NovelToon NovelToon
Melihat Malapetaka, Malah Dapat Jodoh Dari Negara

Melihat Malapetaka, Malah Dapat Jodoh Dari Negara

Status: sedang berlangsung
Genre:Kebangkitan pecundang / Kontras Takdir / Romansa Fantasi / Mata Batin / Fantasi Wanita / Mengubah Takdir
Popularitas:6k
Nilai: 5
Nama Author: INeeTha

Salsa bisa lihat malapetaka orang lain… dan ternyata, kemampuannya bikin negara ikut campur urusan cintanya!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon INeeTha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jadwal Padat Bak Selebriti

Di sudut sepi Ocean Park, Citra Lestari memapah seorang ibu hamil ke bangku taman.

"Makasih ya, Mbak. Tadi desak-desakan banget, napas saya sampai sesak," keluh si ibu hamil sambil memegangi perut besarnya.

Citra tersenyum tulus. "Sama-sama, Bu. Ibu sendirian?"

"Suami saya nunggu di gerbang. Saya istirahat bentar ya."

Teman Citra, Rara, datang membawakan air dan burger. "Dimakan ya Bu, biar nggak lemes."

Tepat saat itu, pengeras suara taman bergema memanggil nama Citra Lestari sebagai pemenang undian. Citra dan Rara heboh, lalu pamit menuju Pusat Informasi, meninggalkan si ibu hamil yang tersenyum penuh terima kasih.

Namun, begitu punggung mereka menjauh, si "ibu hamil" langsung melompat bangun. Gerakannya lincah, matanya liar memindai sekitar. Dia menyeringai, tangannya menepuk perut buncitnya yang berisi barang curian.

Dia berjalan cepat, mencoba membaur dengan kerumunan parade.

Tapi insting malingnya berteriak 'bahaya' saat s eorang tukang kebun dan petugas kebersihan di dekatnya terasa... mencurigakan.

Sial, mereka polisi!

Dia mempercepat langkah, menyelinap di antara penari parade. Dikit lagi dia pasti bisa lolos!

Tiba-tiba, sepasang tangan berbulu tebal mencengkeram lengannya.

"Selamat! Anda terpilih jadi penonton beruntung!"

Suara itu datang dari maskot Domba Shaun. Kerumunan bersorak iri. Tapi di telinga si maling, suara dari balik kostum itu terdengar dingin dan berat.

"Kooperatif dikit. Atau mau saya borgol di depan ribuan orang ini?"

Itu Pak Jaka, polisi senior. Di balik kostum-kostum lucu itu, Tim Anti-Copet sudah mengepungnya.

"Kalian hampir bikin orang mati, tahu nggak?" gerutu Pak Jaka.

Sementara itu, Citra ambruk di tengah jalan.

"Citra!" Rara panik. Dia merogoh tas Citra untuk mencari obat darurat.

KOSONG.

Tas itu sudah dikuras habis. Obat penyelamat nyawa Citra raib.

"Tolong! Ada dokter nggak?!" Rara berteriak histeris melihat wajah Citra yang memucat.

Tiba-tiba, Adit yang pakai kostum si Gurita Seksi membelah kerumunan. "Minggir! Kasih jalan!"

Wuuusss!

Sebuah drone canggih mendarat mulus, membawa kotak obat logam yang tadi dibuang si maling ke tong sampah. Tim medis langsung menyuntikkan obat itu ke Citra.

Detik-detik menegangkan berlalu hingga napas Citra kembali teratur.

Saat Citra sadar, staf taman atas arahan polisi menjelaskan bahwa obat itu ditemukan berkat "sistem keamanan canggih". Rara menangis lega.

Tapi, bisik-bisik tetangga mulai terdengar menyakitkan.

"Penyakitan kok keluyuran."

"Pake barang branded sih, ya mancing maling lah."

Salsa mengepalkan tangan, siap melabrak. Tapi suara borgol berbunyi lebih dulu.

Klik!

