NovelToon NovelToon
AFTER MARRIAGE

AFTER MARRIAGE

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Single Mom / Selingkuh / Pengganti / Cerai
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: Ana_nanresje

Terkejut. Itulah yang dialami oleh gadis cantik nan jelita saat mengetahui jika dia bukan lagi berada di kamarnya. Bahkan sampai saat ini dia masih ingat, jika semalam dia tidur di kamarnya. Namun apa yang terjadi? Kedua matanya membulat sempurna saat dia terbangun di ruangan lain dengan gaun pengantin yang sudah melekat pada tubuh mungilnya.

Di culik?

Atau

Mimpi?


Yang dia cemaskan adalah dia merasakan sakit saat mencubit pipinya, memberitahukan jika saat ini dia tidak sedang bermimpi. Ini nyata!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ana_nanresje, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

27_Bertemu Kembali

Pasokan oksigen di ruangan itu menipis, membuat para penghuni merasakan sesak di dada karena tatapan intimidasi milik Rai dan Ramon. Keduanya saling berhadapan dengan tatapan yang mematikan. Kavin,Mian dan Zain mereka ikut bergabung, bersiaga takut terjadi baku hantam antara keduanya.

" Kembalikan Aya padaku!"

" Kembalikan Aya padamu?" Alis Rai terangkat sebelah, maju selangkah mengikis jarak antara dia dengan Ramon " Bagaimana aku bisa mengembalikan Aya jika kau mengambilnya dariku, bastrad!"

Ramon tak gentar saat tangan besar milik Rai mencengkram kerah kemejanya " Jangan membuang waktuku, cepat kembalikan istriku!"

BUGH

Satu bogeman mentah mendarat mulus di sudut bibir Ramon. Rai tersulut emosi, membuka kancing kemejanya lalu menggulung sampai batas siku " jangan mempermainkan ku Caramondy. Kau yang membawa Aya pergi dariku dan kau memintanya kembali padaku?" Rai menyunggingkan senyumnya lalu merubah ekspresi wajahnya menjadi lebih dingin " Kenapa kau bisa kehilangannya bodoh. Dimana Aya ku?!"

" Dia istriku!"

BUGH

" Persetan dengan status kalian itu. Aya tetap milikku!" Rai kembali menyerang Ramon membuat dia tersungkur dan sudut bibirnya robek. Zain dan Mian terkejut saat Rai kembali melayangkan bogemannya. Kedua pria itu bangkit dari duduknya berusaha untuk melerai.

" Jangan harap kau bisa memilikinya. Karena sampai kapanpun aku tidak akan melepaskannya!" Ramon meludahkan cairan amis itu yang terasa di indra penyecapnya. Dia menyekanya dengan kasar, membuat cairan merah itu kembali merembes disana.

" Apa aku peduli dengan ucapanmu itu?" Rai menangkis tangan Zain yang ingin menahannya, mewanti wanti jika Rai akan kembali menyerang Ramon " Apa kau lupa? Kau bisa hidup dengan Zahra meskipun dia masih berstatus sebagai istri dari sepupumu. Lalu kenapa Aya tidak bisa hidup denganku huh? Bahkan kami sudah merencanakan pernikahan kami."

" Tutup mulutmu bastrad!" Rai tersenyum meremehkan saat Ramon tidak bisa melayangkan bogemannya karena Mian yang menahannya. Terlihat jelas jika Ramon tersulut emosi dan tidak bisa menahannya dan Rai sangat suka mempermainkannya.

" Kau tidak pantas menjadi suami Aya Ramon. Dia terlalu baik untuk pria semacam dirimu."

" Lalu bagaimana denganmu huh? Kau pikir kau lebih baik dariku?"

" Tentu. Aku merasa aku lebih baik darimu, dan aku lebih pantas menjadi suaminya." Ucap Rai membela diri.

" Dengarkan perkataanku Rai," Rahang Ramon mengetat dengan bola mata yang memerah " Azka, kakak Aya sendiri yang memintaku untuk menikah dengan adiknya. Dan ku pastikan aku tidak akan melepaskannya!"

" Dan secara tidak langsung kau mengatakan jika pernikahanmu didasari oleh paksaan bukan? Karena janjimu pada Azka dan pengorbanannya yang selalu melindungi mu, dengan menikahi adiknya kau menganggap semua itu seperti balas budi!"

" Hai bastrad," Rai menepuk bahu Ramon beberapa kali " Aya bukanlah barang yang bisa kau mainkan sesuka hatimu. Aku yakin Azka sangat menyesal karena sudah mempercayakan Aya padamu!"

" Kau mengkhianati kesetiaan Azka dengan menyakiti adiknya. Bagaimana bisa pria yang dipercaya untuk menjaga dan melindungi adiknya menjadi orang yang sering menyakitinya? Aku yakin saat ini Azka sangat menyesalinya."

" Tutup mulutmu!"

" Kenapa marah? semua itu kenyataannya bukan? Kau membuang Aya layaknya seperti barang. Kau menghancurkan hidupnya seakan akan dia boneka mainanmu. Kau membuat hidupnya menderita Ramon kau menggoreskan luka padanya. Kau membuat dia menjadi wanita hina yang mengharapkan pengakuan darimu. Kau membuangnya demi wanita lain. Bahkan kau tidak mau mengklaim anakmu sendiri demi anak diluar nikahmu itu."

" Kau bajingan. Kau brengsek. Kau manusia berhati iblis Ramon!"

" Kau yang berhati Iblis!" Balas Ramon.

