NovelToon NovelToon
Perjalanan Menuju Surga Abadi

Perjalanan Menuju Surga Abadi

Status: sedang berlangsung
Genre:Budidaya dan Peningkatan
Popularitas:5k
Nilai: 5
Nama Author: Morning Sunn

Di dunia di mana kekuatan spiritual menentukan segalanya, Yu Chen, seorang pelayan muda dengan akar spiritual abu-abu, berjuang di dasar hierarki Sekte Awan Hening. Di balik kelemahannya tersembunyi rahasia kuno yang akan mengubah takdirnya. Dari langkah kecil menuju jalan kultivasi, ia memulai perjalanan yang perlahan menantang langit itu sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Morning Sunn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ch 19: Perjalanan ke Utara dan Perangkap Mu Feng

Hujan turun perlahan di atas atap penginapan kecil di distrik barat.

Di dalam kamar sederhana yang hanya diterangi satu lentera giok, Yu Chen duduk di tepi ranjang, menatap gulungan kecil di tangannya.

Gulungan itu masih tertutup segel hitam samar—tanda khas Paviliun Langit Gelap.

Ia sudah membacanya berkali-kali, namun setiap kali menatap peta di dalamnya, dilema itu terasa semakin berat.

Batu Roh Tingkat Tinggi.

Lokasi: Perbukitan Bayangan Utara.

Kondisi: Tidak stabil, berbahaya, tapi… cukup untuk menembus Tahap 9: Puncak Roh.

Ia menarik napas panjang.

Sudah beberapa hari sejak terobosannya ke Tahap 8. Namun semakin tinggi tahap kultivasinya, semakin besar kebutuhan energinya.

Dan Batu Roh biasa kini tak lagi berarti apa-apa.

“Jika aku memilih aman,” gumamnya, “aku akan tertinggal jauh di belakang musuhku. Tapi kalau aku pergi ke sana…”

Ia memejamkan mata sejenak.

Bayangan Mu Feng muncul dalam pikirannya—senyum dingin, kata-kata licik.

“Kami tidak ingin melukaimu, Yu Chen. Kami hanya ingin warisanmu.”

Tapi yang paling menakutkan bukanlah ancaman itu, melainkan bisikan halus di dalam dirinya.

“Pergi. Ambil kekuatan itu. Hanya kau yang mampu menahannya.”

Malam itu, ia menemui Ning Rou di salah satu rumah teh tua di tepi sungai bawah tanah, tempat yang hanya diketahui beberapa pedagang rahasia.

Begitu melihatnya, Ning Rou langsung berbicara tanpa basa-basi.

“Jadi, kau benar-benar ingin pergi ke utara.”

Yu Chen menatapnya dengan tenang. “Aku tidak punya pilihan lain.”

Ning Rou mengetuk meja pelan. “Kau tahu siapa yang menguasai perbukitan itu? Sekte Naga Hijau. Mu Feng bukan hanya pemburu, dia umpan. Sekte itu yang memegang Batu Roh tingkat tinggi. Ini bukan jebakan sederhana — ini medan perang kecil.”

Yu Chen menunduk sejenak, lalu berkata pelan, “Justru itu sebabnya aku harus pergi. Kalau aku tidak berani melangkah ke tempat berbahaya, aku tak akan pernah mencapai langit yang lebih tinggi.”

Hening sejenak.

Ning Rou menatapnya dalam-dalam. “Kalau begitu, dengar baik-baik. Di daerah utara itu ada fenomena alam yang disebut Kabut Jiwa Retak. Itu bisa menelan kesadaran dan menyesatkan arah. Jika kau bertemu hal itu, gunakan Batu Giok Jiwa ini.”

Ia menyerahkan sebuah giok kecil berwarna biru lembut.

“Aku tidak bisa menjamin keselamatanmu, tapi benda ini bisa melindungi jiwamu sekali saja.”

Yu Chen menerimanya. “Terima kasih, Ning Rou.”

Wanita itu menatapnya sedih. “Aku mulai muak melihatmu hidup di ujung kematian setiap kali.”

Yu Chen tersenyum tipis. “Begitulah jalan seorang kultivator. Kalau kita berhenti, kita mati pelan-pelan.”

