Reyhan, seorang pria dewasa berumur 45 tahun, ia tewas saat menjalankan tugas. Tapi ketika ia terbangun, dirinya telah berpindah dimensi. Yang dimana jiwanya berpindah di tubuh laki-laki remaja yang masih berumur 18 tahun. Ternyata tubuh yang ia tempati adalah tubuh Putra Mahkota Kerajaan.
Penasaran kisah Reyhan sebagai Putra Mahkota ?
***
Note : Cerita ini berlatar Multiverse dari Cerita 'Laki-Laki Culun Psychopath'.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ryn_Frankenstein, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 20
Pertarungan Reyhan dan Pangeran Jian Heeng sudah terlewat hampir 1 jam. Semua orang yang melihat mereka berdua hanya bisa terkejut dan terdiam lagi.
Mereka semua tidak bisa melakukan apapun untuk menghentikan pertarungan saudara itu. Reyhan menghentikan serangannya, karena melihat Pangeran Jian Heeng sudah kelelahan, dan berlutut di tanah dengan pedangnya yang sudah patah.
Mereka berdua hanya diam di posisi mereka dengan jarak 50 meter setelah Reyhan melompat jauh untuk menghindari semburan Api milik Pangeran Jian Heeng.
Pangeran Jian Heeng menatap tajam dengan tatapan membunuh. Namun tatapannya dibalas tatapan datar dari Reyhan dengan hanya memasang wajah.
.
.
"Kakak, bagaimana ini ? Apa yang harus kita lakukan agar mereka berdua berhenti bertarung ?" tanya Putri Jing Mi.
"Entahlah.. Kakak juga tidak tau harus melakukan apa untuk menghentikan mereka berdua." jawab Putri Mahkota Lin Wei, ia benar-benar panik melihat kedua adik laki-lakinya bertarung.
"Aku tak menyangka kalau Kakak Jian menggunakan sihir Hujan Tanah Apinya." ucap Zhu Niu.
"Justru yang bikin mengejutkan, Kekuatan aneh milik Kakak Rey Hann." ucap An Niu.
"Benar, itu pun Kakak juga tak menyangka Kekuatannya aneh tapi mengerikan." balas Putri Mahkota Lin Wei.
"Selama ini, kehidupan apa yang dilewati oleh Kakak Rey Hann, sampai bisa memiliki Kekuatan yang mustahil kita semua miliki." kata Putri Jing Mi.
Putri Mahkota Lin Wei dan kedua gadis kembar itu hanya mengeleng-gelengkan kepalanya menandakan mereka tidak mengerti sama sekali. Karena mereka juga sama-sama baru melihat kekuatan Reyhan.
Mereka kembali melihat pertarungan kedua saudara laki-lakinya. Namun...
DEG...
.
.
.
.
Disisi Putra Mahkota KunLi Wong, hanya bisa membeku, bukan berarti ia membeku karena kekuatan sihir elemennya. Melainkan ia terdiam karena terkejut melihat kekuatan milik Reyhan. Ia berkeringat dingin, karena apa yang pernah ia lihat di dalam mimpinya, sangat-sangat mirip.
Putra Mahkota KunLi Wong akhirnya mengingat mimpinya. Sosok laki-laki berzirah dan memiliki cahaya-cahaya portal disekelilongnya benar-benar nyata. Dalam mimpinya ia melihat sosok itu yang akan menjadi memimpin semua Kerajaan-Kerajaan.
Putra Mahkota KunLi Wong harus mewaspadai kekuatan milik Reyhan. Bukan berarti ia menganggap Reyhan sebagai ancaman, melainkan ia menganggap Reyhan akan menjadi perebutan. Menurutnya, kemungkinan ada beberapa pihak yang ingin menjadikan Reyhan senjata pembunuh.
Karena, melihat kekuatan Reyhan yang tidak ada di dalam sejarah keseluruhan kerajaan. Sudah jelas, pasti ada yang menginginkan dan memanfaatkan kekuatan Reyhan untuk menguasai dunia.
Saat sedang mengingat mimpinya, ia kembali memandang area pertarungan saudara itu. Seketika matanya terbelalak.
.
.
.
.
Sedangkan disisi Raja Wan dan orang-orang Kerajaannya juga terkejut. Melihat Kekuatan pertarungan antar saudara saja, sudah membuat mereka yang melihatnya terdiam.
Tapi tidak untuk Raja Wan, ia berniat melangkahkan kakinya untuk mendekati wilayah pertarungan, dan menghentikan kedua putranya.
Awalnya, semua pengawal dan mentri-mentrinya melarang dan memperingatinya. Karena situasi keadaan sangat berbahaya. Tapi baginya, Raja Wan tetap harus mengehentikan pertarungan kedua putranya.
"Yang mulia jangan kesana, disana sangat berbahaya." ucap salah satu mentrinya dan mentri lainnya pun juga sama memperingatinya.
"Yang mulia, apa yang diberitahukan oleh beliau, benar, yang mulia. Sangat berbahaya jika yang mulia pergi kesana." ucap salah satu pengawalnya dan pengawal lainnya juga setuju.
