Xiao Mei Ling, gadis muda berbakat dialam Surgawi, terlempar kedunia bawah saat tanpa sengaja terperosok kedalam lubang pusara dihutan kematian ketika mencari tanaman herbal.
Dunia bawah yang hampir sama dengan alam Surgawi, namun tak ia ketahui seluk-beluknnya. Jelas membuat Xioa Mei Ling kebingungan.
Namun ditengah keputus-asaan itu, tanpa sengaja ia menemukan kerangka manusia ditempatnya terlempar. Saat ia akan menguburkan kerangka itu dengan layak, kilasan ingatan milik kerangka itu memasuki fikiran, ketika ia menyentuh bagian tengkorak.
"Hah, namanya sama denganku dan wajahnya..?"
"Baik, aku akan menggantikanmu menjaga keluargamu. Terimakasih Xiao Mei Ling, maaf aku memanfaatkanmu untuk bisa hidup didunia ini."
Bagaimana perjalanan hidup Xiao Mei Ling didunia bawah ini bersama dengan ruang dimensi Long yang ia miliki.
Apa ia akan hidup seperti dialam Surgawi.?
Atau malah menjadi seseorang yang jauh lebih berkuasa...?
Mari ikuti kisahnya dalam cerita
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Datu Zahra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Matinya Empati
Suasana berbeda terjadi pagi ini dikediaman Xiao, dimana utusan istana datang membawa titah resmi dari kaisar.
Panggilan yang diperuntukan bagi ketua Xiao dan putra pertamanya Xiao Chen, menjadi kabar yang sudah mereka wanti-wanti sejak awal kembalinya Xiao Mei Ling.
Rencana dan jawaban dari segala pertanyaan yang kemungkinan akan diajukan, juga sudah mereka susun sejak jauh-jauh hari.
Jadi bisa dipastikan kedepannya tak akan ada kejadian yang tidak diinginkan.
"Kita mau kerestoran atau paviliun Hei'hu nona..?" tanya Suli mengikuti jejak sang majikan.
"Kerestoran." jawab Mei Ling "setelah bertemu dengan pelayan baru, kita kepaviliun."
"Baik...!"
Dengan berjalan santai, ketiga gadis cantik itu menyusuri jalanan Ibukota yang selalu saja ramai disetiap harinya.
Sejak dilarang mengenakan pakaian pelayan atau baju milik sendiri yang lusuh, penampilan Suli dan Suzi kini tampak sangat berbeda.
Dengan memakai pakaian katun halus kualitas terbaik, kulit bersinar lembut nan putih, wajah merona cantik, rambut hitam berkilau dengan jepit permata rubi. Kakak beradik itu tampak seperti nona muda dari keluarga berada.
Terlebih cincin penyimpanan yang melingkar dijari manis mereka, serta tubuh wangi semerbak menguarkan aroma parfum mahal. Menambah kesan berkelas memukau pada kedua gadis itu.
"Ikannya tuan, nyonya..!" seru lemah diselingi batuk ringkih berulang kali.
Kaki Mei Ling berhenti bergerak, retinanya bergeser mengikuti asal suara.
Pria paruhbaya berpakaian lusuh tambalan, bahu sedikit membungkuk, berwajah pucat dan tanpa alas kaki.
Ditangannya terdapat ikan tiga ekor sebesar lengan orang dewasa. Tak ada yang melirik, semua acuh mengabaikan.
Uhuk Uhuk
Batuk itu terdengar lagi dengan tangan menepuk dada berulang kali, seolah ingin mengusir sesak yang mencekik.
Xiao Mei Ling mendekat "paman..!" serunya lembut.
"Nona muda..!" sahut pria itu membungkuk.
"Apa nona mau membeli ikanku ini..?" tanya pria itu berbinar penuh harap.
Xiao Mei Ling tersenyum "iya, berapa harganya paman..?"
Bibir kering nan pucat pria itu melengkung sempurna "sepuluh koin perak nona muda..!"
Mei Ling melirik Suli, gadis itu pun paham dan langsung mengambil alih ikan ditangan pria itu.
Xiao Mei Ling mengeluarkan satu koin emas, keranjang bambu berisi bahan pangan, roti, minuman sari buah, sepatu, jubah, selimut dan pakaian.
Nasi lengkap dengan daging rusa panggang dan sup tahu asparagus jamur, juga tidak ketinggalan Mei Ling berikan.
"Nona muda, ini----
Pria itu tergagap, matanya berembun melihat barang-barang yang ada didepannya. Terlebih saat satu koin emas berpindah ketangan kasarnya, seketika tubuh lemah itu bergetar.
Mei Ling mengeluarkan air spiritual dan pil penyembuh "paman minum dulu ini." titahnya.
"Nona...!"
"Agar paman cepat sembuh, hem..!" ucap lembut Mei Ling meringis sedih.
Pria itu tak menolak, ia memang sangat membutuhkan obat. Sudah sejak dua tahun ini ia sakit-sakitan, karena lelah bekerja diladang dan berburu kehutan.
"Nona jangan begitu..!" seru pria penjual ikan terkejut, saat Mei Ling berjongkok guna membantunya memakai alas kaki.
"Paman seusia dengan ayahku, jadi anggap saja aku ini putri paman dan izinkan aku membantu" ucap Mei Ling berkabut sedih.
"Nona, terimakasih...!"
Banyak yang memperhatikan interaksi itu, bahkan tak sedikit ada yang meringis jijik melihat bagaimana lusuh dan kotornya kaki pria penjual ikan.
Tapi Mei Ling tidak perduli, justru malah hatinya mengutuk orang-orang sombong tak berempati itu.
"Paman besok temui aku dipaviliun Hei'hu ya..? aku memiliki pekerjaan untuk paman. Jika paman punya putra atau putri yang mau bekerja, ajak saja sekalian."
Dua garis airmata menghiasi pipi kusam pria penjual ikan, ia membungkuk dalam bahkan nyaris bersujud jika Mei Ling tak cepat menahan.
Pria itu pun bercerita jika ia, istri dan putrinya sangat ingin berkerja, tapi selama ini tawaran yang selalu datang cuma menjadi buruh tani dengan penghasilan satu sampai dua koin perak.
Istri dan putrinya juga mesti bergantian bekerja, karena harus menjaga putranya yang sudah tiga tahun sakit.
Mei Ling kembali mengeluarkan air spiritual dan pil penyembuh "berikan ini kepada putra paman."
"Terimakasih nona muda, terimakasih...!" pria itu tergugu haru.
Mei Ling memanggil dua orang pengawalnya, memberi titah agar menemani pria penjual ikan pulang.
Gadis itu khawatir kalau nanti dijalan ada yang berniat jahat.
"Jika paman tidak bisa menemui aku besok, lusa juga tak apa. Kalau aku tidak ada dipaviliun Hei'hu, cari aku direstoran Hei'hu." pesan Mei Ling sekalian menyebutkan namanya.
Mereka pun berpisah, dengan hati yang diselimuti banyaknya rasa mendera.
Mei Ling menghela nafas dalam, sebelum melanjutkan langkahnya menuju kerestoran yang ternyata sudah dipadati pelanggan.
Lima belas karyawan baru juga sudah bersibuk dan hanya sempat saling menyapa sebentar, guna menerima gelang giok spiritual.
⭐️⭐️⭐️⭐️⭐️
.masih banyak typo..