NovelToon NovelToon
Kutukan Cinta Terlarang

Kutukan Cinta Terlarang

Status: sedang berlangsung
Genre:Kutukan / Duniahiburan / Cinta Terlarang / Office Romance / Romansa / Fantasi Wanita
Popularitas:990
Nilai: 5
Nama Author: Cerita Tina

Luna tak pernah bermimpi bekerja di dunia hiburan, ia dipaksa pamannya menjadi manajer di perusahaan entertainment ternama.

Ia berusaha menjalani hidup dengan hati-hati, menaati aturan terpenting dalam kontraknya. Larangan menjalin hubungan dengan artis.

Namun segalanya berubah saat ia bertemu Elio, sang visual boy group yang memesona tapi kesepian.

Perlahan, Luna terjebak dalam perasaan yang justru menghidupkan kembali kutukan keluarganya. Kejadian aneh mulai menimpa Elio, seolah cinta mereka memanggil nasib buruk.

Di saat yang sama, Rey teman grup Elio juga diam-diam mencintai Luna. Ia justru membawa keberuntungan bagi gadis itu.

Antara cinta yang terlarang dan takdir yang mengutuknya, Luna harus memilih melawan kutukan atau
menyelamatkan orang yang ia cintai.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cerita Tina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Cemburu

Malam itu, Marcel datang ke dorm dengan mendorong sebuah kotak besar berlabel air cooler.

Rey yang sedang menonton dari ruang tengah langsung menoleh. “Untuk kamar siapa itu?” tanyanya heran.

Marcel tersenyum singkat tanpa berhenti mendorong. “Untuk Luna. Katanya udah seminggu pendingin kamarnya rusak, jadi aku bawain yang baru.”

“Apa?” Rey spontan berdiri, matanya membulat. “Jadi itu alasannya dia beberapa malam ini ngerjain tugas di ruang tengah? Kukira dia cuma pengin suasana baru. Jadi selama ini dia kepanasan?”

Marcel hanya mengangkat bahu. “Begitulah.”

Mereka tiba di depan kamar Luna. Marcel mengetuk pelan.

“Luna.”

Pintu terbuka beberapa detik kemudian. Luna muncul dengan rambut digulung asal, wajahnya tampak lega melihat Marcel.

“Oh, Kak Marcel.”

Marcel tersenyum kecil. “Boleh aku masuk?”

Luna mengangguk, mempersilakan. Marcel segera membuka kotak pendingin itu, mengeluarkan alat berwarna putih bersih dan meletakkannya di pojok kamar. Ia menekan tombol power, tapi tak ada reaksi.

“Hm?” alisnya berkerut. Ia mencoba lagi. Tetap tak menyala.

Rey yang sejak tadi bersandar di depan pintu dengan tangan menyilang, maju mendekat.

“Coba kulihat.” Ia menunduk, memeriksa kabel yang tersambung ke stopkontak.

Beberapa kali ia menggoyangkan colokan, namun tak juga ada tanda listrik masuk.

“Sepertinya ini bukan dari mesinnya,” gumam Rey pelan, menoleh pada Marcel dan Luna.

“Masalahnya di colokan. Mungkin kabel di balik temboknya yang bermasalah.”

Luna menghela napas kecil. “Pantas saja dari kemarin kipas juga nggak nyala.”

Marcel berdiri sambil menepuk tangannya, menatap kamar kecil itu dengan senyum tipis.

“Oke, besok aku minta teknisi datang aja. Malam ini kamu tidur di ruang tengah dulu, ya.”

Luna mengangguk, sementara Rey hanya menghela napas sambil meliriknya sekilas.

Dalam hatinya, ada sedikit rasa bersalah bagaimana bisa ia baru tahu sekarang bahwa gadis itu sudah seminggu menahan panas sendirian.

"Eh, tunggu sebentar. Biar aku cek dulu.”

Rey menahan langkah Marcel yang sudah hendak beranjak.

Rey keluar kamar, lalu kembali beberapa menit kemudian dengan sebuah kotak peralatan di tangannya. Kotak itu berisi obeng, kabel tester, dan beberapa perkakas kecil yang tampak sering digunakan.

Luna memiringkan kepala. “Kau punya alat itu semua?”

Rey menatapnya sekilas sambil berjongkok di dekat colokan. “Dulu aku sekolah jurusan teknik listrik. Jadi, sedikit tahu.”

Ia membuka pelan tutup colokan yang terpasang di dinding kamar Luna, kamar itu sebenarnya hasil sekat tambahan.

Kabel-kabel di dalamnya tampak semrawut, hanya disambung dengan selotip tipis dan tidak berstandar.

Rey menghela napas kecil. “Pantas saja. Ini sambungannya seperti mainan.”

Tangannya lincah bekerja, menyambung ulang kabel, mengencangkan baut, lalu menutup kembali.

Dalam beberapa menit, ia menekan tombol power di pendingin udara itu dan mesin pun menyala dengan suara halus. Udara dingin perlahan mengalir.

