NovelToon NovelToon
LUPIN : Atlantis Crown Theft

LUPIN : Atlantis Crown Theft

Status: tamat
Genre:Kriminal dan Bidadari / Misteri / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / Action / TKP / Light Novel / Tamat
Popularitas:443
Nilai: 5
Nama Author: Miss Anonimity

Sebuah kota yang ditimpa tragedi. Seseorang baru saja membakar habis gedung pengadilan di Withechaple, Inggris. Beruntung tidak ada korban jiwa.

Seorang detektif hebat ditugaskan menangkap sang pencuri Lupin. Waktu yang dimiliki Wang yi semakin terbuang sia-sia. Semakin ia merasa bisa menangkap pencuri Lupin, semakin ia terjebak dalam permainan menyebalkan yang dibuat oleh musuh. Beruntungnya gadis cantik bernama Freya, yang bekerja menyajikan bir untuk para polisi di kedai setempat selalu memberinya motifasi yang unik.

Selama beberapa Minggu, Wang yi menyusun rencana untuk menangkap sang Lupin. Hingga sebuah tugas melindungi mahkota Atlantis tiba di kota itu. Wang yi akhirnya berhasil mengetahui siapa sosok sang Lupin. Namun, ketika sosok itu menunjukan wajahnya, sebuah rahasia gelap ikut terkuak.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Anonimity, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 10 : Pelaku Yang Lain?

Jeep hitam itu melaju menembus jalan basah yang masih memantulkan cahaya jingga dari langit. Asap hitam membubung di kejauhan, mengaburkan papan nama toko-toko tua dan spanduk rusak yang bergoyang di bawah tiupan angin. Whitechapel seolah baru saja terbangun dari mimpi buruk yang panjang—dan belum siap menghadapi kenyataan.

Roda Jeep berhenti di tikungan ketika cahaya api mulai terlihat jelas. Bangunan dua lantai di ujung jalan terbakar dari dalam. Cat dindingnya mengelupas, dan jendela pecah satu per satu, seolah ledakan kecil sedang bekerja dari jantung gedung. Wang Yi turun, membuka jaketnya, dan berjalan menembus kerumunan orang yang mulai berdatangan. Sirene pemadam sudah terdengar, tapi masih jauh.

"Menjauh! Semua menjauh!" teriak seorang petugas lokal yang tampak kebingungan.

Wang Yi menunjukkan lencana di balik jasnya, lalu melangkah lebih dekat ke zona api. "Sejak kapan kebakaran ini dimulai?"

Petugas itu menatapnya cepat. "Sekitar dua puluh menit lalu. Tidak ada yang melihat pelaku. Beberapa warga bilang mereka mencium bau bensin sebelum ledakan kecil terjadi."

Wang Yi mengamati sekeliling. Jalanan becek, bercampur lumpur dan sisa hujan. Di antara abu dan pecahan kaca, sesuatu memantulkan cahaya kecil—potongan logam tipis. Ia jongkok, mengambilnya dengan hati-hati. Sebuah potongan kunci, patah di ujungnya, dengan ukiran kecil berbentuk mahkota. Ia mengamati simbol itu, kemudian mencocokkannya dengan pin hitam yang sebelumnya ia temukan di museum.

"Tidak ada kesamaan." Gumamnya.

Wang Yi berdiri lagi. Api masih berkobar di balik dinding bata yang setengah runtuh. Dari kejauhan, ia melihat siluet seseorang di atap bangunan seberang—tegak, diam, nyaris tak bergerak. Hanya sekejap, tapi cukup membuat Wang Yi memejamkan mata sepersekian detik dan mengutuk nasibnya.

"Siapa itu?" Tanyanya pada diri sendiri. Ia berlari ke arah gedung seberang, melewati garis polisi yang belum sempat dipasang sempurna. Anak tangga logam menjerit di bawah sepatunya, udara panas masih mengepul dari sisa api. Begitu tiba di atap, hanya ada angin dan bau besi terbakar. Tidak ada siapa pun. Tapi di tepi atap, menempel pada papan reklame tua, Wang Yi menemukan selembar kartu kecil yang diselipkan rapi. Kartu itu berwarna putih gading, dengan tinta hitam sederhana: 'Whitechaple adalah manifestasi dari dosa itu sendiri. Aku harap kau tidak berada di sisi yang salah, detektif' Wang Yi memegang kartu itu lama, membiarkan abu beterbangan di sekitarnya. Matanya memantul cahaya api dari bawah, dan untuk sesaat, wajahnya tampak seperti seseorang yang menatap dirinya sendiri di masa lalu. Jelas sekali pesan itu di tujukan untuknya.

Dari bawah, suara radio polisi mulai ramai. Mereka sudah menemukan korban—seorang pria, tubuhnya gosong sebagian, tapi masih bisa dikenali dari seragam penjaga malam.

Sama seperti penjaga museum. Wang Yi turun perlahan, melewati tangga logam yang kini dingin. Ketika kakinya menyentuh aspal lagi, ia sudah memutuskan sesuatu di kepalanya, Ini bukan kebetulan.

Kedua tempat kejadian itu seperti terhubung. Ia menatap nyala api terakhir yang menelan atap gedung, lalu menyalakan rokok dengan sisa bara di tanah. Cahaya merah di ujungnya memantul di matanya sendiri. Asap rokoknya naik ke udara, bercampur dengan abu kebakaran.

"Kasus kebakaran kedua dalam bulan ini." Wang Yi menoleh ke samping. Frank berdiri di sampingnya, sama-sama terpaku pada kobaran api.

"Gedung apa yang terbakar ini?" Tanya Wang Yi.

"Kantor wali kota." Jawab Frank.

"Gedung pengadilan, sekarang kantor Wali Kota. Entah perasaanku saja atau ini mirip sebuah pola." Ujar Wang Yi.

