Novel ini hanya sebuah karya fiksi belaka...
Ada banyak adegan kejam dan 21(+)... Silahkan bijaksana dalam membaca...
~**~
Tubuh Claire membeku. Memang ia diajari seni bela diri oleh sang nenek. Tetapi Claire sama sekali tidak pernah menggunakannya, Claire selalu mencari aman dengan selalu menyendiri. Dan ini adalah pertama kalinya dalam hidup Claire ia melihat kejadian sesadis itu.
Usai mencabut belati tersebut dari tubuh si pemuda, Keenan menatap ke arah Claire. Nafas Claire semakin tak terkendali. Denyut jantungnya bahkan berdetak dengan cepat. Claire pikir Keenan akan mendatanginya dan melakukan sesuatu kepadanya. Tetapi Keenan hanya menatap dingin ke arah Claire. Ia sama sekali tidak melakukan apa pun pada Claire.
Berawal dari kejadian itu, kehidupan Claire berubah menjadi seperti lorer coaster yang penuh dengan teka teki.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Caca 15, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ep 33
Sret!
Keenan mengambil paksa botol anggur itu dari tangan Kyra. Dan dari situlah Kyra baru sadar jika ada orang lain selain dirinya di dalam apartemennya. Kyra lantas berdiri dan mengambil kembali miliknya yang di rebut oleh Keenan.
“Kembalikan botol itu!” ucap Kyra begitu tepat berdiri di depan Keenan. Dimana tinggi Kyra hanya sebatas bahu Keenan, jadi cukup dengan Keenan menaikkan botol itu dalam genggamannya dan Kyra tak akan bisa mengambilnya.
“Kalau aku tak mau?” ucap Keenan sambil memperhatikan Kyra. Ia tak akan lengah lagi sehingga kejadian waktu lalu tak akan terulang kembali.
Dada Kyra semakin terasa sesak, tangisnya semakin tak terbendung lagi. Kyra menangis sejadi – jadinya sambil memukul dada Keenan karena ia tak bisa mendapatkan botol anggur yang di ambil oleh Keenan.
Bug! Bug! Bug! Bug!
GREP!
Tangan Kyra di tangkap oleh Keenan. Dan detik itu juga Kyra meletakkan kepala dengan lemas sambil menangis di dada Keenan. Kyra menangis dengan posisi kepala tertunduk. Dan tangis Kyra sangat mirip seperti menangisnya seorang anak kecil yang kehilangan permennya.
“Hiks.. hiks.. hiks.. huuwaaaa… aaa aaaaaa… huwaaaaaaa…” “Kenapa rasanya sesakit ini! huaaaa… Kenapa kalian tak menginginkan ku?... kenapa kalian semua meninggalkan ku…haaaaa…” “Mereka tak menginginkan ku! Dan kini kau meninggalkan ku… hiks.. hiks.. hiks...”
Keenan hanya diam mendengarkan Kyra menangis. Ia sama sekali tidak mengatakan apa pun. Ia membiarkan Kyra mengeluarkan semua rasa sakit yang ia rasakan, meskipun Keenan tak paham dengan apa yang saat ini Kyra hadapi.
Dan Keenan tahu, kali ini Kyra benar – benar sedang terluka. Tangis Kyra bukanlah sebuah tangis acting yang dulu sering Kyra keluarkan untuk menarik perhatian dari dirinya. Dan tak tahu entah ada angina dari mana, tiba – tiba Keenan memiliki rasa empati untuk Kyra. Tangan Keenan perlahan – lahan terulur untuk memeluk Kyra dan mengusap perlahan punggung Kyra untuk membuatnya sedikit tenang.
“Semua akan baik – baik saja!” hanya satu kalimat itu yang Kentro ucapkan dikala Kyra selesai mengeluarkan isi hati dan pikirannya.
Meskipun Kyra dalam keadaan menangis, ia dapat mendengar dengan jelas apa yang Keenan ucapkan untuk menghibur hatinya. Dan kalimat itu benar – benar sangat berarti untuk Kyra saat ini karena hati dan pikirannya memang sedang tidak baik – baik saja.
Cukup lama Kyra menangis di dalam pelukan Keenan. Bahkan karena terlalu lama menangis, tiba – tiba tubuh Kyra melemas di pelukan Keenan. Keenan pikir Kyra pingsan. Tapi setelah meraba denyut nadi dan melihat pernafasan Kyra, ternyata Kyra hanya tertidur karena kelelahan menangis.
“Haaahhh… kau memang merepotkan!” meskipun mengomel dan protes, Keenan tetap meletakkan Kyra di atas tempat tidur dan menyelimutinya.
Setelah memposisikan Kyra tidur dengan posisi nyaman, Keenan tak langsung pergi. Tanpa sengaja ia masih melihat adanya tetesan air mata yang mengalir dari mata Kyra yang terpejam. Lagi – lagi tanpa sadar tangan Keenan terulur untuk mengusap air mata yang mengalir di pipi Kyra. Dan begitu ia sadar dengan apa yang sudah ia lakukan, Keenan lantas beranjak pergi dari kamar Kyra.
Grep!
Tangan Keenan di pegang oleh Kyra dalam keadaan ia masih terpejam. “Hiks.. hiks.. hiks.. Jangan pergi nenek! Jangan tinggalkan aku!” racau Kyra tanpa sadar.
Alis Keenan langsung mengkerut. ‘Sejak kapan dia memiliki nenek? Bukannya orang tua Alvin dan Allura sudah tiada semua!’ Keenan menemukan ada sesuatu yang janggal pada diri Kyra. ‘Kenapa semakin lama kau semakin menjadi orang yang berbeda?’ gumam Keenan lagi.