“Yeay!” seru Luna spontan, bersorak kecil sambil menepuk tangan. Matanya berbinar seperti anak kecil.

Rey berdiri, menepuk celananya. “Okelah, sudah aman.”

Marcel tersenyum lega. “Baiklah, kalau begitu aku pulang dulu.”

“Makasih, Kak Marcel,” ujar Luna tulus sambil melambai. Marcel pun meninggalkan mereka.

Rey membereskan alat-alatnya kembali ke dalam kotak. Saat ia hendak keluar, terdengar suara pelan, “Terima kasih, ya.”

Rey menoleh, matanya bertemu dengan tatapan lembut Luna. Ada ketulusan di sana yang membuatnya refleks berdeham kecil.

“Lain kali kalau ada apa-apa, bilang aja. Jangan nunggu seminggu, mengerti, Cebol?”

Luna tingginya bahkan tak sampai pundaknya Rey. Luna manyun. “Aku lupa, soalnya kita sedang banyak kegiatan.”

“Alasan klasik.” Rey terkekeh, menyentil jidat Luna pelan sebelum beranjak. “Udah, kunci pintunya.”

Baru saja Rey keluar pintu, Elio lewat. Ia kebetulan ingin ke kamar mandi. Ia berhenti mendadak, kaget melihat Rey keluar dari kamar Luna.

“Eh, Kak sedang apa di sini?” tanyanya dengan nada ragu, matanya bergantian memandang Rey dan pintu kamar Luna.

Rey tersenyum santai. “Mau tahu banget." ujarnya ringan sambil bersiul kecil.

Ia sengaja tidak menjawab langsung, tahu betul Elio pasti akan salah paham. Rey berjalan meninggalkan Elio.

Elio menatapnya tanpa berkedip. Wajahnya berubah tegang, pikirannya dipenuhi banyak pertanyaan. Ngapain dia di kamar Luna malam-malam?.

Begitu Rey pergi, Elio masih berdiri di tempat, menatap pintu kamar Luna yang kini tertutup rapat. Ia takut kalau Luna yang diam-diam ia kagumi sudah mulai didekati orang lain.

***

Keesokan harinya, rutinitas kembali seperti biasa. Elio tampak lebih serius berlatih vokal di ruang latihan, sementara Luna sibuk mencatat dan memantau anggota Neonix dari jauh.

Luna merasa lega, setidaknya dia tidak bertemu dengan Elio. Ia memang sengaja menghindarinya karena kejadian semalam.

Namun ketenangan itu tak berlangsung lama.

Menjelang malam, Elio masih berada di studio. Ia berlatih sendiri, mencoba mengulang bagian-bagian yang sempat salah.

Tapi pikirannya tak bisa tenang. Antara bayangan canggung semalam dan ingatan tentang Rey yang keluar dari kamar Luna semuanya bercampur, membuatnya tak bisa fokus.

Pelatihnya menatap dengan dahi berkerut.

“Fokus, Elio. Kemarin gerakanmu sudah bagus. Kenapa sekarang malah berantakan?”

Elio menarik napas dalam, menyeka keringat di pelipisnya. “Maaf mungkin karena saya agak kecapekan.”

Pelatih mengangguk singkat, lalu menatap jam di dinding. “Ambil waktu sebentar. Kita ulang lagi setelah ini.”

Saat itulah Luna muncul di pintu studio.

“Ehm, kau masih berlatih rupanya,” ujar Luna canggung, berusaha mencairkan suasana.

Elio hanya mengangguk pelan, tak berani menatap lama. Luna berjalan mendekat dan menyerahkan sebotol minuman berenergi.

“Untukmu. Supaya tidak terlalu lelah.”

Elio menerimanya. Tangannya sempat menyentuh jemari Luna sekilas singkat, tapi cukup untuk membuat keduanya saling menarik tangan cepat-cepat.

Ia meneguk minuman itu tanpa banyak bicara. Pelatih kemudian berseru dari sisi ruangan.

“Ayo, kita lanjutkan!”

Elio menggenggam pedang latihannya, mengatur napas, dan mulai bergerak mengikuti ritme musik.

Setiap ayunan, setiap langkah semuanya ia lakukan dengan konsentrasi penuh. Tapi di dalam hatinya, ia hanya ingin terlihat baik di depan Luna.

Tatapannya sesekali mencuri arah ke tempat Luna berdiri, dan setiap kali mata mereka bertemu, sesuatu bergetar halus di dada Elio.

Latihan berakhir. Pelatih mengangguk puas.

“Bagus. Akhirnya kembali seperti kemarin. Kau bisa pulang.”

Begitu pelatih keluar, Elio masih berdiri di tengah ruangan, napasnya belum sepenuhnya stabil. Ia menatap Luna yang sudah berbalik hendak pergi.

“Luna…” suaranya terdengar rendah, namun tegas.

Gadis itu menoleh pelan.

“Hm?”

Elio menatapnya, matanya berkilat oleh sesuatu yang sulit disembunyikan.

“Ayo ikut sebentar denganku.”

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!