NovelToon NovelToon
Cinta Cucu Sang Konglomerat

Cinta Cucu Sang Konglomerat

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Aliansi Pernikahan / Percintaan Konglomerat
Popularitas:5.3k
Nilai: 5
Nama Author: Ichi Gusti

Jika sebelumnya kisah tentang orang miskin tiba-tiba berubah menjadi kaya raya hanyalah dongeng semata buat Anna, kali ini tidak. Anna hidup bersama nenek nya di sebuah desa di pinggir kota kecil. Hidupnya yang tenang berubah drastis saat sebuah mobil mewah tiba-tiba muncul di halaman rumahnya. Rahasia masa lalu terbuka, membawa Anna pada dunia kekuasaan, warisan, dan cinta.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ichi Gusti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Missed Me?

Tony berdiri di depan kaca, menyisir rambut dengan jari dari puncak kepala ke arah kiri, melirik pantulan pria tampan di depan kaca.

Huh!

Merasa tak puas, Tony menyisir kembali rambut itu ke arah kanan. Ia menyipitkan mata ke arah cermin, membuat garis senyum dan meletakkan telunjuk dan jempolnya mengikuti garis rahangnya yang tegas.

Setampan ini gue! puji nya narsis. Lalu ia menghela napas.

Malam ini malam minggu. Tony membuat janji dengan Anna untuk keluar mencari makan malam  di mall dekat apartemen mereka. Tentu saja ia harus berpenampilan paripurna malam ini. Kemeja lengan pendek dengan kancing terbuka memperlihatkan kaos putih bergambar smiley di bagian dalam. Jeans dongker bermerek sebagai bawahan menyempurnakan penampilan pria tampan itu.

Merasa puas dengan penampilannya, Tony menyemprotkan parfum produksi terbaru WG Perfume yang baru saja masuk dan menjadi produk prioritas no 1 di bagian pengembangan.

Done!

Malam ini Tony telah bersiap dan terlihat sempurna.

Tok. Tok. Tok.

“Udah siap lo?!” Anna yang berpenampilan santai muncul di balik pintu. Sempat pangling sejenak, Anna melangkah masuk ke unit apartemen Tony. Wangi parfum Tony menyerang indera penciuman nya. Kali ini Anna merasakan aura pria yang sangat kuat keluar dari sahabat teman sekaligus serasa keluarga dekatnya itu.

Anna memfokuskan penglihatan nya ke majalah yang berserakan di atas sofa di ruang depan, mengusir bayangan penampilan Tony yang telah mencemari otaknya. Cool banget.

Sesaat ia sempat berdesir, menyadari teman masa kecilnya itu adalah pria dewasa yang cukup memikat.

“Udah. Yuk jalan!” ajak Tony menyambar ponselnya dari atas meja. Tak kalah salting dibanding Anna.

Anna menyusun majalah yang berserakan itu, sempat membaca cover bertajuk ‘Kembalinya yang Super model’ dan memuji dalam hati bahwa sang super model itu memang sangat cantik. “Sejak kapan lo suka baca majalah kaya gini?” tanya Anna menepuk tumpukan majalah-majalah itu.

“Sejak gue jadi karyawan di WG. Buat nambah referensi aja. Secara kan gue di bagian  pengembangan.” Tony membukakan pintu buat Anna dan memberi aba-aba dengan dagu agar Anna keluar duluan.

“Ooh!” angguk Anna.

DEGH!

Jantung Anna terasa melompat saat tatapan matanya bertemu dengan seorang pria yang akhir-akhir ini jarang muncul di kantor. William. Tentu saja.

Tiga orang itu  terdiam terpaku dengan pikiran masing-masing.

William mengepal tangan nya di dalam kantong celana. Setelah melakukan perjalanan bisnis panjang, langkah kakinya membawa tubuh itu ke tempat ini. Ada rasa panas yang terasa menjalar di tulang punggungnya saat melihat wanita cantik dengan penampilan santai itu keluar dari apartemen pria yang terlihat jelas tak kalah jauh dari dirinya.

Rahang pria itu mengeras. Tatapan tajam nya mengarah ke Anna. “Missed Me?” kalimat itu tiba-tiba meluncur dari mulut William.

DEGH!

Kali ini Tony yang berusaha menyembunyikan rasa terkejutnya. Tatapan nya dan tatapan William lalu  saling bertemu. Mata hazel milik pria blasteran itu membuat Tony serasa tenggelam diisap ke dalam pasir tak berdasar. Darah di ubun-ubun nya serasa menghilang meninggalkan rasa dingin dan kesemutan yang pasti membuat wajahnya tampak pucat.

Naluri pria Tony mampu mendeteksi saingan. Nyata. Hanya orang bodoh yang tidak bisa mengartikan ucapan dan tatapan mata pria yang menjadi pucuk pimpinan Wijaya Group  itu.

Hening.

“Oh. Hai, Pak Direktur!” sapa Anna mengabaikan pertanyaan William tadi. Tatapan Anna beralih ke arah Tony. Sama-sama paham yang ada di pikiran masing-masing. “Mmm… Apakah Pak Direktur ada urusan penting?” tanya Anna.

William bergeming. Menunggu ucapan Anna selanjutnya.

