Keyz berpetualang di Dunia yang sangat aneh. penuh monster dan iblis. bahaya selalu datang menghampirinya. apakah dia akan bisa bertahan?
Ini adalah remake dari novel yang berjudul sama. dengan penambahan alur cerita.
selamat membaca
kritik dan saran di tunggu ya. 😀
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ady Irawan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Quest 3. Collecting Nisel Wood. Start
Bulletin Board: Hope and Destruction
Keyz berdiri di depan papan pengumuman yang ramai, pusat kehidupan di Sad Town. Udara di kota ini begitu berat di siang hari. Namun, Keyz tidak memperdulikan nya, Ia memaksakan diri agar tetap fokus pada deretan pamflet yang tertempel tumpang tindih.
Mata barunya—yang hitam pekat seperti biji anggur busuk—membuat pandangannya luar biasa tajam, menangkap setiap detail huruf. Namun, mata itu juga membuat orang-orang menjauh. Mereka berbisik tentang kutukan atau penyakit yang menular. Keyz tidak peduli. Ia tidak punya banyak waktu untuk memikirkan hal-hal sepele seperti itu. Di otaknya hanya di penuhi oleh. —Seratus Juta Koin Emas.—
Ia menyisir setiap pamflet. Mengantar surat (10 perak).
Membantu Syalala menata barang (50 perak).
Mengalahkan Broar di hutan (1.000 perak)—Semua itu hanya remah-remah. Bahkan jika ia membunuh seribu Broar, ia hanya akan mendapat satu koin emas.
Frustrasi mulai merayap naik, pikirannya semakin kacau saat teringat di lehernya terpasang kalung logam, kalung anjing, kalung budak seratus juta koin emas!!!. Keyz menghela napas berat, suaranya terdengar mendesis. Tiba-tiba, mata hitamnya berhenti pada satu lembar kertas yang tampak baru.
Pamflet itu dipaku kuat, di bawahnya terdapat ilustrasi gunung megah yang diselimuti kabut. Tulisannya besar, rapi, dan mencolok:
Dibutuhkan Segera: Kayu Nisel Kelas Tertinggi
Perekrut: Toko Bangunan & Kerajinan 'The Elder Tree'
Tujuan: Mengumpulkan 50x Nisel Wood (Kayu Nisel). Kayu ini dikenal memiliki serat terkuat dan paling ringan, cocok untuk bahan konstruksi premium.
Lokasi: Area kaki Gunung Nisel, dekat Gerbang Utara.
Cara Perolehan: Kayu Nisel hanya bisa didapatkan sebagai drop item langka dari monster Nisel Boar yang mendiami kaki gunung Nisel.
Detail Monster: Nisel Boar adalah monster babi hutan yang ukurannya dua kali lebih besar dari babi biasa. Mereka memiliki cangkang kayu yang keras dan tanduk yang tajam. Mereka dikenal agresif di area pertahanan mereka.
Hadiah: 50.000 koin perak per 50 unit kayu. (Setara 50 koin emas).
Catatan: Hadiah akan bertambah 10% jika pengiriman dapat diselesaikan dalam waktu kurang dari satu hari.
Keyz mematung. Lalu terkekeh kecil mengingat hutangnya.
50.000 perak. Ini tidak terlalu besar, tapi ini jauh lebih baik daripada tidak ada satu perak pun. Ini adalah tantangan yang bisa ia terima. Ia sudah pernah menghadapi Boss Colon yang kuat, dan Golem Galian yang hampir membunuhnya. Nisel Boar—monster babi hutan—pasti bisa ia tangani. Lagi pula, Keyz merasa skill barunya terasa kuat, bahkan jika ia yakin, semakin dia sering bertarung, dia akan semakin cepat bertambah kuat.
Ia menarik pamflet itu dari papan pengumuman, merobeknya dengan sedikit kasar, lalu menyimpannya di tas pinggang nya.
Keyz memejamkan mata sejenak, menarik napasnya dalam-dalam, mencoba meredam ingatan akan kalung yang melingkari lehernya. Ia harus mulai bekerja, atau dia akan mati menjadi budak Unit Kesehatan Kota. Lalu, menghembuskan nya perlahan.
Journey To Nisel Mountain
Keyz melangkah keluar dari gerbang utara Sad Town. Udara terasa lebih segar di luar dinding kota, dinginnya kontras dengan panasnya amarah yang membara di dada Keyz karena hutang yang mencekik. Kalung logam di lehernya terasa dingin, terus dan terus mengingatkannya pada seratus juta koin emas yang harus ia bayar.
Jalan menuju Gunung Nisel adalah jalur tanah yang diapit oleh pepohonan besar di sisi kanan dan kiri. Jalanan itu menanjak perlahan, diselimuti bayangan panjang yang diciptakan oleh dedaunan tebal yang jarang ditembus sinar matahari.
Di sepanjang jalan, Keyz tidak sendiri. Beberapa petualang dan pedagang tampak lalu lalang. Petualang biasanya berpakaian zirah kulit atau logam yang compang-camping, membawa senjata besar di punggung mereka atau pinggang mereka. Mereka terlihat lelah dan letih, baju zirah mereka pun penuh goresan.
