NovelToon NovelToon
Biarkan Aku Pensiun Jadi Artis

Biarkan Aku Pensiun Jadi Artis

Status: sedang berlangsung
Genre:Time Travel / Mengubah Takdir / Cinta pada Pandangan Pertama / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / TimeTravel / Careerlit
Popularitas:6.8k
Nilai: 5
Nama Author: 🌻Shin Himawari 🌻

Subgenre: Wanita Kuat · Second Chance · Love Healing
Tagline pendek: Kisah tentang aktris yang hidup lagi — dan menemukan cinta manis dengan CEO muda, si sponsor utama dalam karirnya

Sinopsis:
Cassia adalah aktris A-class yang hidupnya terlihat sempurna — sampai semuanya runtuh di puncak kariernya.
Cinta yang disembunyikan, jadwal padat tanpa jeda, dan skandal yang merenggut segalanya.

Namun ketika takdir memberinya kesempatan untuk hidup lagi, Cassia hanya ingin satu hal: menjauhi orang-orang toxic di sekitarnya dan pensiun jadi artis.
Ia ingin menebus hidup yang dulu tak sempat ia nikmati — dengan caranya sendiri.

Tapi siapa sangka, hidup tenang yang ia impikan justru membuka pintu ke masa lalu yang belum sepenuhnya selesai… dan pada satu sosok CEO muda yang selalu mendukungnya selama ini dan diam-diam menunggu untuk menyembuhkannya.

💫 Ayo klik dan baca sekarang — ikuti Cassia mengubah takdirnya dan menemukan cinta yang benar-benar menenangk

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 🌻Shin Himawari 🌻, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 21 - Janji Lama Yang Terlupakan

Masih di malam hujan.

Mobil Cassia melaju perlahan menembus hujan malam. Lampu-lampu kota memantul di jalanan basah, seperti kenangan yang belum benar-benar padam.

Cassia menatap pantulan dirinya di kaca. Entah sejak kapan, semua beban itu mulai terasa ringan.

“Kak Sia,” suara Silvia memecah hening, “kenapa ya Pak Felix dulu nyembunyiin hubungan kalian? Soalnya aku liat waktu kalian bareng, dia kelihatan sayang banget, kok…”

Silvia bertanya panjang, sepertinya masih tidak terima aktris idolanya harus mengalami kisah cinta yang tidak berjalan mulus.

"Entahlah, aku pun tidak tahu alasan pastinya. Mungkin hubungan kami adalah sesuatu yang memalukan baginya?" menjawab dengan tenang.

Cassia yakin ini ada hubungannya dengan sifat Felix yang selalu ingin terlihat hebat. Mungkin pria itu takut dunia tahu kesuksesan yang ia dapatkan sebagian besar berasal dari seorang wanita, yaitu Cassia. Itu sedikit menyentuh harga dirinya yang tinggi.

Pasti itu alasannya. Si brengsek itu selalu mendahulukan harga dirinya dibanding aku. Batin Cassia.

Silvia menatapnya kaget. “Memalukan gimana? Kakak tuh aktris terkenal! Harusnya pak Felix bangga punya pasangan kayak Kak Sia!”

"Aktris terkenal Cassia peraih piala anugrah aktris terbaik gini kok di sia-siain! Huh, dasar tidak bersyukur!" sungut Silvia sambil menghapus air matanya yang jatuh.

Anak baik ini. Kenapa malah menangis? Apa dia ingin menangis mewakili perasaanku? batin Cassia, ia terharu dan tersenyum manis.

"Haha. Terima kasih, menyenangkan sekali kamu berpikir seperti itu tentangku, Sil. Sudah jangan nangis, dong." ucap Cassia lembut, tatapannya melembut. Memberikan tisu kepada Silvia.

"Kak Sia...enggak akan balik ke pak Felix lagi kan?" tanya Silvia pelan sambil menghapus jejak air matanya dengan tisu. Tidak bisa dibohongi, dari matanya terpancar kekhawatiran Cassia akan terjatuh ke lubang yang sama lagi.

Cassia tertawa kecil. “Balik ke pria insecure dan brengsek kaya dia? Enggalah, Sil. Aku jauh lebih bahagia seperti sekarang.”

Silvia hanya mengangguk pelan, kelegaan tersirat di matanya.

Cassia menatap keluar jendela lagi. Hujan di luar makin deras, tapi buat Cassia, malam ini terasa lebih tenang.

Hujan terus jatuh, membasuh seluruh sisa kenangan yang tak perlu disimpan lagi.

Hanya satu hal yang Cassia lupa, badai pun tetap bisa datang di malam yang tenang.

...🌻🌻🌻...

"Sial!" teriak Felix sambil memukul setir mobilnya.

“Mana bisa menunggu besok? Kita harus menyelesaikan kesalahpahaman ini secepatnya Cassia sayang.” Nadanya penuh kekalutan.