Beberapa hari kemudian, Yu Chen berdiri di tepi wilayah utara Kota Abadi Fana.

Kabut putih menutupi lembah-lembah luas, dan di kejauhan, gunung-gunung hitam berdiri menjulang seperti dinding yang membatasi dunia.

Di antara pegunungan itulah terletak Perbukitan Bayangan, tempat Batu Roh tingkat tinggi disimpan — dan di mana jebakan Mu Feng menantinya.

Udara di sana pekat oleh Qi alam liar. Pohon-pohon tumbuh melintir, dan tanahnya memancarkan cahaya kehijauan dari mineral spiritual yang tersebar di bawahnya.

Namun di balik keindahan itu, aroma bahaya terasa jelas.

“Tempat ini…” Yu Chen berbisik. “Qi-nya terlalu murni untuk alam liar biasa.”

Ia berjalan menunduk, menggunakan teknik penyembunyian auranya.

Dengan setiap langkah, medan spiritualnya ia tekan hingga hampir tak terdeteksi — seni yang ia pelajari diam-diam dari formasi lama Sekte Awan Hening.

Setelah berjam-jam menjelajah, Yu Chen menemukan bekas kamp di tengah kabut.

Tenda hijau berlogo naga masih berdiri, dan bekas pijakan kaki menunjukkan aktivitas baru-baru ini.

Ia berjongkok, memeriksa tanah.

“Empat orang… tidak, enam. Dua di antaranya kuat.”

Tiba-tiba, suara langkah berat terdengar dari sisi kanan.

Yu Chen menahan napas dan bersembunyi di balik batu besar.

Dua murid Sekte Naga Hijau lewat sambil bercakap-cakap.

“Kita sudah berjaga tiga hari. Kenapa para tetua belum datang mengambil Batu Roh itu?”

“Tenang saja. Mereka bilang ada yang akan datang menjemputnya. Katanya, seseorang dari Paviliun Langit Gelap sendiri.”

Yu Chen mengepalkan tangan.

Jadi benar. Mu Feng bukan hanya pemburu, tapi penghubung antara Sekte Naga Hijau dan Paviliun Langit Gelap.

Ketika kedua murid itu menjauh, Yu Chen mulai bergerak.

Ia menggunakan formasi pembungkam suara sederhana dan meluncur cepat di antara kabut, mendekati tenda utama.

Di dalamnya, cahaya giok memancar lembut dari sebuah peti batu.

Dan di dalam peti itu, terbaring Batu Roh Tingkat Tinggi — ukurannya sebesar kepalan tangan, memancarkan aura yang nyaris hidup.

Namun sebelum ia sempat menyentuhnya, bayangan hitam muncul di belakangnya.

Suara familiar terdengar pelan. “Kau datang lebih cepat dari yang kuduga, Yu Chen.”

Yu Chen berbalik, matanya menyipit. “Mu Feng.”

Pria itu berdiri santai di antara kabut, rambutnya berantakan, namun auranya lebih kuat dari sebelumnya.

Di tangan kanannya, ia memegang artefak berbentuk belati ungu yang memancarkan energi beracun.

“Hebat,” kata Mu Feng tenang. “Kau bahkan menaklukkan Lembah Magnet Qi. Tapi sayang… kekuatanmu masih belum cukup untuk melawan ini.”

Ia menancapkan belati itu ke tanah. Dalam sekejap, medan spiritual berubah kacau.

Batu-batu terangkat, dan Qi di sekitar mereka mulai berputar seperti pusaran air.

Yu Chen menarik napas dalam, lalu menghunus pedangnya.

“Kalau ini jebakanmu, kau akan mati bersamanya.”

Mereka saling menatap.

Lalu dua aura besar bertabrakan.

Kabut putih pecah.

Pedang emas Yu Chen melesat, membelah udara dengan kilatan cahaya.

Mu Feng menangkis dengan artefaknya, ledakan Qi membentuk gelombang yang menghancurkan tenda di sekitarnya.

Suara benturan mereka bergema di perbukitan.

Setiap serangan Mu Feng membawa racun spiritual, sementara setiap tebasan Yu Chen mengandung getaran pedang jiwa dari Nada Hening Pedang Jiwa.