Sementara pedagang cenderung mengendarai gerobak yang ditarik oleh monster jinak berbulu tebal, membawa barang-barang dagangan yang tertutup terpal.
Keyz membiarkan mereka melewatinya. Matanya yang hitam pekat terus mengamati sekeliling. Dengan mata barunya, ia bisa melihat tekstur detail pada kulit pohon, setiap helai rumput yang bergetar tertiup angin, dan pergerakan sekecil apa pun di semak-semak.
Exploring The First Forest And Monsters
Setelah berjalan selama hampir satu jam, jalan setapak itu mulai berubah menjadi hutan yang lebih lebat. Suara serangga berdengung pelan, dan bau tanah lembab bercampur dengan aroma pinus yang kuat. Ini adalah batas luar hutan sebelum mencapai lereng gunung.
Di sini, monster-monster mulai muncul.
Yang pertama adalah Torpo—monster tikus yang Keyz lihat di reruntuhan gua sebelumnya. Mereka tampak membawa cangkul tambang mini, bergerak lambat, namun pandangan matanya kosong. Mereka tidak menyerang kecuali Keyz melangkah terlalu dekat.
Keyz mengabaikan Torpo, membiarkan mereka sibuk mencangkul tanah yang tampaknya tidak menghasilkan apa-apa.
Tak lama kemudian, ia mendengar derap kaki kecil yang tergesa-gesa. Dari semak belukar, muncul segerombolan monster kecil berwarna hijau yang menyerupai campuran sayuran dan kacang. Mereka adalah Colon. Ukurannya lebih kecil dari Colon di reruntuhan dan bentuknya hampir mirip, bergerak lincah dan berisik.
—Oh, Colon lagi. Mereka benar-benar ada di mana-mana di dunia ini.— Pikir Keyz.
Keyz tidak tertarik. Itu membuang banyak waktunya. Ia hanya butuh Kayu Nisel. Namun, saat gerombolan Colon itu melihatnya, mereka pun mulai bergerak dan mengepung Keyz.
Keyz berhenti. Ia menarik pedangnya, cahaya perak samar memantul dari bilah pedang pemberian Syalala.
Keyz memejamkan matanya. Lalu, memfokuskan kekuatannya di kaki kanannya.
Lalu...
“Slash!”
Satu gerakan cepat. Keyz tidak menggunakan kekuatan penuh. Ia hanya butuh satu tebasan saja untuk membunuh mereka, bukan meledakkan area itu seperti yang ia lakukan pada Golem Galian. Lima Colon di depannya langsung terbelah dan memuai menjadi asap hijau.
Keyz mengumpulkan biji kacang dan fragmen kulit yang mereka tinggalkan. Setiap item drop, sekecil apa pun itu nilainya, kini terasa sangat berharga.
Ia kembali berjalan, menyusuri jalur setapak yang semakin menanjak. Pepohonan di sini jauh lebih tua, batang-batangnya dililit oleh sulur-sulur tebal dan dihiasi jamur bercahaya redup.
The Foot Of Mount Nisel
Akhirnya, Keyz mencapai area yang ia yakini sebagai kaki Gunung Nisel. Pemandangannya terbuka, lereng gunung yang terjal menjulang tinggi di depannya, puncaknya diselimuti kabut putih tebal. Di sekitar Keyz, hutan mulai digantikan oleh padang rumput yang luas, berbatu, dan berlumut. Udara di sini sangat dingin, membuat napas Keyz mengeluarkan uap tebal.
Dan di kejauhan, ia melihat.
Beberapa monster babi hutan berkeliaran, mengendus-endus tanah dengan moncong mereka yang besar. Itulah Nisel Boar. Target utamanya.
Monster-monster itu seukuran anak sapi yang dalam masa pertumbuhan, dengan bulu tebal yang kaku berwarna cokelat tanah. Namun, yang paling menakutkan adalah cangkang kayu keras yang melapisi punggung mereka, serta dua tanduk tajam yang melengkung ke depan. Ketika mereka bergerak, terdengar suara gesekan kayu yang di timbulkan cangkangnya.
Keyz memperkuat cengkeramannya pada pedang. Ia harus mengalahkan lima puluh dari mereka, dan berharap mereka menjatuhkan satu batang Nisel Wood setiap satu Monster.
Ia memilih targetnya, seekor Nisel Boar yang agak terpisah dari gerombolan.
Keyz melangkah ke depan, kakinya menjejak keras di atas lumut basah.
Nisel Boar itu mendongak, matanya yang kecil dan merah menyala menatap Keyz. Ia mendengus keras, menggesekkan cangkangnya ke batang pohon mati di dekatnya, dan mengambil posisi menyerang.
Ini adalah pertarungan untuk membayar utang, pertarungan untuk bertahan hidup, dan pertarungan untuk mendapatkan jalan pulang. Keyz menarik napas dalam-dalam.
“Ayo kita lihat seberapa keras cangkang kayumu,” gumamnya.