NovelToon NovelToon
What Is Love? "Silent Love"

What Is Love? "Silent Love"

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Keluarga / Romansa / Balas Dendam
Popularitas:209
Nilai: 5
Nama Author: SNFLWR17

Menurut Kalian apa itu Cinta? apakah kasih sayang antara manusia? atau suatu perasaan yang sangat besar sehingga tidak bisa di ucapkan dengan kata-kata?.
Tapi menurut "Dia" Cinta itu suatu perasaan yang berjalan searah dengan Logika, karena tidak semua cinta harus di tunjukan dengan kata-kata, tetapi dengan Menatap teduh Matanya, Memegang tangannya dan bertindak sesuai dengan makna cinta sesungguh nya yang berjalan ke arah yang benar dan Realistis, karena menurutnya Jika kamu mencinta kekasih mu maka "jagalah dia seperti harta berharga, lindungi dia bukan merusaknya".
maka di Novel akan menceritakan bagaimana "Dia" akan membuktikan apa itu cinta versi dirinya, yang di kemas dalam diam penuh plot twist.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SNFLWR17, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perusahaan Maherson??

Beberapa menit kemudian, akhirnya mereka sampai di rumah Jevan.

Dan saat ini mereka sedang berada di ruang kerja Papa Hendrik. Udara di dalam ruangan terasa berat; wajah tangan kanan, Papa Hendrik, dan Jevan terlihat sangat serius.

"Pa, terus bagaimana ini? Jika mereka sudah meninggal, sama saja kita kehilangan bukti siapa otak penculikan." Jevan membuka obrolan sambil menatap Papanya, yang sekarang duduk santai di atas meja dengan celana santai dan bando bentuk pita besar berwarna biru di kepalanya.

Penampilan Papa Hendrik membuat Alena terkejut yang baru saja datang bersama Mamanya Jevan. Mereka berdua langsung duduk di samping Jevan, dan Mama Jevan langsung menaruh camilan di atas meja.

Setelah itu, ia juga duduk di samping Alena.

"Hmm, sepertinya mereka cerdas juga," ujar Papa Hendrik sambil mengelus dagunya.

Percayalah, Alena yang melihat itu agak merinding karena ekspresi Papa Hendrik saat mengelus dagunya seperti om-om pedofil

"Maaf Tuan jika saya menyela, tapi bukankah ini sedikit aneh? Mereka tiba-tiba bunuh diri di rumah tahanan? Dari mana mereka menerima racun itu? Apakah berarti ada yang membawanya masuk ke dalam?" ujar sekretaris dari Papa Hendrik.

"Iya, maka dari itu saya sudah cari tahu. Tapi, kita tidak bisa sebebas itu meminta daftar tamu apalagi rekaman CCTV. Jadi, kita hanya tunggu hasil penyelidikan dari petugas." Papa Hendrik hanya menghela napas kasar sambil menurunkan kakinya.

"Kalau gitu, Papa bayar saja mereka. Papa kan banyak uang?" saran Mama Jeni sambil memakan puding yang tadi dibawa.

"Astaga sayangku, suamimu ini orang baik-baik. Sebagai warga negara yang baik dan taat peraturan, rencana itu di luar prinsip hidupku." Papa Hendrik menatap dramatis istrinya.

Jevan hanya memutar mata malas melihat tingkah Papanya.

"Oh, iya, Pa, boleh minta bantu lagi tidak?" Tanya Jevan, menatap Papanya yang sedang berjalan menuju Mama Jeni.

"Boleh, memang kenapa lagi?" Tanya Papa Hendrik yang sudah duduk di sebelah Mama Jeni dan langsung minta disuapi puding.

"Papa tahu Abang Rio?"

Jevan yang melihat ekspresi bingung dari Papanya.

"Abangnya Alena, Pa. Masa lupa, sih?" kata Jevan.

"Oh, ya, yang dulu pernah dorong kamu ke selokan itu, kan? Karena kamu menguntit terus si Alena, ya, kan?" Papa Hendrik langsung teringat saat mereka masih tinggal satu kompleks dengan keluarga Alena. Saat itu mereka TK dan Abangnya Alena SD. Jevan pulang dengan keadaan seperti kucing kecebur di selokan sambil menangis. Saat ditanya, ternyata dia didorong oleh Rio, Abangnya Alena.

