 
                            Keputusan gegabah membuat Sekar harus menderita, suami yang ia terima pinangannya 5 tahun lalu ternyata tak membawanya ke dalam kebahagiaan. Sekar harus hidup bersama ibu mertua dan kedua iparnya yang hanya menganggapnya sebagai pembantu.
Sekar yang merasa terabaikan akhirnya memilih kabur dan menggugat suaminya. Bagaimana kisah selanjutnya?
Ikuti ceritanya setiap episode. Aku mohon jangan di lompat. Terima kasih 🙏🏼
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mami Al, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian Keduapuluhsatu
Reno yang lapar, melangkah ke warung Pak Karman membeli sarapan buat dirinya. Ia memesan seporsi nasi putih disiram sayur lodeh dengan lauk ayam sambal ijo dan perkedel. Reno duduk sembari menikmati sarapannya ditemani secangkir teh hangat.
Bu Lilis yang baru datang, melihat sosok Reno dengan lahapnya menyantap makanannya. Ia lantas menyapanya, "Eh, kamu sarapan di sini. Biasanya Sekar yang beli, di mana dia? Apa sudah sehat?"
Reno tak segera menjawab, ia berpikir sejenak. Ia tidak ingin tetangganya mencecar beberapa pertanyaan mengenai kepergian Sekar tanpa sepengetahuannya.
"Reno!" panggil Bu Lilis pelan meyakinkan pemuda itu bahwa dirinya sedang bertanya.
"Oh, iya, Bu. Dia sudah sehat!" kata Reno berbohong.
"Alhamdulillah kalau begitu. Sekar jangan terlalu capek, dia butuh istirahat lebih. Takutnya nanti dia sakit dan tetangganya juga yang repot!" ucap Bu Lilis sekalian menyindir Reno yang membiarkan Sekar sendirian di rumah sakit tanpa penjagaan dari keluarganya.
"Iya, Bu. Nanti aku nasehati dia!" kata Reno melemparkan senyuman singkat dan terpaksa.
Reno selesai menikmati sarapannya, ia pulang membawa 2 porsi buat Lastri dan Lulu.
"Bu, nanti kalau para tetangga menanyakan Sekar. Bilang saja dia di rumah dan sehat," kata Reno seraya meletakkan bungkusan makanan di atas meja makan.
"Kenapa harus bilang begitu?" tanya Lastri yang muncul dari arah dapur.
"Tadi Bu Lilis tanya tentang Sekar, cuma aku bilang dia sudah sehat. Mereka 'kan enggak tahu kalau sebenarnya Sekar kabur," jawab Reno.
"Iya, ya, nanti Ibu bilang ke orang-orang sini," kata Lastri.
Reno pun berangkat bekerja, Lastri yang sudah selesai mencuci piring dan beberes rumah lanjut menyapu halaman rumah yang tak terlalu luas tetapi daun pohon mangga membuatnya harus membersihkannya agar terlihat rapi.
Setelah melakukan pekerjaannya, Lastri menyantap sarapannya bersama Lulu yang mengeluh capek karena mencuci pakaian dirinya, ibu dan kakaknya.
"Sepertinya aku harus menikah secepatnya!" kata Lulu.
"Kenapa? Kamu hamil?" tanya Lastri dengan tatapan menyelidik.
"Astaga, Bu. Enggaklah!" jawab Lulu.
"Terus kenapa kamu mau cepat-cepat menikah?" tanya Lastri lagi.
"Daripada di rumah ini, aku capek jika terus mencuci pakaian," jawab Lulu lagi.
"Oh, jadi kamu ingin kabur dari masalah ini?" tuding Lastri.
"Bukan begitu, tapi aku malas saja," kata Lulu.
"Kalau kamu mau menikah, boleh saja. Asal..."
"Asal apa, Bu?" tanya Lulu.
"Tiap bulan kamu kirim uang buat bayar tukang cuci baju dan piring," jawab Lastri.
"Oh, masalah itu gampang!" kata Lulu dengan percaya diri dan yakin jika suaminya kelak akan mengirimkan uang untuk Lastri.
"Awas saja kamu lari dari tanggung jawab!" ancam Lastri.
"Iya, tenang saja, Bu."
Hening beberapa detik..
"Nanti kamu belanja ke warung, ya!" kata Lastri sembari mengunyah makanannya.
"Kenapa aku, Bu?" protes Lulu yang tak mau di suruh belanja.
"Ibu malas sekali ketemu ibu-ibu lainnya di warung!" kata Lastri beralasan.
"Ibu jawab aja sejujurnya!" ucap Lulu yang paham ibunya pasti bingung jika ditanya tentang istri kakaknya.
"Kamu mau mereka mempermalukan Ibu?" kesal Lastri.
"Ya, pandai-pandai Ibu aja. Supaya mereka percaya kalau Kak Sekar memang bukan istri yang baik," kata Lulu.
"Enggak segampang itu, Lu. Si Sekar pandai bersilat kata, dia sudah bicara banyak dengan orang-orang sini dan percaya ucapannya," ujar Lastri menuding.
"Agak susah juga, sih. Tapi, aku tidak mau berbelanja," tolak Lulu dengan tegas.
Mau tak mau, Lastri pergi ke warung sembako setelah selesai sarapan. Ia membeli setengah kilo ayam dan seperempat cabai merah.
"Sekar belum sembuh, Bu?" tanya Bu Dian, pemilik warung sembako.
"Belum. Manja sekali dia, padahal cuma batuk tapi mau dia tiduran saja," jawab Lastri.
"Biarkanlah sesekali Sekar beristirahat, lagian dia memang baru keluar dari rumah sakit dan butuh pemulihan," kata Bu Dian.
"Iya, makanya ku biarkan dia tidur," ucap Lastri berbohong.