Setelah kemenangannya melawan keluarga Ashcroft, Xander menyadari bahwa kejayaan hanyalah gerbang menuju badai yang lebih besar.
Musuh-musuh lama bangkit dengan kekuatan baru, sekutu berpotensi menjadi pengkhianat, dan ancaman dari masa lalu muncul lewat nama misterius: Evan Krest, prajurit rahasia dari negara Vistoria yang memegang kunci pelatihan paling mematikan.
Di saat Xander berlomba dengan waktu untuk memperkuat diri demi melindungi keluarganya, para musuh juga membentuk aliansi gelap. Caesar, pemimpin keluarga Graham, turun langsung ke medan pertempuran demi membalas kehinaan anaknya, Edward.
Di sisi lain, Ruby membawa rahasia yang bisa mengguncang keseimbangan dua dinasti.
Antara dendam, cinta, dan takdir pewaris… siapa yang benar-benar akan bertahan di puncak?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BRAXX, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
Xander mengamati Evan Krest yang tengah memegang pisau berukiran harimau emas. Pria tua itu memang cukup mirip dengan pria yang berfoto bersama Marcus beberapa tahun lalu. Xander beralih pada seorang wanita muda yang berada di belakang Evan Krest. Wanita itu adalah wanita yang ia lihat sekilas keluar dari rumah.
Xander tahu jika pria paruh baya yang menyekapnya di bawah tanah sedang berada diatas tubuhnya dan Govin. Ia juga tahu jika pria tua yang muncul saat dirinya dan para pengawal memasuki rumah singgah adalah pria baya itu juga. Xander bisa mengetahui dari alat yang ia terapkan di tubuh pria itu ketika ia tertangkap. Setelah dipikir-pikir, pria itu berbeda dengan pria tua yang ia dan para pengawal temukan di rumah singgah di tengah hutan.
Xander tahu jika cara itu digunakan untuk membuatnya dan pasukannya menyimpulkan jika pria itu benar-benar Evan Krest. Jika Evan Krest asli muncul di ruangan ini, ia yakin jika orang-orang itu yakin akan memenangkan pertarungan ini. Dengan kata lain, orang-orang itu akan menghabisinya dan Govin dan di sini.
Semua rencana yang sudah disusun Xander berjalan sukses hingga saat ini. Ia dan Govin sudah bersama Evan Krest dalam satu ruangan. Xander hanya perlu menunggu kedatangan Miguel dan Mikael untuk memastikan kemenangannya saat ini. Melirik jam tangan, masih butuh beberapa waktu untuk mempersiapkan semuanya. Hanya saja, ia harus berhati-hati karena bisa saja ada hal tidak terduga yang terjadi.
Xander memberi tanda pada Govin dengan sikutan bahu. Ia berusaha bertahan dari injakan lutut dan tarikan dari pria paruh baya di atasnya. Pria paruh baya itu tidak bisa mengenalnya karena ia memakai riasan yang berbeda dari sebelumnya.
Evan Krest berjalan mendekat, berjongkok ke arah Govin, menampar-nampar pipinya. "Jadi kau adalah pemimpin mereka? Aku harus mengakui jika kau cukup pintar karena berhasil mengecoh putraku dan menyudutkan kami hingga sejauh ini. Sayangnya, itu belum cukup jika kau ingin bertemu dengan orang yang ingin kau cari."
Xander terdiam di tengah tarikan rambutan dan injakan lutut yang semakin kuat. Ia melihat cukup jelas pisau berukiran harimau emas yang berada dekat dengannya.
Dalam beberapa kali lihat, ia bisa memastikan jika pisau itu mirip dengan pisau yang dimilikinya.
Evan Krest berusaha mengecoh ku agar aku berpikir jika dia bukanlah Evan Krest yang aku cari, batin Xander.
Evan Krest menoleh pada Xander, menatap cukup lama, melirik pisaunya sesaat. Ia mengelus pisau itu ke leher Xander beberapa kali. "Kau sejak tadi menatap pisauku. Apa kau mengetahui sesuatu tentang pisauku?"
Xander mendongak ketika Evan Krest menekan pisaunya lebih kuat. Hal itu ia gunakan untuk mengamati pria tua itu lekat-lekat. Xander memastikan jika pria itu memang mirip dengan pria yang bersama Marcus dalam foto.
Evan Krest beralih pada Govin. "Kau cukup aneh untuk seorang pemimpin. Sejak tadi, kau justru melihat pria di sampingmu. Apa mungkin pria di sampingmu adalah atasanmu?"
Govin tidak menjawab apapun.
Evan Krest kembali beralih pada Xander, menekan pisaunya pada leher Xander. "Dengan kata lain, kau sebenarnya adalah pemimpin dari kelompok yang ingin menangkap pria itu. Benar begitu?"
Evan Krest tertawa. "Kau sengaja memerintahkan pria di sampingmu untuk bertindak sebagai pemimpin agar kami keliru. Saat pria itu tertarik ke bawah, kau dengan sengaja ikut terjatuh agar bisa bersamanya."
Xander tidak menanggapi apa pun. Ia meringis ketika punggungnya ditekan dan rambutnya ditarik semakin kuat.
Sesuai dugaannya, Evan Krest adalah sosok yang cerdas.