Komandan Rakha Wisesa muncul, sudah melepas kostum Kucing Hitam nistanya. Kini dia berdiri tegak dengan seragam lengkap, gagah dan mengintimidasi.

"Melindungi warga adalah tugas kami," suaranya berat, membungkam mulut-mulut julid. "Korban tidak perlu jadi manusia sempurna untuk mendapat keadilan. Pakaian mahal bukan alasan untuk membenarkan kejahatan!"

Rakha menggiring para pelaku pergi. Saat melewati Salsa, dia melirik sekilas. Bibirnya bergerak tanpa suara.

"Makasih... Bu Bos Kecil."

Salsa terpaku. Cool banget, beda jauh sama kucing yang tadi nepuk-nepuk kepalanya.

Reyhan, yang menyadari tatapan Salsa ke Rakha, langsung pasang badan.

"Sal, laper nggak?" Reyhan menyentil balon kodok Salsa. "Yuk makan, aku traktir!"

Sore itu, mereka menghabiskan waktu bermain arcade. Reyhan memenangkan segunung boneka untuk Salsa.

Saat matahari terbenam, Reyhan pamit. Dia harus terbang untuk karantina kejuaraan dunia.

"Sal, janji ya nonton aku tanding?" Reyhan menatap Salsa lekat.

"Pasti! Pecahin rekor dunia ya!"

Sepeninggal Reyhan, Salsa baru sadar. Tanggal lomba Reyhan bentrok dengan dua acara ulang tahun: Kakeknya Lina, si pembully di kampus Salsa dulu dan Ibu Berlina, mertuanya Pak Dono Sudrajat.

Dua-duanya orang kaya tipe 'old money'. Jangan-jangan venue-nya sama?

Ah, masa bodoh. Yang penting makan enak.

Salsa menunggu bus sambil selfie dengan belasan boneka yang menggantung di badannya.

Cekrek!

Sebuah Range Rover hitam mengkilap berhenti di depannya. Kaca turun, menampilkan wajah datar Rakha.

"Naik."

"Eh, Pak Komandan? Mau kemana?"

"Anter kamu pulang. Cepetan."

Salsa masuk, membawa serta pasukan bonekanya. Rakha mengernyit jijik saat tentakel gurita pink menyentuh tangannya.

"Ndan, makasih ya," Salsa nyengir. "Nih, ambil satu buat kenang-kenangan."

"Saya nggak suka boneka. Emangnya Saya bocah alay kaya kamu," tolak Rakha dingin.

Dia melemparkan amplop emas. "Dari bos taman hiburan. Hadiah buat informan."

Salsa membukanya: Dua kartu VIP Seumur Hidup. Bebas antre, voucher belanja 5 juta per bulan, gratis hotel resort.

"GILA! Jajan 5 juta per bulan?! Kaya mendadak aku!" Mata Salsa bebinar-binar.

Rakha tersenyum tipis melihat tingkahnya, tapi senyum itu hilang saat melihat gelang kodok couple di tangan Salsa.

"Sekarang kamu bisa pacaran tiap hari di sana sama pacar kecilmu."

"Dia bukan pacar," bantah Salsa.

"Hm. Terserah," jawab Rakha ketus.

Sampai di apartemen, satpam menyapa Salsa. "Wih, Neng Salsa! Temenmu yang kaya itu ganti mobil lagi?"

Pak Satpam mengira itu Maya, sahabat kaya raya Salsa yang biasa mengantar jemput pakai Mercy.

"Hah? Itu mobil mewah ya, Pak?" Salsa polos banget soal otomotif. Baginya mobil itu cuma alat transportasi.

Pak Satpam tertawa. "Itu Range Rover, Neng! Paling murah juga miliaran harganya!"

Salsa melongo. Jadi Pak Komandan ini... polisi sultan gabut yang kerja cari pengalaman doang?!

Nasib orang beda-beda banget ya.

