Tak pernah terbersit di pikiran siapapun, termasuk laki-laki rasional seperti Nagara Kertamaru jika sebuah boneka bisa jadi alasan hatinya terpaut pada seorang gadis manja seperti Senja.
Bahkan hari-hari yang dijalaninya mendadak hambar dan mendung sampai ia menyadari jika cinta memang irasional, terkadang tak masuk akal dan tak butuh penjelasan yang kompleks.
~~~
"Bisa-bisanya lo berdua ada main di belakang tanpa ketauan! Kok bisa?!"
"Gue titip anak di Senja."
"HAH?!!!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
13# Kebiasaan yang tak pernah berubah
Senja baru saja turun dari lantai dimana ruangannya berada menggunakan lift. Entahlah sudah berapa hari, ia merasa pekerjaannya benar-benar berat dipikul oleh pundak.
"Mbak Senja, udah pulang mbak? Agak sorean sekarang ya?" basa-basi security yang selalu sigap membukakan pintu kaca setinggi gerbang kerajaan untuknya dan karyawan lain.
"Udah pak. Mari..."
"Mari." Angguknya sopan.
Angin sore ibukota yang tak begitu sejuk menerpa wajahnya, membawa serta polusi jalanan.
Oke, ia mungkin akan menjadi anggota yang paling terlambat datang sebab sejak tadi satu persatu anggota kkn 21 sudah mulai mengabsen diri.
KKN 21
SENJAAA!
Beberapa kali namanya diteriakan dalam ketikan oleh beberapa orang.
Dan Senja hanya mengirimkan potret view luar kantornya,
(Aluna Senja) Baru keluar dari gerbang neraka, bisa ngga gue ngulang waktu ke masa kkn aja biar cuma ngikutin prokernya Lula sama Alby doang.
(Nararya Zaltan) Perlu dipikirkan lagi, Nja...tawaran buat jadi ke bonya bah Wawan.
(Purwangga Mahadri) Senja sekarang kerjanya ngurusin duit segepok perusahaan orang. Besok-besok duit recehnya Arlan, ya Nja?
Dan masih saja pembahasan lama itu menjadi topik empuk anggota kkn lainnya.
(Arshaka Mandala) gue masih penasaran sampai sekarang, beneran Arlan sama Senja ci pokan?
(Lengkara Savio) sayang jari kamu perlu aku sleding kayanya.
Ia segera masuk ke dalam mobil miliknya, sempat tertegun mengingat sesuatu yang mengganjal, namun ia segera menepis demi waktu yang semakin mepet.
Sebuah foto berlatar coffeshop dengan gaya modern dimana orang-orang yang terpotret disana sudah hampir lengkap, ada wajah Alby dan Jovi yang sudah lama ia rindukan. Tinggal cukup lama di Jepang, bikin wajah keduanya persis gunung Fuji! Senja terkekeh sendiri mencibir. Di samping keduanya ada Jingga dan Mei yang selalu menempel serta Vio--Shaka.
Nalula dan Zaltan tak luput memamerkan cincin pertunangan mereka hanya tinggal Arlan, Syua, Maru dan dirinya yang belum hadir. Sementara Mahad sedang berada di toilet.
Tak lama Arlan ikut sampai bergabung begitupun Syua.
(Nagara Kertamaru) masih di jalan macet.
Senja mengemudikan si hijau lemonnya ke arah lajur kiri, menyatu dengan volume kendaraan padat di jam pulang kantor.
(Aluna Senja) gue langsung dari kantor, asli kaya abis kerja rodi jam segini baru keluar, cari duit begini banget 😩, siapa yang mau nanggung biaya hidup gue, coba unjuk keteknya dong? Mahadri, art di rumah lo gajinya nyampe 20 juta engga sebulan? Atau 15 juta deh, gue langsung resign dari kantor.
(T. Zioma Arlan) gue ngga mau.