Felix menekan pedal gas lebih dalam lagi, kini mobil itu melaju secepat mungkin di derasnya hujan yang menjatuhi kota ini.

Felix ingin segera bertemu wanita yang seharusnya ia jaga, tapi sekarang hampir lepas darinya.

“Cassia…” gumamnya, lirih, penuh getir.

"Aku cuma pengin kamu denger dulu penjelasanku, cuma itu.”

Wiper bekerja cepat, tapi pandangannya tetap kabur; bukan karena air, tapi karena kenangan yang datang beruntun tanpa diundang.

Flashback.

Sebuah sore di tahun-tahun awal karier Cassia.

Langit pucat, lampu-lampu studio mulai redup, dan udara di sekitar gedung syuting terasa hangat karena peralatan yang masih menyala.

Cassia duduk di tangga belakang gedung, menatap tanah yang mulai lembap oleh gerimis.

Rambutnya berantakan, make-upnya luntur, tapi senyumnya—senyum yang sama yang dulu membuat Felix jatuh cinta, masih bertahan di wajah cantik itu.

Felix datang membawa dua gelas kopi instan dari vending machine, uapnya mengepul tipis di udara.

"Aku nggak tahu kamu bisa tetap senyum setelah syuting segila itu,” katanya sambil duduk di sebelah Cassia.

Felix bangga dengan dedikasi dan kemampuan Cassia dalam seni peran. Cassia membuktikan keprofesionalannya meskipun dirinya baru menjadi aktris yang belum setahun debut.

Cassia menatapnya, lalu tertawa kecil. “Kalau aku nggak senyum, siapa lagi? Nanti semua kru makin capek liat mukaku bete.”

Felix terkekeh pelan. “Kamu tuh aneh. Semua orang di lokasi aja udah ngeluh, tapi kamu malah yang paling sabar. Tapi aku suka kamu yang begini."

Cassia hanya tertawa mendengarnya, lalu menyeruput kopi hangat itu sedikit demi sedikit.

“Tapi capek, kan?” tanyanya pelan, penuh perhatian.

Cassia mengangkat wajahnya, menatap lelaki itu sambil tersenyum.

“Kalau aku bilang enggak, kamu percaya?”

Felix terkekeh. “Yang ini enggak.”

“Emang harusnya keliatan sih dari mukaku, hehe. Tapi aku engga mau ngeluh,” balas Cassia, lalu menyesap kopinya lagi.

Wajahnya tenang, tapi di bawahnya tersimpan kelelahannya yang dibungkus senyum cantik.

“Aku cuma takut kalau berhenti di tengah jalan, semua perjuangan kita sia-sia,” katanya lirih Cassia.

"Aku mau terus berusaha selama masih ada yang percaya sama aku.” ucap Cassia dengan lembut, lalu ucapan itu ditutup dengan senyum menawan yang membuat Felix berdebar.

Felix menatapnya lama.

“Ada aku. Aku percaya,” katanya akhirnya, tanpa ragu.

Cassia menoleh, menatapnya sejenak. “Serius?”

Felix tersenyum kecil. “Serius. Aku yang paling tahu kamu. Kamu tuh, bukan cuma mau terkenal aja. Kamu mau kehadiranmu berarti di dunia industri ini. Itu beda, Cassia.”

Cassia diam sesaat, lalu tersenyum lembut. “Kamu tahu nggak, kamu itu bos paling aneh. Kadang galak, kadang ngomongnya kayak motivator.”

Felix tertawa, suara yang dulu Cassia bilang paling ia sukai.

“Kalau aku galak, itu karena aku nggak mau liat kamu berhenti.”

Cassia menunduk sedikit, senyumnya makin kecil tapi tulus. “Makasih ya, Lix. Kalau kamu nggak nemuin aku dulu, mungkin aku menyerah dengan mimpiku."

Felix diam, lalu tanpa sadar mengulurkan tangannya, menyentuh jemarinya yang dingin karena udara sore.

“Dan kalau aku nggak nemuin kamu,” katanya pelan, “Mungkin aku nggak akan pernah tahu rasanya kerja keras demi sesuatu yang benar-benar berharga.” Kata katanya lembut menyentuh hati Cassia yang saat itu butuh bersandar.

Cassia diam. Hujan mulai turun pelan, menyentuh ujung jarinya.

“Aku cuma takut,” katanya kemudian. “Takut suatu hari kamu berubah.” Cassia terlihat menunduk, tak berani menatap Felix lagi.

Felix mengerutkan kening. “Berubah gimana?”

Cassia menatap jauh, ke arah langit yang abu-abu. “Takut kamu pergi, atau lupa caranya percaya sama aku.”

