Follow IG othor @ersa_eysresa
Anasera Naraya dan Enzie Radeva, adalah sepasang kekasih yang saling mencintai. Hingga akhirnya mereka memutuskan untuk menikah. Namun tepat di hari pernikahan, sebuah tragedi terjadi. Pesta pernikahan yang meriah berubah menjadi acara pemakaman. Tapi meskipun begitu, pernikahan antara Ana dan Enzie tetap di laksanakan.
Namun, kebahagiaan pernikahan yang diimpikan oleh Ana tidak pernah terjadi. Karena bukan kebahagiaan yang dia dapatkan, tapi neraka rumah tangga yang ia terima. Cinta Enzie kepada Ana berubah menjadi benci di waktu sama.
Sebenarnya apa yang terjadi di hari pernikahan mereka?
Apakah Ana akan tetap bertahan dengan pernikahannya atau menyerah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eys Resa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pernikahan Dan Pemakaman
Enzi sudah duduk di depan penghulu berdampingan dengan Ana dan siap untuk melakukan akad nikah. Mereka berdua memutuskan untuk menikah setelah menjalin kasih selama lima tahun. Karena sudah mantap dengan cinta mereka, akhirnya hari ini pun datang juga.
Namun satu hal yang menghalangi pernikahan ini belum dilaksakan, yaitu kedua orang tua Enzi yang belum juga datang. Padahal mereka sudah diberi tahu kalau acara akad nikah akan dilaksanakan pukul sembilan pagi. Kedua orang tuanya baru pulang dari luar negeri semalam dan menginap di hotel untuk istirahat karena kelelahan, dan pagi ini mereka akan pulang untuk menghadiri pernikahan putranya dirumah mereka.
Dengan gusar Enzi terus menghubungi kedua orang tuanya, tapi tidak mendapatkan jawaban. Sedangkan para tamu undangan susah merasa gusar karena acara belum juga di mulai. Hingga akhirnya, di panggilan terakhir Enzi merasa lega karena ada yang mengangkat telponnya.
"Hallo, pa, ma, kenapa belum sampai? acara sudah mau di mula. " Enzi langsung memberondong pertanyaan saat panggilannya terhubung.
"Maaf, anda siapanya pemilik ponsel ini? Saya dari kepolisian, sedang menangani kecelakaan yang terjadi pada dua korban pria dan wanita. Saat ini kami sedang membawa mereka ke rumah sakit karena keadaannya kritis. Jika anda Saudara atau kerabat dari korban, silahkan segera datang ke rumah sakit daerah. "
Panggilan di tutup. Tubuh Enzi seketika lemas seolah tak bertulang. Ana yang melihat sikap Enzi yang tiba-tiba terlihat gusar dengan wajah pucat tampak khawatir dan mencoba menyadarkannya dari lamunan.
"Mas, apa yang terjadi? " tanya Ana.
Enzi yang terkejut dengan panggilan Ana akhirnya sadar juga dan menoleh kesekeliling ruangan. Dia baru sadar kalau ini adalah acara pernikahannya, lalu menatap Ana dengan pandangan sendu. Kemudian beralih menatap kepada penghulu.
Dia menarik nafas dalam dan menghembuskan perlahan, "Pak, Mari kita lakukan acara akadnya. Karena saya harus ke rumah sakit, kedua orang tua saya mengalami kecelakaan. " ucapnya mencoba tenang.
"Innalillahi... Apa tidak sebaiknya mas Enzi ke rumah sakit dulu? " tanya pak penghulu khawatir, sedangkan suara riuh sudah terdengar di belakang sana setelah mendengar apa yang terjadi pada keluarga mempelai pria.
"Tidak, saya ingin menikahi Ana dan menepati janji saya kepadanya terlebih dulu. Setelah itu saya akan ke rumah sakit. Semoga Ana dan keluarganya memahami keadaan saya saat ini. " ucap Enzi dan menoleh kearah Ana meminta persetujuan.
Ana pun langsung mengangguk setuju mendengar ucapan Enzi.
"Baiklah kalau begitu kita segera laksanakan pernikahan kalian berdua. "
Akhirnya pernikahan pun di mulai dengan pembacaan doa dan kalimat ijab dari penghulu yang menjadi wali hakim dari Ana, lalu mendapatkan balasan dari Enzi.
"Saya terima nikah dan kawinnya, Anasera Naraya binti Almarhum bapak Hanan dengan maskawin tersebut, Tunai. "
"Sah."