Tapi Keenan memanglah bukan orang yang baik hati. Ia melepas paksa tangan Kyra dari tangannya. Dan begitu terlepas, ia lantas mendudukkan dirinya di sofa yang ada di dalam kamar Kyra. Keenan hanya diam dan duduk di sana sambil mengamati Kyra yang terlelap dan sesekali mengigau. Hingga tanpa sadar, Keenan tertidur di sofa dalam posisi duduk.
Esok paginya, Kyra terbangun lebih dulu. Ia merasakan kepalanya berdenyut sakit. Dan begitu ia menoleh ke samping, ia terkejut saat mendapati Keenan tidur dalam keadaan duduk. Dari situ, Kyra sedikit merasakan kebaikan dari dalam diri Keenan. Padahal bisa saja ia melakukan hal lain atau tidur di atas tempat tidur dengannya, tapi ia justru memilih tidur di sofa. Lalu Kyra teringat dengan kejadian semalam saat ia menangis, meraung dan memukuli dada Keenan untuk melampiaskan emosinya.
“Semua akan baik – baik saja!”
Kalimat sepele yang di ucapkan Keenan dapat diingat jelas oleh Kyra. Bahkan Kyra sampai tersenyum malu jika teringat kata – kata itu.
Dan untuk membalas kebaikan Keenan, Kyra berencana untuk membuatkan sarapan pagi untuk mereka berdua. Perlahan Kyra turun dari tempat tidur dengan hati – hati agar tidak membangunkan Keenan yang masih tertidur. Bahkan agar tidak membuat suara yang bisa mengusik Keenan, Kyra sampai berjalan mengendap – endap.
“Tapi dia suka sarapan apa ya?” tiba – tiba Kyra berhenti saat akan mencapai pintu. Namun Kyra tak mau ambil pusing lagi dan langsung menuju dapur.
Setelah pintu tertutup, mata Keenan langsung terbuka. Sebenarnya ia sejak tadi sudah bangun, bahkan sebelum Kyra bangun, ia sudah bangun lebih dulu. Tapi begitu Kyra bangun dan membuka mata, ia lantas berpura – pura memejamkan matanya lagi seolah masih dalam keadaan terlelap tidur. “Ternyata ia memiliki sisi lembut juga!” gumam Keenan.
Kini lengkap sudah apa yang Keenan tahu tentang Kyra. Ia pernah melihat bagaimana Kyra dalam berbagai macam versi. Mulai dari versi bahagia hingga terpuruk seperti tadi malam.
Kini Keenan tengah mengotak atik ponselnya di dalam kamar Kyra. Keenan sama sekali tak mau melanjutkan sandiwara tidurnya. Ia lantas bangun dan meninggalkan kamar Kyra.
“Kau sudah bangun? Aku sedang membuatkan sarapan!” tapi Keenan sama sekali tak mengindahkan perkataan Kyra. Ia justru berjalan menuju pintu apartemen
“Baiklah! Pulanglah! Pintu ada di sebelah sana! Terimakasih sudah menemani ku tadi malam!” Karena tak mau lebih malu sebab Keenan hanya diam, akhirnya Kyra mengusir Keenan secara halus.
Klik!
“Ku pikir dia masih punya hati. Nyatanya aku saja yang terlalu berpikir lebih!” sahut Kyra. Lalu ia menatap dua piring sandwich yang berada di atas meja. “Tau gitu tadi aku nggak usah capek – capek bikin dua” gerutu Kyra.
Kyra lantas duduk dan mengirimkan pesan kepada Bella jika dirinya hari ini tidak masuk sekolah karena kurang enak badan.
“Bell, hari ini aku nggak berangkat sekolah! Aku butuh waktu untuk menenangkan diri!”
Drrttt…
“Baiklah! Pulang sekolah nanti aku akan ke apartemen mu!” balasan dari Bella.
Kyra lantas meninggalkan meja makan dan menuju ke balkon kamar untuk mencari udara segar. Kyra duduk di kursi panjang lalu memejamkan matanya lagi mengingat tulisan yang ditinggalkan sang nenek untuknya. Perlahan air matanya mengalir lagi. Kyra tah tahu darimana ia harus menemukan keluarganya yang sebenarnya. Lalu bagaimana dengan tanggapan mereka nantinya. Apakah mereka akan percaya dan mau menerima dirinya saat ini.
‘Apa yang harus aku lakukan sekarang! Apa aku harus diam saja dan bersama dengan keluarga Kyra?’
Aaaauuu… uuwwuuuuuu…
Claire menoleh ke arah Blackie yang saat ini menyusulnya di balkon. “Sekarang kita sama Xi. Aku tak punya siapa – siapa selain diri mu Xi! Apa seperti ini perasaan yang kau rasakan sejak dulu?” Seperti orang yang tidak waras, Claire mengajak bicara Blackie seperti ia paham dengan apa yang ia ucapnya.
Drrrrrrrrrrrrrrrttt…
Drrrrrrrrrrrrrrrttt…
Drrrrrrrrrrrrrrrttt…
Dengan malas Claire menerima panggilan dari mommy Ara. “Iya, hallo mom!” ucap Claire dengan nada malas.
“Kau kenapa sayang? Kau sakit?” tanya Ara karena mendengar suara sang putri yang sangat lemas.
“Tak pa pa mom… hanya sedikit pusing. Ada apa mom?” tak mau terlalu pajang lebar, Kyra langsung menanyakan apa maksud dan tujuan Ara menghubunginya.
“Nanti malam pulanglah sayang! Kita ada makan malam dengan keluarga Olivander” jawab Ara
“Baiklah nanti malam aku akan pulang”
“Kalau begitu istirahatlah sayang, mommy tak akan mengganggu mu lagi”
Setelah panggilan terputus, Claire langsung membuang nafas kasar. “Benar – benar hanya sebuah bidak catur!”