Namun perbedaan kekuatan mereka mulai terlihat.

Tekanan artefak Mu Feng memaksa Yu Chen mundur, darah menetes dari bibirnya.

Mu Feng tertawa dingin. “Lihat? Kekuatan warisanmu memang besar, tapi tubuhmu belum siap.”

Yu Chen tidak menjawab.

Ia menutup matanya, menenangkan napasnya, lalu membiarkan energi naga di dalam kristalnya meledak seketika.

Cahaya keemasan membungkus seluruh tubuhnya.

Medan spiritual di sekitar langsung runtuh, dan pedangnya bersinar lebih terang dari sebelumnya.

“Nada Kedua — Pedang Jiwa Menggetarkan Langit.”

Serangan berikutnya begitu cepat hingga udara bergetar.

Mu Feng menangkis, tapi belatinya pecah separuh, racun spiritual di sekitarnya tersapu bersih oleh getaran Qi suci.

Mu Feng terlempar jauh, menabrak batu besar, dan darah hitam menetes dari sudut bibirnya.

Yu Chen terhuyung tapi masih berdiri. Ia mengambil Batu Roh dari peti batu, lalu berbalik tanpa berkata-kata.

Mu Feng menatapnya dari tanah, matanya menyipit.

“Pergilah, Yu Chen. Tapi ingat, setiap langkahmu ke atas langit… akan membuat semakin banyak mata menatapmu dari bawah.”

Yu Chen berhenti sejenak, menatap ke arah langit kelabu di atas bukit.

“Kalau begitu, biarlah mereka menatap. Aku tidak akan berhenti.”

Ia melangkah pergi, meninggalkan kabut yang perlahan menelan bayangan Mu Feng.

Malam itu, di puncak bukit, Yu Chen duduk bersila di bawah langit utara.

Batu Roh Tingkat Tinggi berputar di depan dadanya, menyala dengan cahaya biru tua.

Ia menyerap energi di dalamnya perlahan, membiarkan Qi-nya menembus setiap meridian yang telah terbuka.

Pusaran spiritual di dalam tubuhnya berputar semakin cepat, semakin stabil, hingga akhirnya…

Tahap 9 — Puncak Roh.

Angin berembus lembut.

Dan untuk pertama kalinya, Yu Chen merasa seluruh alam menjawab napasnya.

Namun di kejauhan, di sisi lain lembah, cahaya merah samar muncul di langit — sinyal dari Paviliun Langit Gelap.

Mereka tahu di mana dia berada.

Yu Chen membuka matanya.

“Kalau begitu,” katanya pelan, “aku akan berhenti bersembunyi.”

Dan di bawah langit malam yang berwarna darah, cahaya pedang emas memancar — tajam, dingin, tapi hidup.

1
sitanggang
diawal namanya siapa berubah jd siapa 🤣🤣
sitanggang
buruknya terlalu banyak tingkatan dan namanya gak jelas
Nanik S
Jadikanlah cerita ini lebih hidup
Nanik S
NEXT
Nanik S
Darah boleh sama tapi perjalanan hidup dan waktu pasti berbeda
Nanik S
Cuuuuuuus#t
Nanik S
Akhirnya Mu Feng dan Bsi Luang pergi juga
Nanik S
Laaaanjutkan Tor
Nanik S
Ceritanya bagus tapi kurang hidup
Nanik S
Lanjutkan terus
Nanik S
Dunia Beku... berarti hamparan Es
Nanik S
Siapakah yang menatap Yu Chen diatas langit
Nanik S
Siap mengambil Kunci ke Tiga
Nanik S
Bai Luang.... ternyata msh mengejar Yu Chen
Nanik S
Lanjutkan
Nanik S
kalau bayangan Yu Chen bisa bertarung.. hebat sekali seperti Klon
Twilight: terimakasih ya kak sudah membaca novel saya😄🙏
total 1 replies
Nanik S
Mu Feng apakah masih mengejar lagi
Nanik S
Sungguh bagus ceritanya
adi ambara
dalam tak sedar..dirinya sombong yg tak kelihatan walau dirinya sendiri...org yg sombong tak bisa berfikiran jernih..
Nanik S
Naik Tingkat... Yu Chen.. musuhmu selalu mengejsrmu
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!