Salsa nyengir. "Doain ya Pak, nanti saya yang bawa mobil mewah sendiri ke sini!"

"Siap! Nanti ajak Bapak muter-muter ya!" Salsa mengangguk mantap dan masuk ke lobi.

Tiga hari kemudian.

Hari ini adalah ulang tahun Ibu Berlina. Riko asistennya Pak Dono Sudrajat sudah menelepon Salsa semalam. Jam 8 pagi akan ada jemputan VVIP. Mulai dari sarapan, fitting baju, makeover, sampai diantar ke venue pesta di "Puri Samudra"—klub privat elit yang menyewa separuh garis pantai.

Jadwalnya padat bak selebriti papan atas. Salsa jadi gugup.

Sambil sikat gigi, Salsa mengecek HP.

Postingan terbaru di timeline datang dari Lina, teman sekampus yang hobi mem-bully-nya.

Fotonya pamer banget: Lina pakai gaun biru, kalung berlian, berpose di restoran bawah laut.

Caption: "Cek ombak buat birthday party Opa. Lounge bawah lautnya oke juga~"

Di kolom komentar, dua kacung setianya, Tania dan Sindy, sudah menjilat:

- Tania: Makasih Princess Lina udah ajak kita! Seumur hidup nggak bakal bisa masuk private beach gini kalau nggak diajak kamu!

- Sindy: Happy birthday buat Opa Seniman Kebanggaan!

Komentar lain dari teman kampus juga membanjir, memuji kemewahan venue kaca transparan 360 derajat itu.

Salsa menaikkan alis.

Hotel di pinggir laut? Jangan-jangan venue-nya sama dengan pesta Ibu Berlina?

Duh, jangan sampai ketemu Lina si pembawa sial itu deh.

"Nona Salsa, silakan sarapan sambil pilih gaun," kata Anna, asisten pribadi yang dikirim Pak Dono buat ngurusin Salsa seharian ini.

Salsa makan croissant mahal sambil menonton tiga model berjalan bak catwalk memperagakan gaun-gaun mewah.

Gila. Orang kaya kalau mau beli baju nggak perlu capek jalan ke mall, baju sama modelnya nyamperin sendiri ke rumah!

Dua jam kemudian, Salsa menatap cermin. Gadis di sana bukan lagi Salsa si pengangguran, tapi putri dongeng. Gaun mermaid biru danau membalut tubuhnya, kalung mutiara laut selatan menghiasi leher jenjangnya.

"Sempurna," puji Anna.

Mobil membawanya ke Puri Samudra, klub privat paling elit di tepi pantai.

Salsa turun dari mobil, angin laut menerpa rambut ikalnya. Semua mata tertuju padanya.

"Itu anak siapa? Cantik banget."

"Kalungnya... itu kan lelang kemarin!"

Salsa mencoba berjalan anggun, tapi...

Krak.

Kakinya keseleo. Sial, sepatu ketinggian!

Anna berlari mengambil sepatu ganti. Salsa berdiri sendirian memegang tabung lukisan hadiah buat Ibu Berlina.

"Salsa Liani?!"

Suara cempreng yang familier. Tania, kacung setia Lina, menatapnya dengan mata melotot.

"Ngapain lo di sini? Nyusup ya?" Tania menatap sinis. "Lina nggak ngundang lo tuh."

"Gue di sini bukan buat Lina," jawab Salsa datar.

"Tania, kenapa?"

Lina muncul di lobi. Dia belum mengenali Salsa, mengira itu anak pejabat mana.

"Lin, ada yang liat postingan lo terus dateng tak diundang nih," adu Tania.

Lina menyipitkan mata. "Salsa?!"

Matanya menyapu penampilan Salsa. Gaun mermaid itu... dia belum pernah lihat di majalah. Pasti merek pasar tanah abang. Tapi bahannya kok bagus?

Lina muncul, memasang wajah manis palsu. "Duh Sal, sorry banget. Ultah kakek gue seated dinner, nggak ada kursi sisa buat lo. Nih gue transfer gocap buat ongkos Lo balik."