Felix terdiam. Lalu dengan suara rendah, ia berkata, “Engga akan lupa. Kalaupun aku berubah… tolong ingetin aku, ya? Kalau aku pernah janji bakal jaga kamu.”

Cassia hanya tersenyum kecil, tapi sorot matanya bergetar. “Semoga kita selalu kaya gini ya Lix. Tolong jaga janjimu.”

Felix menatapnya lama, lalu menggenggamnya erat tangan Cassia yang sekarang sudah menghangat.

Mereka hanya diam, membiarkan gerimis turun lebih deras.

Lalu ciuman pertama mereka terjadi begitu saja —datang perlahan bukan karena dorongan suasana saja.

Tapi karena rasa yang tumbuh dari kebersamaan yang mereka lewati.

Hangat. Sedikit keraguan.

Tapi nyata. Setidaknya pada saat itu.

Dua hati yang masih muda, masih percaya bahwa cinta cukup untuk membuat segalanya bertahan.

Dan mungkin, andai saja waktu berhenti saat itu, semuanya tak akan pernah hancur seperti sekarang.

Flashback berakhir.

Felix mengerjap cepat, lamunan tentang kenangan manisnya bersama Cassia menghilang.

Pandangannya pun kembali pada jalanan basah di depannya.

Hujan kini seperti tirai tebal yang menutup pandangan. Napasnya memburu. Dadanya sesak.

Di dalam hati, kenangan Cassia yang dulu tersenyum padanya terasa begitu hidup—seolah baru kemarin.

“Kenapa semuanya malah jadi kayak gini sih…” gumamnya serak.

"Semua salah Maximillan brengsek itu! Enak saja dia ingin mengambil kesempatan merebut Cassia ku!"

Ia mengusap wajahnya kasar, perasaan kalut, marah, dan frustasi bercampur jadi satu. Tangannya bergetar di atas setir mobil.

"Sial! Aku tidak pernah merasa sekacau ini!"

Kali ini, ia tak tahu apakah lebih takut kehilangan kendali atas dirinya dan semua yang telah ia raih… atau kehilangan Cassia dari sisinya untuk selamanya.

Karena fokusnya terbagi, Felix terkejut melihat sesuatu di depan mobil. Ia membanting rem. Suara gesekan ban dengan aspal terdengar panjang di tengah hujan.

Gawat.

Sepertinya ia menabrak sesuatu.

Napasnya tersengal, matanya panas.

Seketika semua sunyi, hanya suara hujan dan deru mesin mobilnya saja yang terdengar

"Sialan! Di saat seperti ini?!"

Bersambung

...🌻🌻🌻...

🌻: Ga nyangka, Felix pernah semanis itu ama Cassia 🫠 Kasih kesempatan Felix or masih di kapal Max, si gapura kabupaten act of service kitaa ?

Thanks for like, comment and vote :)

1
Rahma Rain
nyebelin tapi suka kan🤭🤭
Rahma Rain
macem dalam keadaan formal ya Thor..
Wida_Ast Jcy
kekuatan cinta emang begitu
Wida_Ast Jcy
nah itu kamu tau. udah gitu pun kok kamu mau sich
mama Al
sebentar sebentar apa jangan-jangan ini Maura temannya cassia
ih nusuk juga
mama Al
lebay kamu Felix
Dewi Ink
kalo ini hempass aja cas
Dewi Ink
itulah namanya takdir. ada hal2 yg bisa kamu ubah ada juga yg mutlak tidak bisa diubah..
Dewi Ink
banyak terjadi hal seperti ini
sunflow
mulai kepikiran max kan..
sunflow
asek2 .. gass. bang max 😍😍
Anul (PPSRS)
tonjok lah, masa narik baju doang 🗿
Anul (PPSRS)
awas, tidak semudah itu... jangan sampe yang baru hanya jadi pelampiasan 🗿
@dadan_kusuma89
Owalah, ternyata Maura juga seorang pengkhianat.
@dadan_kusuma89
😁 Dia ngomong gitu cuma buat ngehibur kamu, Felix! Kenyataannya Cassia benar-benar mau menghindar darimu😄
@dadan_kusuma89
Coba hantamkan ke tembok ata ke lantai juga, Lix!
☠ᵏᵋᶜᶟ🦋⃟‌⃟𝕋𝕙𝕖𝕟𝕒 ⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ
Wah bangke juga si maura, trnyata dia musang berbulu kelinci 😏
☠ᵏᵋᶜᶟ🦋⃟‌⃟𝕋𝕙𝕖𝕟𝕒 ⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘ
Banting guci2 dan perbot rumahmu sekalian lix jgn hnya pintu aj 😂😂😂
Muffin🧚🏻‍♀️
Waduhh gerak cepat sekali ini langsung dikokop. Takut hilang yaa bang max hihi
Melisa Satya
kalau pensiun apa masih bisa kerja yang lain
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!