NovelToon NovelToon
DRAMA SI SANGKURIANG

DRAMA SI SANGKURIANG

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Diam-Diam Cinta / Tamat
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: gilangboalang

Di tengah hiruk pikuk kota Bandung yang modern, seorang pemuda terjebak dalam cinta yang tidak seharusnya. Ia tak tahu, bahwa wanita yang ia cintai menyimpan masa lalu yang kelam — dan hubungan mereka bukan sekadar kisah cinta biasa, melainkan takdir yang berulang dari masa lampau...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon gilangboalang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BABAK XI: PEMBUKTIAN DAN PENEBUSAN ​ADIEGAN 24: KEBENARAN DALAM SEHELAI KERTAS ​

​Setelah kejadian brutal di Bandung, Arya membawa Reza kembali ke Jakarta. Nawangsih, yang masih terguncang, juga dibujuk untuk ikut, demi mengakhiri drama ini. Keesokan harinya, di sebuah rumah sakit swasta premium di Jakarta, Arya mengatur segalanya untuk pembuktian ilmiah terakhir: Tes DNA.

​Reza duduk di kursi tunggu, kepalanya diperban rapi akibat hantaman balok kayu malam sebelumnya. Wajahnya pucat, bukan hanya karena luka fisik, tetapi karena kelelahan emosional. Ia masih mengenakan pakaian yang sama, yang kini penuh noda tanah. Di seberangnya, Nawangsih (yang kini kembali dipanggil Ratih oleh Reza karena menolak memanggilnya Ibu), duduk diam, tatapannya kosong. Arya duduk di antara mereka, tegang dan cemas.

​Petugas medis mengambil sampel darah dari Nawangsih dan Reza. Prosedur itu sunyi dan penuh ketegangan. Sepanjang penantian, Reza tidak berbicara sepatah kata pun pada Nawangsih, hanya menatapnya dengan pandangan dingin dan penuh kebencian—ia masih percaya ini adalah konspirasi untuk membatalkan pernikahannya.

​Setelah beberapa jam yang terasa seperti setahun, dokter keluar dari ruang laboratorium, membawa sebuah amplop cokelat.

​"Pak Arya, Nona Ratih, dan Bapak Reza. Hasil tes DNA sudah keluar," ujar dokter itu dengan nada formal.

​Arya segera berdiri, matanya dipenuhi harapan dan ketakutan.

​"Bagaimana hasilnya, Dokter?"

​Dokter itu menyerahkan amplop itu kepada Arya, tetapi Nawangsih mengisyaratkan agar amplop itu diserahkan kepada Reza. Ini adalah momen Reza untuk menghadapi kebenaran.

​Reza mengambil amplop itu. Tangannya gemetar saat ia membuka segel kertas. Ia menarik napas panjang, menatap Ayahnya, lalu menatap Nawangsih, yang memberinya pandangan penuh penyesalan.

​Reza Membaca Kebenaran

​Reza mulai membaca surat resmi hasil analisis itu. Awalnya, ia membaca dengan sikap santai dan meremehkan, yakin bahwa ini hanyalah akal-akalan Ratih dan Arya.

​...Perbandingan sampel DNA... Genotipe maternal...

​Reza membalik halaman. Senyum sinisnya mulai memudar. Matanya mulai fokus pada angka-angka dan istilah ilmiah yang tertera di sana.

​...Probabilitas hubungan keibuan antara Subjek A (Nawangsih / Ratih) dan Subjek B (Reza)... Hasil menunjukkan kecocokan genetik 99.9999%.

​...Secara resmi, berdasarkan bukti ilmiah DNA, Subjek A adalah ibu kandung biologis dari Subjek B.

​Dunia Reza runtuh.

​Amplop di tangannya bergetar hebat. Wajahnya yang tadi pucat kini semakin putih, seperti mayat. Mata tajam seorang Nahkoda kini dipenuhi kengerian yang tak terbayangkan.

​Hatinya mulai berdetak tak karuan (dak dik duk), dipenuhi keputusasaan dan kegilaan. Ia melihat Nawangsih. Bukan Ratih, kekasihnya. Tetapi Nawangsih, ibunya. Ibu kandungnya.