"Dasar Bodoh !! Aku tidak mungkin membiarkan kedua putraku saling membunuh hanya untuk memperebutkan penerusku !!" ucap Raja Wan marah.
"Tapi yang mulia..."
"Jangan menghalangiku. Aku Raja Kong Li Wan, paling berhak membuat keputusan kepada kedua putraku !!" bentak Raja Wan.
Para mentri dan pengawal terdiam. Mereka tidak berani membantah ucapan Raja Wan jika sudah marah. Karena perintah Sang Raja adalah mutlak dan harus dipatuhi, apapun resikonya. Jika melanggar, pasti diberikan hukuman.
Namun saat melihat cahaya yang sangat terang, mereka semua menoleh kepalanya bersamaan.
DEG...
.
.
.
.
Pangeran Jian Heeng.
.
Reyhan.
.
Semua orang, secara bersamaan terkejut melihat Pangeran Jian Heeng mengeluarkan jurus pamungkasnya. Tapi yang bikin lebih terkejut lagi, ketika melihat kekuatan Reyhan yang menerangi wilayah pertarungan.
.
.
Raja Wan mulai berjalan mendekati area pertarungan kedua putranya. Hatinya sedih menyesal perbuatannya karena tidak berbuat adil terhadap putra pertamanya.
Raja Wan bertekat, setelah kejadian ini, ia akan berperilaku adil kepada semua anak-anaknya. Seperti ia adil kepada ketiga istri-istrinya, tanpa terkecuali lagi.
Bukan, karena ia baru mengetahui kekuatan Rey Hann yang sekarang baru ia menyayanginya, melainkan karena itu adalah tugasnya sebagai peran ayah yang menyayangi anak-anak, tanpa pilih kasih.
.
.
Disisi Reyhan dan Pangeran Jian Heeng.
Meski timbul rasa terkejut, Pangeran Jian Heeng tetap mempertahankan pendiriannya, dan menyerang Reyhan dengan serangan pamungkasnya. Ia sudah tidak punya pilihan lain, karena ia tak ingin harga dirinya turun.
Reyhan dan Pangeran Jian Heeng, masih dengan posisinya yang siap melancarkan serangan mereka masing-masing.
.
.
.
"CUKUP !!"
Secara bersamaan, Reyhan dan Pangeran Jian Heeng menoleh kepalanya ke arah sumber suara. Ternyata suara itu adalah suara milik Raja Wan.
Raja Wan terus berjalan, Reyhan dan Pangeran Jian Heeng memandangnya heran, Raja Wan tetap mendekat. Ia terus berjalan, dan kini ia berada di tengah-tengah mereka.
"Cukup putra-putraku, apa kalian ingin saling membunuh hanya untuk jadi penerusku ?" tanya Raja Wan.
Pangeran Jian Heeng tidak menjawab, tapi api birunya perlahan-lahan mengecil dan lenyap. Dan disisi Reyhan ia juga segera menarik masuk kembali senjata-senjatanya ke dalam cahaya-cahaya portalnya. Dan cahaya portalnya perlahan redup dan menghilang.
Reyhan melakukan itu karena Pangeran Jian Heeng menghentikan aksinya. Sedangkan Pangeran Jian Heeng, ia melenyapkan api birunya, karena berakting, dan menjaga sikapnya di depan Raja Wan, supaya Raja Wan tidak menilai baik kepada dirinya.
.
.
"Kemarilah putra-putraku." Raja Wan memanggil mereka berdua.
Pangeran Jian Heeng melangkahkan kakinya dan berjalan mendekati Raja Wan terlebih dahulu. Sedangkan Reyhan hanya diam dan hanya memasang wajah datarnya.
.
.
Pangeran Jian Heeng sudah berdiri dan berhadapan dengan Raja Wan. Reyhan masih diam, ia tidak sama sekali berpindah dari tempatnya. Menurut Reyhan, buat apa ia menuruti panggilan Raja Wan.
Jika diingat, umur Reyhan sudah 45 tahun, sedangkan Raja Wan, berumur 40 tahun. Jadi menurut kesimpulannya, buat ia mematuhi pria yang umurnya lebih muda darinya.
.
.
"Ayah maafkan hamba,"
"hamba tidak bermaksud mencelakai Kakak Mahkota." ucap Pangeran Jian Heeng pura-pura bersalah.
"Hamba hanya terpaksa melakukannya, karena Kakak Mahkota terlalu serius menyerang hamba. Sehingga dengan terpaksa hamba kelepasan, karena hamba tidak ingin berakhir karena masalah kecil." ucap Pangeran Jian Heeng panjang lebar.
Ia berakting seperti itu, supaya Raja Wan memihak padanya dan membelanya. Pangeran Jian Heeng berakting seoalah dirinya tidak dianggap dirinya yang berniat membunuh Reyhan.
Bagus ceritanya dan baru kali ini nemu selir raja yang berwatak baik bener-bener tulus walaupun putra kandungnya dipenjara sampai akhir gak ada tuh yang namanya pemberontakan selir
sangat memuaskan 😍❤️
mungkin author udh capek nyari ilustrasi yng cocok 🙂
kok ray elemenya pedang. mana bisa gt. setidak nya petir gt masak logam radak aneh gk tor
sementara di dunia modern disebutnya begal