(Nararya Zaltan) si alan 😂
(Purwangga Mahadri) untuk ukuran art ngga bisa masak paling bagian laundry, gajinya 3 juta, mau?
(Raindra Jovian) apa gue kata, udah paling cocok jadi art-nya Arlan. Jantung pun dia kasih, Nja.
(Aluna Senja) ogah 😭 kaos kaki Arlan bau bang ke. Lagian jantung Arlan ngga laku gue jual.
(Lengkara Savio)😂😂 iuhhh.
(Meidina Sastro)😂 Senja emang yang paling tau soal Arlan.
(T. Zioma Arlan) kaos kaki perjuangan itu, Nja. Gue kasih gaji 15 juta, tapi jagain anak harimau yang lagi kelaperan, Nja.
Senja membalas diantara jeda lampu merah, namun diantara laju mobilnya yang mendadak tersendat, Senja cukup terkejut, "loh..loh, ini kenapa?" ia celingukan kembali menginjak-injak pedal gas mobilnya itu, bahkan berulang kali memutar kunci.
Ckkikiit....mesin mobil itu kembali padam.
"Ihhhh, ini kenapa?" ia menoleh ke belakang dimana kendaraan yang ada di belakangnya telah mengular memberikan klakson berkali-kali.
"Aduhhh," Senja menurunkan kaca jendelanya dan memberikan aba-aba jika mobilnya mogok. Ia bahkan keluar sejenak dari mobil untuk meminta maaf dan bicara pada pengemudi di belakangnya.
Dengan gestur mengatupkan kedua tangannya ia meminta maaf, "mas...mbak maaf, mobil saya tiba-tiba mogok."
Aaa! Ingin sekali ia menangis saat itu juga. Beberapa orang sudah membantu dirinya untuk menepikan mobilnya agar tak menghambat laju antrian mobil di belakangnya.
"Makasih ya mas, bapak...maaf banget." Ia sudah membungkuk-bungkuk.
Ia merasa kacau sekali hari ini, keringat bercucuran, baju dan badan yang sudah bau matahari, rasa lelah dan penat yang bercampur menjadi satu, malu, tak paham, terlebih ia terdampar tanpa siapapun disana yang bisa membantunya atau sekedar mendengarkan keluhan dan menemaninya.
(Aluna Senja) tolongin gue 😭😭 mobil gue mogok, dosa apa sih gue...apes bertubi-tubi gini...😭😭
(T. Zioma Arlan) lo lagi dimana, Nja? Sharelock.
(Aksara Jingga) sharelock.
(Sultan Tri Alby) kok bisa? Bensin cek? Busi?"
(Aluna Senja) gue ngga ngerti, bensin full, gue ngga semiskin itu buat ngisi tanki pake aer combe ran Alby, 😭
(Livia Syua Tan) posisi Nja, Arlan, Mahad atau Jingga nanti yang otewe...
Baru saja Senja hendak berbagi lokasi, sebuah mobil memberinya suara klakson dan ikut menepi.
Ia lelaki dengan kaos polo shirt navy dan rambut rapinya, menghampiri Senja yang tengah berdiri kebingungan di depan kap mobil sambil mengotak-atik ponsel. Senja yang sudah berusaha membuka kap mobil itu sama sekali tak bisa, perempuan itu sudah mengusap rambut depannya frustasi.
"Nja," lirihnya, membuat Senja melihatnya.
"Marruuu," merengutnya, kedatangan Maru itu justru membuatnya jadi cengeng, "sumpah, ini gue ngga ngerti harus gimana..." Matanya sudah berkaca-kaca seolah menangisi pahlawan bertopeng yang baru saja datang ke kota.
Menemukan seseorang yang dikenalnya di tengah kebingungan, setidaknya ia bisa menumpahkan keluh kesahnya, tak sendirian.
Tanpa ragu, Maru langsung membuka kap mobil Senja dan melihatnya, "ini busi. Itu sampai angus gitu, ngga pernah cek atau gimana?"