​Semua kenangan buruk, semua tindakan kasarnya semalam, semua janji pernikahan, semua rayuan mesra yang ia lakukan pada Ratih, kembali menghantamnya seperti ombak raksasa di tengah badai.

​Ada rasa bersalah yang luar biasa. Rasa penyesalan yang menghancurkan. Dan yang paling gila, ada rasa kebodohan karena ia gagal melihat kebenaran yang begitu jelas, hanya karena obsesi dan kesuksesannya.

​Reza menaruh surat DNA itu di pangkuannya. Tangannya mengepal erat, air mata menggenang di matanya hingga pandangannya kabur. Ia tidak sanggup lagi menatap wajah ibunya.

​Penebusan Sang Anak Hilang

​Reza bergeser dari kursinya. Perlahan, ia turun dari kursi, lalu membungkuk di hadapan Nawangsih. Air matanya yang selama ini ia tahan sejak usia 15 tahun kini pecah.

​Ia merangkak ke kaki Nawangsih, memeluk erat paha ibunya.

​"Mama! Mamaaa!" raung Reza, kata 'Mama' itu terasa asing dan menyakitkan setelah sekian lama ia menyebutnya 'Sayang'.

​"Mama, maafkan aku! Maafkan aku! Aku anak bodoh! Aku anak gila! Aku berandal yang tidak tahu diri! Aku mencoba memperkosamu, Mama! Aku memukulmu! Aku mengancammu! Aku pantas mati! Maafkan aku, Ma! Aku anakmu!"

​Reza menangis tersedu-sedu, terisak-isak di pangkuan ibunya, tangisan yang menunjukkan penyesalan paling dalam dari seorang anak yang menyadari kejahatan paling mengerikan. Ia adalah Nahkoda sukses, tetapi ia gagal mengenali cinta pertamanya.

​Nawangsih, yang hatinya sudah hancur sejak semalam, kini merasakan semua sakit hati itu terangkat. Ia memandangi putranya, yang kini kembali menjadi remaja 15 tahun yang ketakutan dan rapuh.

​Nawangsih mengulurkan tangannya, merangkul kepala Reza, membiarkan putranya menangis.

​"Bangun, Nak. Berdirilah," bisik Nawangsih, suaranya dipenuhi kasih sayang yang ia tahan selama bertahun-tahun.

​Saat Reza berdiri, wajahnya penuh air mata dan penyesalan. Nawangsih menatapnya lurus-lurus, lalu mengangkat tangannya.

​PLAK!

​Nawangsih menampar Reza. Tidak sekeras tamparan Reza semalam, tetapi itu adalah tamparan penebusan dosa dan kesadaran.

​"Aku juga minta maaf, Nak! Aku minta maaf karena aku mengusirmu! Aku minta maaf karena membiarkanmu tumbuh sendiri! Aku minta maaf karena tidak pernah memberitahumu tentang kutukan kebodohan ini! Aku minta maaf karena aku tidak pernah bisa menjadi Mama yang baik bagimu!"

​Tangisan Nawangsih pecah. Ia segera menarik putranya ke dalam pelukan yang sangat erat. Pelukan seorang Ibu dan anak yang terpisah oleh takdir, waktu, dan penyamaran. Mereka berpelukan, tangisan mereka menyatu, membersihkan semua luka dan dosa di masa lalu.

​"Aku bodoh, Ma. Aku gila, Ma. Aku mencintaimu, Ma," bisik Reza di bahu Nawangsih.

​"Aku tahu, Nak. Mama tahu. Mama juga mencintaimu," balas Nawangsih.

​Arya, yang menyaksikan adegan rekonsiliasi yang mengharukan sekaligus tragis itu, tidak bisa menahan perasaannya. Ia melangkah mendekat, lalu memeluk kedua orang yang paling ia cintai di dunia. Pelukan tiga orang yang disatukan kembali oleh takdir, ilmu pengetahuan, dan sebuah tamparan penebusan dosa.

​Kisah cinta terlarang itu kini berubah menjadi kisah keluarga yang menyakitkan.

1
Agustina Fauzan
baguuus
gilangsaputra
keren
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!