Lucunya, alasan Abang Rio kesal terhadap Jevan adalah karena Jevan sering menguntit atau menempel ke Alena, yang membuat Abang Rio tidak punya waktu bermain bersama adik perempuannya. Makanya, saat mereka bermain di taman dan dalam perjalanan pulang, Abang Rio dan Jevan berdebat. Karena Jevan ingin ke rumah mereka dan bermain lagi bersama Alena, Abang Rio yang kesal langsung mendorong Jevan, membuat keseimbangan Jevan goyah dan berakhir jatuh ke dalam selokan.

Untungnya, selokan di area kompleks perumahan mewah itu tidak terlalu kotor.

Jevan yang mengingat kejadian itu menjadi kesal.

"Iya, Jevan mau minta bantu Papa agar cari bukti terbaru dari kasus Abang Rio." Jelas Jevan sambil menatap Papanya dan memegang tangan Alena.

"Memang si Rio kena kasus apa?" Tanya Mama Jeni yang penasaran dengan keadaan Abangnya Alena.

"Abang Rio sekarang di penjara karena kasus pembunuhan berencana, Ma. Tapi, kata Bundanya Alena, itu sangat tidak mungkin kalau Abang Rio melakukan pembunuhan, apalagi terhadap mantan pacarnya."

Papa dan Mamanya Jevan hanya diam, sedikit terkejut saat mendengar jika Abangnya Alena masuk penjara. Sementara itu, sekretarisnya sudah mengambil sepiring camilan dan duduk santai di sofa tunggal sambil mendengarkan pembicaraan anak dan orang tua itu.

"Memangnya jenazahnya ditemukan di mana?" Papa Hendrik melihat ke arah Alena dan Jevan secara bergantian.

"Yang aku lihat di beberapa artikel, di apartemennya, Pa. Dan yang membuat Abang terpojok itu karena hanya Abang yang tahu password apartemen Kak Chelsea.

Sedangkan CCTV menunjukkan tidak ada orang yang masuk selain Kak Chelsea dan Abang Rio." Jelas Jevan. Saat di perjalanan pulang, dia juga sempat membaca beberapa artikel tentang kasus Abang Rio.

"Tidak ada yang beres, mencurigakan," ujar si sekretaris Rein yang mulutnya masih mengunyah camilan.

"Sepertinya ini permainan orang-orang berpengaruh atau berjabatan. Alena, siapa nama lengkap mantan Abang kamu, Chelsea?" Tanya Papa Hendrik yang sekarang sudah dalam mode serius, walaupun bandonya belum dilepas.

"Kalau tidak salah, Chelsea Angela Maherson," jawab Alena yang juga menatap serius Papa Hendrik.

"Maherson?" Ucap Papa Hendrik yang sedikit menaikkan alisnya sebelah. Dia seperti terkejut mendengar marga si korban.

"Iya, memangnya Papa kenal?" ujar Mama Jeni, menatap heran suaminya di samping.

"Kenal. Sepertinya marga dia salah satu pengusaha kaya di sini."

"Ma, kamu kenal Victor Maherson? Sepertinya anak perempuannya yang menjadi korban? Bukankah saat itu jadi berita viral?" Papa Hendrik yang mengingat si pengusaha bermarga Maherson itu.

"Oh iya, Victor Maherson, pemilik perusahaan di bidang Teknologi & Software, kan? Apa nama perusahaannya? Aku agak lupa." Mama Jeni yang mengerutkan dahinya, berusaha mengingat sesuatu.

"Maherson Dynamics Tech Group (MDTG)," jawab Rein yang sudah duduk tegak dengan iPad di tangannya sambil membuka profil utama perusahaan milik Victor Maherson.

"Nah, itu dia," girang Mama Jeni.

"Pantas, kasus ini sedikit sulit karena korban berasal dari keluarga kaya." Papa Hendrik yang sudah menyandarkan kepalanya di bahu Mama Jeni.

"Berarti kita harus bagaimana?" Kali ini Alena bersuara dengan nada yang lebih serius dari sebelumnya.

"Kita harus mengambil risiko. Papa akan usahakan minta bantuan ke keluarga korban untuk meminta data sebelumnya, karena kabarnya jejak rekaman dihilangkan dengan bersih."