Senja turut melongokan wajah menyedihkannya, "ngga tau. Selama ini papi yang suka ngurusin mobil, ingetin kapan dibawa ke bengkel. Kemaren sempet ingetin... akunya lupa, sibuk banget."
Maru merogoh ponselnya dan terlihat menelfon seseorang disana, yang sepertinya seorang montir langganan. Tak berselang lama, ponselnya ikut berdenting menunjukan jika panggilan urgent dari nomor yang diprioritaskan memanggilnya.
"Hallo."
Mata indahnya itu membeliak, "sudah saya kirim, pak..."
"Hah. Kirim ulang?" wajahnya terlihat syok, "tapi laptop, saya tinggal di rumah, data-datanya ada disana..." ia kemudian mele nguh, mendadak wajahnya mendung.
"Iya. Baik pak...iya." Ucapnya lemas. Selepas panggilan itu Senja justru memasang wajah merengut seperti hendak menangisnya. Sampai setelahnya, panggilan-panggilan lain seperti panggilan Arlan, Vio, Mei tak ia hiraukan lagi.
"Kenapa?" tanya Maru.
Senja menatapnya dengan wajah menyedihkan, "hari ini apes banget sih aku..." ia sudah terisak, "mulai dari kerjaan, mobil---" Senja lantas melirik arlojinya di pergelangan tangan, "masih jauh lagi...ngga akan sempet ketemu mereka. Cape banget...sumpah, pengen istirahat..." Keluhnya, mood Senja sudah jungkir balik ke dasar jurang saat ini, dan jika sudah begitu, ia tak segan untuk melelehkan air matanya sambil mengadu seperti bocah, masih belum berubah.
Ia menunjukan gestur berkacak pinggang dan tak mau diam, menggigit kuku bernail artnya sambil memandang mobil kebingungan, lalu kembali mengeluh, "ngga ngerti kah, gue tuh cape...pengen mandi, pengen ketemu anak-anak kkn...." ocehnya lagi, kemudian terisak terduduk di kap mobil.
Maru mendengus geli, ada banyak hal yang berubah, tapi untuk yang satu ini, Senja belum dan mungkin sulit untuk berubah, "mau ku anter ke rumah?"
Ia mendongak di depan Maru yang berdiri, "tapi kamu mesti ke coffeeshop ketemu anak-anak, ketemu Jovi sama Alby yang baru balik." Senja paham, karena tumben-tumbenan sekali seorang Maru keluar bersuara di grup jika bukan karena Jovi dan Alby yang pulang.
Namun jawaban lain ia dapatkan dari Maru, "itu bisa besok-besok. Toh mereka udah pulang kan, bakalan lama juga disini. Yang penting kabar mereka pulang dengan kondisi sehat wal'afiat udah cukup." Jawab Maru.
Menatap lama Maru yang sebenarnya Senja sendiri tak tau kenapa bisa secengeng ini sekarang di hadapan Maru, ia justru kembali menitikan air matanya itu, berimbas pada Maru yang menarik kepala Senja dan membawanya ke dalam dekapan, seperti dulu. Nyatanya, satu rasa yang tak pernah berubah sejak kkn adalah ini, sikap melindungi dan jiwa heroik Maru terhadap Senja, seolah itu sudah menjadi sebuah keharusan untuk Maru.
"Aku anter pulang, setelah mobil kamu dibawa montirku sebentar lagi. Kita ijin dan minta maaf sama yang lain di grup. Nyampe rumah, kamu bisa kirim kerjaan...terus mandi dan makan, beres kan? Ngga ada yang perlu ditangisin lagi..." ucap Maru, lagipula jujur saja, alasan terbesarnya hari ini mengosongkan jadwal adalah keinginan besarnya bertemu Senja.
"Oh, ya...Jojo sama Yaya---"
Senja menghapus jejak air matanya dan menatap Maru, "kamu mau nengok Jojo sama Yaya?"
.
.
.
.
Aaaaah..... lega..... lihat sang pujaan duduk bersila menunggu....