"Katakan," ujar Bernard sembari menekan punggung Xander lebih keras.
"Bernard, kedua pria ini memakai penyamaran." Evan Krest mengamati Xander saksama. "Aku ingin melihat wajah asli mereka"
Bernard menarik rambut Xander sekuat mungkin hingga tubuh bagian atas Xander ikut tertarik. Ia mengusap wajah Xander, lalu menarik kumis palsu, tahi lalat palsu, gigi palsu lalu beberapa kulit sintetis di dagu dan rahang. Bernard melakukan hal serupa pada Govin dan mendapat hal tak jauh berbeda.
"Kau mirip dengan pria yang kusekap tadi," ujar Bernard pada Xander, "firasatku tidak mungkin salah."
Evan Krest mengamati Xander dengan saksama, menampar-nampar pipi Xander, membalikkan wajah ke kiri dan kanan. "Wajahmu tampak tidak asing bagiku. Siapa kau sebenarnya dan siapa yang sudah memerintahkanmu untuk mencari orang itu?"
Evan Krest menoleh pada Kelly di belakang sesaat. "Segera cari informasi mengenai kedua pria ini secepatnya.”
"Aku mengerti, Kakek." Kelly segera memotret Xander dan Govin, lalu melakukan pencarian di internet.
"Kalian hanya memiliki waktu singkat untuk memberi tahu kami mengenai siapa kalian sebenarnya dan siapa yang sudah mengirim kalian. Jika kalian tidak menjawab, nyawa kalian berdua dan orang-orang yang berada dalam kendali kalian akan dalam bahaya."
Evan Krest menekan pisaunya pada leher Xander hingga mengeluarkan darah. "Aku mungkin akan menyiksamu untuk memaksamu bicara setelah pria di sampingmu dan pasukanmu akan musnahkan. Jadi, bicaralah sekarang sebelum aku marah. Siapa kau sebenarnya dan siapa yang menyuruhmu menangkap orang itu?"
"Kakek, aku tidak bisa mencari informasi apapun mengenai kedua pria itu," ucap Kelly dengan wajah terkejut, "aku bahkan sudah mencari informasi mengenai mereka di deep web."
Evan Krest dan Bernard terkejut secara bersamaan.
Bernard melotot tajam. "Kau yang paling cerdas dalam hal teknologi di antara kita.”
"Aku sudah mencobanya berkali-kali." Kelly diam sesaat. "Kemungkinan besar ada seseorang yang sudah meretas sistem keamanan kita."
Xander tersenyum tipis ketika melihat tanda merah berkedip-kedip di layar jam tangannya.
Semua persiapan sudah sepenuhnya siap.
Evan Krest menatap Xander tajam, tersenyum. "Kau–"
Dari atap ruangan, tiba-tiba muncul Miguel yang langsung melesat ke bawah dan menumbangkan Bernard dengan sangat cepat. Mikael muncul dari belakang Kelly dan menumbangkan wanita itu tanpa bisa memberikan perlawanan apa pun. Satu detik setelahnya, para pengawal ikut bermunculan dan memenuhi ruangan.
Xander dan Govin berguling ke samping, berdiri bersiaga.
"Sialan," gumam Bernard yang berusaha melepaskan diri dari cengkeraman Miguel. Saat menoleh ke atas, ia terkejut melihat pembunuh bayaran yang dicari-carinya berada di atasnya.
Evan Krest sempat terkejut meski dengan cepat menguasai diri. Tatapan tertuju pada Miguel yang mengunci Bernard. "Jadi, dia pembunuh bayaran yang dimaksud Bernard. Gerakannya sangat cepat. Jika bertarung satu lawan satu, mereka akan imbang."
Evan Krest menoleh pada Kelly yang sudah dibekuk, kemudian beralih pada Xander. "Ini benar-benar sebuah kejutan yang luar biasa."
"Senang bisa bertemu denganmu, Tuan Evan Krest," ujar Xander.
Evan Krest tersenyum. "Kau sepertinya salah sangka. Orang itu sudah lama tiada. Kami bertiga adalah bawahannya yang bertugas untuk menyingkirkan orang-orang seperti kalian."
"Kau tidak bisa membohongiku, Tuan Evan. Wajahmu sama dengan foto yang aku lihat, begitupun dengan pisau berukiran harimau emas yang kau pegang."
"Foto? Pisau?" Evan Krest tertawa. "Ternyata kau memang mengetahui sesuatu soal pisau yang kugunakan. Baiklah, aku akan mengaku jika aku adalah orang yang kau cari."
"Ayah."
"Kakek."
Bernard dan Kelly berkata dalam waktu bersamaan.
"Kau mempersiapkan semuanya dengan sangat baik hingga aku mengungkap siapa aku sebenarnya. Kau berhasil menjebakku, anak dan cucuku di tempat kami sendiri." Evan Krest mengelus pisau beberapa kali. "Apa yang kau inginkan dariku? Apa kau akan membawaku ke tempat asalku?"
"Tidak. Aku tidak memiliki hubungan dengan pihak pemerintah Royaltown yang sedang mengincarmu."
Evan Krest terkejut. "Kau tidak memiliki hubungan apapun dengan mereka? Lalu apa yang kau inginkan dariku?”
#✌️✌️✌️
cepat² di up nya min
#makan2