arah jalan.
"Kau sangat kacau kemarin." Ucap Radit dan Keenan hanya menghela napas mendengarnya.
"Siapa yang kau sukai?" Tanya Radit kemudian.
"Maksudmu?"
"Kau bilang kau menyukai seseorang dan telah mengkhianati Yuna "
"Apa?" Teriak Keenan bersamaan dengan berhentinya mobil yang sedang ia kendarai, ya.. Keenan menghentikan laju kendaraannya tiba-tiba dan membawanya ke sisi jalan untuk berhenti.
"Apa lagi yang ku bilang saat ku mabuk?" Tanya Keenan.
"Kau menghubungi Shanum."
"Kau tau apa yang ku katakan pada Shanum?" Tanya Keenan kemudian.
Sejujurnya Keenan takut isi hatinya diketahui oleh Radit, sikap bodohnya akan membuat masalah besar, itu yang dipikirkan Keenan.
"Entahlah, Shanum tak banyak bicara dan aku hanya bilang kamu sedang mabuk."
"Apa." Teriak Keenan lagi.
"Heii.. kau mengagetkanku Keen." Protes Radit.
"Shanum tau aku mabuk." Ulang Keenan.
"Ya.. itu memang kenyataannya."
Keenan kembali menghela napasnya, rasanya makin pusing mengetahui itu semua.
"Jadi wanita mana yang membuatmu mabuk seperti semalam?"
"Tak ada." Jawab Keenan berbohong.
"Shanumkah?" Tebak Radit dan berhasil membuat Keenan terkejut.
"Sudahlah, aku sudah telat."
"Hei.. kamu belum menjawabnya."
"Aku sibuk saat ini." Ucap Keenan dan kemudian segera memutuskan pembicaraan itu.
Di tempat lain Radit tampak terkejut saat Keenan langsung mematikan pembicaraan mereka. Kesal.. ya pasti kesal.
"Aku tau siapa yang kamu sukai Keen." Ucap Radit tersenyum bangga akhirnya.
.
.
.
.
Telat.. yah.. Keenan telat dan sangat telat. Sejam lebih berlalu dari waktu yang dijanjikan Keenan pada Omanya.
Keenan menarik napas panjang, setelah mematikan mesin mobilnya dan memakirkannya.
Ia buka pintu mobil perlahan, ia rapikan sedikit kemeja yang sedang ia kenakan saat ini. Melangkah dengan hati-hati dan penuh dengan kebingungan, bingung menjelaskan seperti apa nanti jika melihat Omanya.
Menyusuri jalan menuju rumah besar bercat putih itu, melewati beberapa kebun bunga milik Omanya. Membuka pintu perlahan dan ia melihat Omanya tengah berdiri tak jauh dari hadapannya dan tersenyum menatap dirinya.
"Kau sudah datang Keen." Ucap Oma dan tengah berjalan menghampiri Omanya dan kemudian memeluknya perlahan.
"Maap Keenan terlambat Oma."
"Tak apa, yang penting sekarang kamu sudah di sini." Ucap Omanya sambil mengusap lembut punggung milik Keenan.
"Kita langsung makan saja ya, Oma sudah menyiapkan banyak makanan untuk kalian."
"Oh.. itu Maap Oma, Shanum..." Ucap Keenan dan tampak terbata untuk menjelaskannya.
"Kenapa Shanum?" Tanya Omanya dengan tatapan yang penuh dengan kebingungan.
"Shanum tidak bisa..." Ucap Keenan dan terpotong kembali.
Suara yang tampak tak asing terdengar di telinganya. Menebak pemilik suara itu, dan begitu terkejut saat apa yang ditebaknya merupakan sebuah kenyataan.
Keenan terkejut, dengan tatapan terus menghadap sosok wanita yang hadir diantara Keenan dan Omanya saat ini. Sosok wanita bergaun putih dan tampak anggun dan cantik.
Wanita itu ikut menatap Keenan, dia sama sekali tak terkejut namun ia tersenyum menatap kehadiran Keenan.
"Kamu sudah datang Keen." Ucap Wanita itu yang tak lain adalah Shanum.
.
.
.
.
Shanum datang Keen, jangan pusing lagi🤭
Yuk, like, vote dan Rate bintang 5nya yang belum.
Sehat-sehat buat semua🤗🤗🤗
baru sadar kamu sekarang, tapi Uda terlambat 😅😂🤪