"Apa kau menemukan sesuatu?" Tanya Frank.

"Kita perlu membahas ini secara serius." Ucap Wang Yi. Frank mengangguk setuju. Setelah itu Wang Yi memutuskan kembali ke rumah Zhou Shiyu. Tempat itu benar-benar membuatnya nyaman, setidaknya untuk sekarang.

Wang Yi membuka pintu perlahan. Rumah itu gelap, hanya cahaya dari luar yang menembus tirai. Bau alkohol masih terasa di udara. Wang Yi mengernyit ketika melihat Zhou Shiyu tertidur di sofa. Ia ingat sekali sebelum pergi Zhou Shiyu tertidur di kamarnya. Rambutnya sedikit acak-acakan. Di meja, dua gelas kosong dan sebotol anggur yang belum habis. Bekas dirinya sebelum ini.

Wang Yi berjalan mendekat, menatap wajah gadis itu. Wajah yang terlihat damai, tapi menyimpan sesuatu yang tak bisa ditebak. Wang Yi kembali mengernyit ketika samar-samar mencium bau bensin di rumah ini. Ia pergi ke dapur, memastikan tidak ada kebocoran gas. Namun, anehnya bau itu semakin memudar ketika Wang Yi pergi ke dapur. Ia kembali lagi ke ruang tengah. Bau itu kembali lewat di Indra penciumannya.

Wang Yi mengabaikan bau tersebut. Ia berjongkok di hadapan Zhou Shiyu. Gadis itu benar-benar cantik. Wang Yi sekali lagi menelan ludah ketika mendengar Zhou Shiyu mengerang lembut lewat bibir merahnya. Tangan Wang Yi perlahan terulur hendak membangunkan Zhou Shiyu dan memintanya untuk pindah. Tapi bau bensin semakin pekat ketika Wang Yi berada di hadapan Zhou Shiyu.

Ia kembali mengendus dengan pelan, hingga matanya tertuju pada tangan Zhou Shiyu yang menjuntai ke bawah Sofa. Wang Yi mengambil tangan Zhou Shiyu pelan, kemudian mengendusnya. Bau bensin. Wang Yi mengernyit memikirkan sesuatu yang menurutnya mustahil. Ia mengenyahkan pikiran itu meski mungkin untuk sementara ini.

Jam di dinding berdetak pelan. Wang Yi menggoyang-goyangkan tubuh Zhou Shiyu dengan lembut. Gadis itu kembali mengerang, dan itu benar-benar membuat Wang Yi sekali lagi menelan ludah. Desahan Zhou Shiyu dikala permainan mereka sebelumnya masih terpatri dalam pikirannya. Dia gadis pertama yang membuat Wang Yi se-haus ini terhadap perempuan.

"Sudah larut," gumamnya. "Kau seharusnya tidur di kamar."

Zhou Shiyu membuka mata perlahan. "Aku pikir kau tidak akan kembali," suaranya serak.

"Gedung wali kota terbakar, pelakunya masih belum tertangkap. Aku mengkhawatirkanmu jadi aku kembali ke sini." jawab Wang Yi. "Seseorang tentu ingin membuat semua orang panik."

Zhou Shiyu bangun, duduk, menarik selimut ke bahunya. "Apa mungkin pelakunya adalah Lupin?"

"Aku pikir bukan," Wang Yi menatap botol di meja. "Seseorang yang ingin menirunya."

Zhou Shiyu berdiri, berjalan ke dapur, menyalakan lampu. Cahaya putih menyapu ruangan, membuat semua tampak lebih dingin. "Kau lapar?" tanyanya.

"Tidak. Aku hanya ingin tahu kenapa semua ini terasa seperti diatur."

Zhou Shiyu membuka lemari, mengambil gelas bersih, lalu menuang air. "Kau bilang tadi ada korban?"

"Penjaga malam. Sama seperti kasus museum."

Zhou Shiyu menatapnya. "Kalau begitu…mungkin sang Lupin ini memiliki rekan."

Wang Yi tidak menjawab. Ia mengeluarkan kartu putih dari saku jasnya dan meletakkannya di meja.

Zhou Shiyu mengambilnya, membaca tulisan di atasnya. Wajahnya berubah. "Dia tahu siapa kau."

Wang Yi menatap ke luar jendela. "Aku pernah menangkap sang Lupin berkali-kali, meski tidak berhasil. Dia tentu tahu siapa aku. Tapi aku pikir pelaku pembakaran itu bukan dia."

Zhou Shiyu berjalan ke arahnya, berdiri di belakang Wang Yi, lalu bertanya pelan, "Kau takut?"

"Aku jarang takut. Tapi kriminal dengan model seperti Lupin... tidak bisa ditebak."

"Kau butuh tidur."

"Dan kalau aku tidur, dia mungkin sudah berada satu langkah di depan."

Zhou Shiyu menatapnya lama. "Mungkin dia sudah di depan sejak awal."

Wang Yi mengangguk, "Akan ku pastikan menangkapnya suatu hari nanti."

1
@🔵𖤍ᴹᴿ᭄☠BanXJeki G⃟B⃟🦋
wahhh cocok ini yang aye cari, ilustrasi adegan mu keren 👍✨
@🔵𖤍ᴹᴿ᭄☠BanXJeki G⃟B⃟🦋
aye suka kata ini. dan itu benar adanya reall✨
@🔵𖤍ᴹᴿ᭄☠BanXJeki G⃟B⃟🦋
Woahh ilustrasinya keren ✨ 👍 semoga lanjut sampai tamat💪
Miss Anonimity: Makasih, kak.
total 1 replies
mary dice
wang yi pasti dalam bahaya🧐 lanjut thor
Miss Anonimity: Nanti ya.
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!