Dinikahi Om Dari Sang Penghianat

Tanpa terasa usia Aluna sudah masuk 4 tahu. Dan bertepatan usia pernikahan Alya dan Davin, ke 5 tahun.

Alya mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan. Dinding putih di rumahnya kini dipenuhi balon pastel, foto-foto pernikahan dirinya dan Davin, serta hiasan bunga mawar merah muda. Musik lembut mengalun dari speaker, mengiringi suasana hangat malam itu.

“Ini… semua kamu yang siapkan?” tanya Alya terkejut saat melihat Davin berdiri di tengah ruangan, mengenakan setelan jas hitam elegan.

Davin mengangguk pelan. “Selamat ulang tahun pernikahan yang kelima, istriku.”

Alya menatapnya penuh haru. “Aku pikir kita hanya akan makan malam biasa malam ini…”

“Tidak ada yang biasa untuk orang luar biasa sepertimu,” ucap Davin sambil meraih tangannya.

Aluna yang memakai dress lucu warna pink, berlari ke arah mereka dengan pita di kepala. “Mama cantik banget! Papa ganteng juga!”

Alya tertawa sambil mengangkat putrinya. “Dan Luna yang paling manis.”

Davin mengangguk. “Dan yang paling cerewet.”

“Hei!” Aluna mencibir, membuat keduanya tertawa.

Beberapa menit kemudian, seorang pelayan masuk dengan nampan berisi makanan khas yang dulu pernah mereka makan di perjalanan pertama mereka ke Bali: nasi campur khas Bali, sate lilit, dan es kelapa muda.

“Kamu masih ingat makanan ini?” bisik Alya.

“Bagaimana mungkin aku lupa? Itu malam pertama kamu mau tersenyum lagi setelah kita menikah. Di teras vila, kamu cerita semua tentang pengkhianatan Rey dan Mira. Saat itu aku janji, aku akan buat kamu bahagia setiap hari.”

Alya menahan air matanya. Ia tahu Davin tak pandai berkata manis, tapi saat ia melakukannya, setiap kata terasa dalam.

Setelah makan malam usai, Davin berdiri dan mematikan lampu.

“Papa?” Aluna memanggil dengan suara kecil.

“Tenang, Luna. Lihat ini,” kata Davin sambil menyalakan proyektor.

Tiba-tiba, layar putih di dinding menampilkan video dokumentasi kehidupan mereka, pernikahan sederhana mereka di awal, kehamilan Alya, kelahiran Aluna, hingga momen-momen kecil seperti Alya tertidur di sofa atau Aluna belajar jalan untuk pertama kalinya.

Setiap potongan video diiringi narasi suara Davin yang tenang.

“Kamu pernah merasa hancur, Alya. Tapi kamu tetap berdiri. Kamu membangun dirimu kembali dengan luka dan air mata. Aku mencintaimu bukan karena kamu sempurna, tapi karena kamu kuat. Dan aku ingin dunia tahu, kamu adalah hadiah terbaik dalam hidupku.”

Alya menangis dalam diam.

Setelah video selesai, Davin berlutut di hadapannya, cincin cantik yang begitu mewah Davin, berikan untuk sang istri.

"Mas.... Ini sangat cantik", menyeka air matanya.

"Tentu saja, tapi kamu lebih cantik dari segalanya" jawab Davin, lalu menyematkan cincin ke jari Alya.

"Mas harap kita bisa cepat mendapatkan adik untuk Aluna" ujar Davin dengan senyumnya.

Alya menatapnya tak percaya. “Kamu serius mas?”

Davin mengangguk. “Ayo kita wujudkan bersama. Aku ingin tambah keluarga kecil kita.”

Aluna berseru senang, “Luna mau adik!”

Alya tertawa sambil memeluk Davin dan Aluna bersamaan. “Terima kasih, sayang. Ini ulang tahun pernikahan terbaik sepanjang hidupku.”

Malam itu mereka tidur bertiga di kamar, seperti biasa, tapi kali ini dengan hati yang makin penuh. Ulang tahun pernikahan ke-5 bukan sekadar selebrasi, tapi bukti bahwa cinta sejati bisa tumbuh dari luka, dan keluarga sejati terbentuk dari pilihan untuk saling mencintai, hari demi hari.

Bersambung