Rein melihat mereka satu per satu. Meskipun Tuannya juga salah satu pengusaha kaya, tidak gampang untuk masuk ke kasus yang melibatkan orang-orang penting. Terlebih, Tuannya bukan asli negara sini, sehingga di luar daerah kekuasaannya.

Heyy, mereka itu licik. Salah langkah, maka masuk lubang perangkap sendiri atau musuh.

"Apakah di antara kalian ada yang punya kenalan di keluarga Maherson?" Tanya Mama Jeni.

"Tidak," jawab kompak Jevan dan Alena. Setelah itu, mata mereka semua menuju ke arah Papa Hendrik yang lagi bermain dengan jari-jari sang istri.

Papa Hendrik yang merasa dirinya diperhatikan langsung melihat ke arah mereka, sambil menatap bingung.

"Oh, iya! Kita punya CEO Vendelon Lim Group di sini, iya kan, Pa?" Mama Jeni melihat berbinar ke arah suaminya seolah-olah sudah memberikan jawaban dari masalah ini.

Papa Hendrik yang mendengar nama perusahaannya disebut hanya menatap heran ke arah mereka.

"Apa ini?" Tanya Papa Hendrik bingung, tidak mengerti maksud dari tatapan mereka berempat.

"Aish, Papa kan juga pemilik perusahaan! Bagaimana kalau Papa ajak kerja sama saja ke Maherson Dynamics Tech Group (MDTG)? Lalu, coba kita minta bantuan saja, tipis-tipis," Mama Jeni yang kini memegang bahu sang suami dengan melotot.

"Oh, begitu, ya? Hmm, Rein, kamu bikin proposalnya. Nanti besok, kita berusaha untuk mendapatkan persetujuan pengajuan kerja sama," perintah Papa Hendrik yang berdiri lagi, menuju meja kerja, dan mengambil laptopnya di salah satu meja di samping, lalu mulai membuat dan mengetik sesuatu di sana.

"Siap, Tuan. Tapi, kita harus memikirkan tema proposalnya untuk pengajuan kerja sama dengan mereka." Kini Rein juga mengambil tas kerjanya dan mengambil laptop, lalu mulai fokus masing-masing ke laptopnya.

Beberapa menit kemudian, Papa Hendrik langsung menoleh ke arah mereka berempat yang duduk di sofa.

"Rein, saya sudah temukan apa yang harus kita lakukan. Besok kita coba ajukan proposal pengajuan kerja sama dengan tema 'Smart Home Systems dan IoT Properti'." Ucap Papa Hendrik sambil menaikkan kacamatanya dengan telunjuk.

"Siap, Tuan, saya buat sekarang," jawab Rein yang langsung kembali mode serius.

"Buset, suami Mama semakin mempesona gitu, ya? Enggak sia-sia Mama agresif dulu," ucap Mama Jeni, melihat Papa Hendrik dengan tatapan seperti tante-tante genit. walaupun sekarang penampilan papa Hendrik sangat santai dengan celana pendek bermotif Bunga-bunga itu dengan Headband di kepala yang belum di lepas.

Alena sudah merasa kelelahan dan mulai menguap, menandakan dia sudah mulai mengantuk. Jevan yang menyadarinya langsung berdiri sambil menarik tangan Alena dengan lembut.

"Ma, Jevan bawa Alena ke kamar tamu dulu, ya. Soalnya, dia sudah kelihatan lelah," ujar Jevan yang melihat Mamanya.

"Iya, dan kamu jangan macam-macam! Kalau kamu lelah, tidur di kamar kamu! Jangan sama Alena! Awas kalau Mama tahu, bakal Mama siram kamu sama air kolam ikan lele milik Papa kamu," peringatan Mama Jeni dengan wajah garangnya.

"Iya, Ma, Jevan enggak segila itu." Jevan langsung melangkah keluar ruang kerja Papa Hendrik, diikuti dari belakang.

"Ya, siapa tahu kamu seperti Mama zaman muda dulu," kata Mama Jeni, yang tidak dibalas oleh Jevan.

1
Michelle Flores
Menggugah hati
Tae Kook
Thor, kapan update lagi nih?
Tani
Thor, jangan diam aja, kasih kabar kalo ada kendala, kami akan terus menunggu!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!