Anna menyelipkan anak rambut yang lepas di bagian wajah ke belakang telinga. “Ohh. Anu. Kami mau nyari makan,” loe mau ikut atau apa?.  Anna tidak berani melanjutkan ajakan kepada William. Akan jadi apa makan malam mereka nanti kalau pria itu juga mau ikut.

William berdeham. Dia tidak bodoh. Jadi tahu bahwa kehadirannya telah mengganggu rencana makan malam pasangan itu.

Pasangan? Ah. William juga tahu kalau Tony hanyalah tetangga dekat Anna. Namun nalurinya  juga bisa merasakan bahwa bagi sang pria, Anna bukan hanya sebagai tetangga dan sahabat masa kecil.

“Ah. Begitu.” William mengangguk, lagu bergeser memberi jalan. “Silakan! kebetulan saya ada urusan pekerjaan di sekitar ini. William berbohong.

Anna dan Tony saling pandang, lalu berusaha menyembunyikan rasa lega masing-masing.

“Kalau begitu kami permisi dulu, Pak Direktur!” Tony mengulurkan tangan yang disambut oleh William dengan genggaman yang cukup erat.

Tak berani berlama-lama, Tony segera menyeret Anna ke arah lift yang tanpa menunggu lama lift itu terbuka dan siap mengantar dua insan itu.

“Tangan lo dingin!” ucap Tony saat pintu lift tertutup dan telapak tangan nya telah menggenggam erat telapak tangan Anna.

Anna melepas perlahan genggaman Tony, menggosok-gosok telapak tangan itu di depan dada. Yang disampaikan Tony benar. Sejak penampakan William yang seperti hilang ditelan bumi beberapa hari bahkan hampir dua minggu ini, pikirannya seperti sudah hilang, menguap dari tubuhnya.

Hal ini tak lain dan tak bukan adalah karena semakin dekatnya tenggat waktu yang diberikan oleh Adi Wijaya untuk mengambil keputusan itu. Begitulah menurut Anna.

“Kok bengong?!” Tony menepuk bahu Anna, mengusapnya sedikit, memberi kehangatan buat gadis itu.

Ting.

Lift berdenting dan keduanya telah sampai di lobi apartemen.

Anna hanya menggeleng. “Ga papa. Gue hanya kelaperan!” ucap Anna lalu nyengir.

Tony tahu Anna hanya tak ingin membahas. “Ah! Apaan sih! Bikin khawatir aja!” ia pun mengusap kepala Anna.

Kali ini Anna membiarkan Tony. Biasanya kalau Tony sok baik dengan mengusap kepalanya ia akan membalas mengusap kepala pria itu. Biar sama.

***

Mobil yang dikendarai William meluncur memasuki pagar besar tinggi yang terbuka khusus untuk kendaraan nya. Pintu pagar  langsung menutup saat mobil itu telah melewatinya.

William melempar kunci yang langsung disambut oleh petugas keamanan untuk memarkir mobil itu.

“Lama tidak bertemu!” sapa Adi Wijaya di ujung meja di mana hidangan untuk makan malam baru saja selesai disajikan. Karena William sudah mengabarkan bahwa ia akan datang, Adi Wijaya meminta hidangan makan malam disajikan di ruang kerjanya.

"Good to see you, Kek!" sapa William dengan enggan, duduk berhadapan dengan Adi Wijaya. "Ya... Kita baru bertemu minggu lalu."

Adi Wijaya tersenyum lalu mengangguk ke arah staf dapur untuk menyajikan makanan ke piringnya. Nasi beras merah dengan ayam cianjur ditambah cah kangkung tersaji di atas piring Adi Wijaya. Air mineral pun dituang ke dalam gelas.

Dengan lambaian tangannya Adi Wijaya memberi kode kepada penyaji makanan untuk keluar ruangan dan menutup pintu.

Jika di depan Adi Wijaya tersaji masakan nusantara, di depan William sebaliknya sepotong wagyu selebar telapak tangan ditemani kentang bakar dan mushroom sauce tersaji cantik.

“Anak itu benar-benar keras kepala. Persis seperti ayahnya!” Adi memulai percakapan setelah beberapa suapan. Ia memperhatikan reaksi William di depan nya.

Sebelah alis William terangkat dan dengan gentle mengambil gelas air untuk mengatasi makanan yang membuatnya tersedak. Sepanjang perjalanan dari apartemen Anna hingga ke rumah ini, pikirannya dipenuhi dengan bagaimana cara agar mengendalikan tubuhnya agar tidak tiba-tiba mendatangi gadis itu.

“No coment,” ucap William lalu menyuap sepotong daging lagi. Matanya tak berani menatap Adi Wijaya saat ini.

Adi Wijaya menyembunyikan senyum nya. Mau tidak mau, suka tidak suka, William harus mengakui bahwa cucu perempuan Adi Wijaya itu telah membuatnya goyah.

***

1
Juliana Pieter
thir mana lanjutannya
Ichi Gusti: lagi direview🤭
total 1 replies
&-miss chan-&
Bikin merinding! 😱
Mưa buồn
Aku setia menunggu, please jangan membuatku menunggu terlalu lama.
Ichi Gusti: terima kasih atas dukungan nya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!