Akhirnya mereka sah menjadi sepasang suami-istri. Dan tanpa banyak kata lagi dan tanpa mendengarkan doa yang di panjatkan oleh pak Ustadz Enzi langsung meninggalkan meja akadnya dan keluar menuju mobil meninggalkan pesta pernikahan yang belum dimulai menuju ke rumah sakit untuk melihat keadaan kedua orang tuanya.
Semua tamu undangan yang datang hanya melongo melihat apa yang dilakukan oleh Enzi, kenapa tidak menunggu menyelesaikan doa dulu atau menyematkan cincin pernikahan dulu? Tapi pak penghulu akhirnya menenangkan para tamu undangan agar tenang dan memaklumi apa yang dilakukan oleh Enzi, karena dia sangat khawatir dengan keadaan kedua orang tuanya.
"Harap tenang, bapak ibu. Kita maklumi sikap mas Enzi ya, karena kedua orang tuanya mengalami kecelakaan dalam perjalanan kemari dan saat ini dibawa ke rumah sakit dalam keadaan kritis. Mohon di maklumi, dan silahkan di nikmati hidangan yang sudah disiapkan oleh tuan rumah. " ujar pak penghulu.
Mereka pun menurut dan mulai menikmati hidangan lalu pulang ke rumah satu persatu. Ana yang melihat semua itu hanya bisa mengelus dada dan menenangkan hatinya. Enzi pergi begitu saja tanpa kata, tanpa pamit atau bahkan mengajaknya. Dia tidak tau apa lagi yang akan terjadi setelah ini.
"Selamat ya, An, Aku harap pernikahan lo sama Enzi baik-baik aja setelah ini. " kata Fabian memberikan ucapan selamat yang penuh misteri kepada sahabatnya itu.
"Maksud kamu apaan sih, Bian? Tentu saja pernikahan ku sama Enzi bakal baik-baik saja kok. Kami udah pacaran lima tahun, dan sudah selangkah di depan, kita hanya tinggal menjalani kehidupan rumah tangga aja. " Ana mencoba menenangkan dirinya karena dia sendiri tidak yakin kalau pernikahannya akan baik-baik saja setelah ini.
"Ya, sudah, aku cuma mendoakan yang terbaik buat kamu. Tapi kalau pada akhirnya kamu butuh seseorang, kapanpun aku siap mendengarmu dan akan datang saat kamu memanggilku. Okay! " Fabian menepuk bahu sahabatnya itu menyalurkan kekuatan yang dia miliki ahar Ana tetap kuat.
"Terima kasih."
Ana terus menyapa tamu undangan yang memberikan selamat kepadanya untuk menghargai mereka tanpa kehadiran suaminya. Memberikan senyuman terbaik, walau hatinya sedang tidak baik-baik saja. Dia berharap kedua orang tua Enzi akan baik-baik saja. Dan hanya mengalami luka kecil.
Setelah semua tamu sudah pulang dan hanya menyisakan piring kotor dan kursi yang berantakan. Ana meminta kepada pelayan agar membersihkan semua itu. Sedangkan dia sendiri akan bersiap ke rumah sakit untuk melihat keadaan mertuanya dan juga suaminya.
"Semoga semua baik-baik saja. Kenapa ada kejadian buruk di hari baik ini? Semoga tidak terjadi apa-apa. " gumam Ana sambil menatap jam tangannya.
"Bi, nanti kalau ada tamu yang datang, katakan kami sedang kerumah sakit. Katakan saja yang sebenarnya, kalau papa dan mama Mas Enzi mengalami kecelakaan d an saat ini sedang di rumah sakit. " pesannya kepada pelayan.
"Lho, kalau begitu, apakah mbak Ana dan Mas Enzi tidak melakukan acara resepsi dong. " tanya salah satu pelayan heboh.
Ana hanya geleng-geleng kepala dengan wajah sendu. Pernikahan ini, pesta ini adalah yang dia impikan selama lima tahun terakhir, tapi semua yang dia impikan pupus begitu saja, karena sesuatu yang tak terduga sama sekali.
Ana baru saja mau melangkah keluar, tapi dia melihat dua buah mobil ambulan masuk, menerobos tenda-tenda pernikahan yang sedang dibersihkan. dan di barisan terakhir dia melihat mobil Enzi ikut masuk.
Ana langsung menutup mulutnya saat melihat mobil ambulan itu terbuka dan membawa dua tubuh dengan beselimut kain putih.
"Papa... mama... " air mata Ana menetes begitu saja saat melihat dua mertuanya sudah terbujur kaku di depannya.
"Mas, apa yang terjadi? " tanya Ana saat melihat Enzi hanya melewatinya begitu saja.
"Seperti yang kau lihat, kedua orang tuaku meninggal. "
dia sudah memilih
be strong woman you can do it
marah atau pura pura ga tau