" Kau yang berhati iblis!" Seru Rai kembali " Bisa bisanya kau mengklaim Aya kembali setelah membuangnya. Kau pikir kau siapa huh? Berani sekali kau menginginkan Aya kembali padamu. Camkan ini baik-baik, aku tidak akan membiarkan semua itu terjadi."

" CUKUP!!" Kavin mengesah panjang setelah berteriak cukup tinggi. Pria yang sedari tadi memilih untuk menjadi penonton mengangkat bokongnya dari sofa lalu menghampiri mereka " Dasar bodoh. Apa dengan kalian ribut Aya akan kembali? Jika Aya hilang maka tugas kita adalah mencarinya. Kesampingkan ego kalian karena keselamatan Aya yang terpenting saat ini." Kavin melengos pergi dari apartemen milik Aya sebelumnya, disusul oleh Zain dan Mian yang ikut pergi dari sana.

" Apa kau puas? Aku hampir mati gara-gara ulahmu." Pria itu terkekeh pelan menikmati raut wajah rekan kerjanya yang diselimuti oleh kecemasan. Dia duduk dengan kaki yang menyilang, membuat wanita itu semakin murka padanya " Kau mendengarkan ku tidak?"

Pria itu meringis saat remot Tv berhasil mendarat di keningnya. Ingin mengumpat dan memaki tapi kehadiran sosok lain membuat mereka terdiam " kapan dia akan sadar?"

" Tidak lama lagi dia akan sadar,"

" Apa kau yakin?" Wanita tadi menyenggol lengannya berbisik pelan mewanti wanti takut terjadi kesalahan " Kau tidak perlu cemas semuanya ku lakukan sesuai dengan rencana kita."

" Baiklah kalau begitu. Kita hanya butuh sedikit waktu lagi untuk menunggunya sadar. Aku akan pergi." Pria jangkung itu meninggalkan kedua mahluk beda jenis yang kembali adu mulut. Guyuran hujan membuat udara semakin dingin disertai suara guntur yang saling bersautan saat hazel hitamnya menatap pada mereka seperti tadi.

Mata indah itu mulai mengedip membiasakan cahaya lampu yang langsung menyerangnya. Dengan sedikit tenaga yang dia miliki, perlahan dia menggerakkan tubuhnya yang terasa kaku. Buliran  bening lolos begitu saja saat netra hitamnya menatap ke sekelilingnya. Isakan itu berubah menjadi sebuah tangisan saat pandangannya berhenti disalah satu objek yang membuat hatinya kembali tergores dengan luka yang sama.

" Ayah. Hiks. Bunda. Hiks." Tangannya menyentuh sebingkai foto yang terdapat diatas nakas. Tangannya membelai menyalurkan kerinduan disetiap sentuhan " Aya merindukan kalian. Hiks!" Dia memeluknya erat, kembali menangis dan membiarkan cairan itu berjatuhan.

Sesak sekaligus lega. Sedih sekaligus bahagia. Mungkin itulah yang saat ini Aya rasakan. Setelah menangis cukup lama Aya akan tersadar satu hal. Tempat yang saat ini dia tempati adalah kamarnya dulu di saat dia masih kecil dan masih tinggal bersama orang tuanya. Tapi bagaimana bisa, Mansion yang sudah puluhan tahun diambil paksa dari kakaknya kini dia kembali di kamarnya yang dulu. Tidak ada yang berubah sedikitpun semuanya masih tertata rapi seperti saat Aya tinggalkan dulu. Kakinya mulai menyentuh marmer, kakinya yang polos tak berbalut alas kaki melangkah pelan menuju pintu.

Hujan deras masih mengguyur bumi diluar sana. Aya berjalan pelan sembari memperhatikan mansion milik orang tuanya dulu. Semuanya benar-benar sama. Tidak ada yang berubah. Dan itu, membuat Aya tidak tahan untuk tidak menjatuhkan air matanya. Di setiap sudut ruangan mengingatkan Aya pada ingatannya dulu, kenangan saat bersama Azka dan kedua orang tuanya.

Deg

Aya teringat akan satu hal. Kaki polosnya segera melangkah cepat, tidak bahkan wanita itu berlari sambil menuruni anak tangga. Dia berjalan menuju pintu belakang, menerjang hujan dan membiarkan tubuhnya basah karena guyuran hujan.

Aya tersungkur saat tidak mendapati apa yang dia inginkan. Tangannya memukul dada kirinya kuat karena kembali merasa sesak. Dia pikir dia akan menemukan kakaknya disana, tapi ternyata tidak.  Sebuah gajebo tepat di bawah pohon rindang terlihat kosong tak berpenghuni. Harusnya Azka kakaknya itu berada disana karena hanya Azka yang akan selalu menunggu Aya di gajebo itu. Tapi Aya kembali di ingatkan oleh suatu kenyataan jika kakaknya sudah tidak ada dan raganya tidak lagi bersamanya.

" Aku mengharapkan mu berada disini kak. Hiks. Aku membutuhkanmu. Hiks. Aku merindukanmu. Hiks!" Aya menangis menumpahkan semua rasa yang saat ini dia rasakan. Hembusan angin yang menusuk ke tulang sum-sumnya dan dinginnya guyuran air hujan tak membuat wanita itu untuk meninggalkan tempat itu.

" Apa kamu lupa? Jangan mencari ku disini jika saat hujan. Carilah aku di ruang buku kita!" Aya menengadahkan kepalanya saat tak lagi merasakan air hujan mengguyurnya. Bibir Aya bergetar hebat saat bulan sabit beserta dimple itu terukir indah di wajahnya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!