Dia melirik tabung lukisan Salsa. "Itu apaan? Lukisan lo? Hadiah sampah kayak gitu jangan dikasih ke kakek gue deh, malu-maluin."

"Dasar pick me," desis Salsa.

"Lo bilang apa barusan?!" Lina mau meledak.

Tiba-tiba, suara mesin meraung. Ferrari merah menyala berhenti. Turunlah Petra Wijaya, desainer top dunia, dengan gaya bad boy yang mempesona.

Kerumunan heboh. Lina dan Tania langsung mode fangirl.

Tapi Petra berjalan lurus ke arah Salsa. Dia melepas kacamata hitamnya, menatap lekat.

"Gaun ini..." Petra tersenyum maut. "Jauh lebih hidup dipakai kamu daripada di manekin studioku. Sangat cocok."

BOOM.

Lina dan Tania melongo. Gaun yang mereka pikir kelas tanah abang ternyata mahakarya desainer idola mereka?!

Salsa bingung dipuji, tapi saat matanya bertemu mata Petra, pandangannya memburam.

Halusinasinya kembali datang!

Dalam penglihatannya:

Pesta berlangsung meriah. Petra Wijaya duduk makan dengan anggun.

Dia bersulang dengan ayahnya dan Ibu Berlina.

Dia meminum wine-nya, tertawa, lalu...

BRUK!

Petra kejang-kejang, mulut berbusa. Mati di tempat.

Diagnosa: Keracunan Sianida.

Ayah Petra mengamuk, menyalahkan penyelenggara yaitu Group Sudrajat. Semua kerjasama dibatalkan. Group Sudrajat rugi triliunan dan diambang kebangkrutan.

Salsa tersentak kembali ke kenyataan. Jantungnya berpacu kencang.

Gawat!

Group Sudrajat adalah sponsor pengobatan mata Kak Surya! Kalau mereka bangkrut, siapa yang bayar biaya operasi kakaknya?!

Salsa menatap Petra yang masih tersenyum di depannya.

Pria ini nggak boleh mati! Demi mata Kakak, dia harus hidup!

1
Lala Kusumah
nah loh....
Tini Rizki
keren bikin penasaran lanjut Thor
Lala Kusumah
Alhamdulillah Salsa, rezeki anak Sholehah 🙏🙏👍👍😍😍
...cienta kamyu...
lanjut thoorr...semangat yaa
sahabat pena
syukurlah si playboy petra selamat 🤣🤣🤣🤣dag dig ser itu dihadapkan sama makanan dan minuman yg beracun
Lala Kusumah
alhamdulilah semua selamat, tegaaaanng pisan 🫣🫣😵‍💫😵‍💫🙏🙏👍👍
hebaaaaaatt Salsa 👍👍👍
Lala Kusumah
ikutan tegaaaanng kalau Salsa lagi mode on begitu 🫣🫣😵‍💫😵‍💫
sahabat pena
huhuhu up nya kurang byk kak.... lagi seru yeuh 🤣🤣🤣✌
Lala Kusumah
sukses selalu bang Surya 👍👍👍
Reni Syahra
kerenn bangett eksekusinya..
lanjutt thor💪
ganbatteee😍
Lala Kusumah
semangat Salsa 🙏🙏💪💪👍👍
saniati Amat
semangat trs thor,jgn lupa jg ksehatn,ditunggu up slanjutnya💪💪💪💪
renren syahra
up nya jng lama2 dong thor
sahabat pena
Luar biasa
Lala Kusumah
bakat Salsa emang hebaaaaaatt n kereeeeeennn 👍👍👍
Lala Kusumah
cepat tolong kakakmu Salsa 🙏🙏🙏
Lala Kusumah
syukurlah
Melody Aurelia
bos gurem nih😄
Melody Aurelia
emang enak kalo kantong penuh
Melody Aurelia
keren loh 👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!