Setelah terusir dari rumah dan nyaris menjadi korban kebejatan ayah tirinya, Lisa terpaksa hidup di jalanan, berjuang mati-matian demi bertahan.
Ketika kehormatannya terancam, takdir mempertemukannya dengan Javier Maxim, CEO muda nan arogan, yang muncul sebagai penyelamat tak terduga.
Namun, kebaikan Javier tak datang cuma-cuma. "Tuan bisa menjadikan saya pelayan Anda," tawar Lisa putus asa.
Javier hanya menyeringai, "Pelayanku sudah banyak. Aku hanya memerlukan istri, tapi jangan berharap cinta dariku."
Dan begitulah, sebuah pernikahan kontrak pun dimulai. Sebuah ikatan tanpa cinta, yang hanya berfungsi sebagai kunci bagi Javier untuk mengklaim warisannya. Namun, seiring waktu, pesona dan kecantikan Lisa perlahan menyentuh hati sang CEO.
Seiring kebersamaan mereka, sebuah rahasia besar terkuak: Lisa bukanlah wanita sembarangan, melainkan pewaris tersembunyi dari keluarga yang tak kalah terpandang.
Mampukah cinta sejati bersemi di tengah perjanjian tanpa hati ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim Yuna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Intrik Nyonya Angelina dan Adam
Mobil hitam mengilap berhenti di halaman sebuah rumah megah bergaya kolonial. Pintu terbuka, dan Keyra turun dengan langkah cepat dan penuh amarah. Hatinya masih menyala setelah kejadian di rumah Javier. Dan satu-satunya orang yang menurutnya harus bertanggung jawab... adalah ibunya sendiri.
Nyonya Angelina.
Pelayan rumah membukakan pintu sebelum ia sempat mengetuk. “Selamat sore, Nona Keyra—”
“Di mana Mama?” potong Keyra cepat, tatapannya tajam. “Aku ingin bicara. Sekarang.”
Pelayan itu terlihat gugup, tapi mengangguk dan mengantar Keyra menuju ruang duduk belakang tempat Nyonya Angelina biasa menikmati teh sore.
Di sana, wanita paruh baya dengan balutan gaun elegan berwarna hijau zamrud tengah duduk tenang sambil membaca majalah fashion Eropa. Wajahnya masih anggun, meski usia mulai menorehkan garis-garis halus di sudut matanya.
Tanpa basa-basi, Keyra langsung duduk di hadapan sang ibu.
“Mama kenapa Mama membiarkan Lisa merebut Kak Javier dari ku? kenapa Mama diam saja?" ucap Keyra dengan suara gemetar menahan emosi.
Nyonya Angelina tidak langsung menanggapi. Ia menutup majalah perlahan, lalu menyesap tehnya.
“Lalu mama harus apa?” ucapnya datar.
“Lakukan sesuatu!”
Nyonya Angelina menatap putrinya, tenang. “Keyra, ada hal-hal yang memang tidak bisa dicegah...”
Keyra menggebrak meja kecil di antara mereka hingga cangkir bergetar.
“Kalau saja dulu Mama menyetujui hubungan kami! Aku dan Kak Javier bisa menikah. Semua ini nggak akan terjadi! Aku yang harusnya jadi istrinya! Bukan dia!”
Wajah Nyonya Angelina sedikit berubah. Sorot matanya menggelap. Ia meletakkan cangkir teh dengan perlahan, kemudian bersandar.
“Kau pikir aku yang menolak hubungan kalian, Keyra?” nadanya mulai meninggi.
Keyra membeku. “Apa maksud Mama?” tanya Keyra tak mengerti.
“Mama tak pernah menolakmu. Justru... Mama sempat membujuk Ayah Javier untuk mempertimbangkan hubungan kalian. Tapi saat itu, dialah yang menentang keras.”
Yah dulu saat tahu putrinya mencintai Javier, Nyonya Angelina mendukung putrinya menikah dengan Javier. Dengan begitu harta maxim akan terus berputar di sekitarnya. Tapi Ayah Javier menentang keras pernikahan itu. Untuk itu Nyonya Angelina memilih Jesika, sepupu Keyra yang sudah tidak memiliki siapapun sebagai pengantin Javier.
Tanpa di duga Javier sudah mengetahui rencananya dan justru menikah dengan wanita yang tidak tahu asal usulnya dimana.
Keyra menggeleng, tidak percaya. “Tidak... Ayah menentang? Tidak mungkin. Bukankah Ayah selalu menyayangiku?”
“Dia menyayangimu sebagai anakku, bukan sebagai menantu yang akan menikahi darah dagingnya sendiri.
Meski kalian hanya saudara tiri, dia menganggap itu tabu. Dia bilang... jika sampai dunia tahu bahwa anak tiri dan anak kandungnya menjalin hubungan, itu akan mencoreng nama baik keluarga Maxim. Skandal.”
Keyra terdiam. Dunianya seperti runtuh.
“Kenapa Mama tidak bilang dari dulu?” suaranya melemah.
“Apa gunanya, Keyra? Saat itu kamu masih terlalu muda dan keras kepala. Dan kamu pikir semua bisa ditaklukkan dengan cinta. Mama hanya ingin melindungimu dari penolakan yang lebih menyakitkan.”
Keyra menunduk. Nafasnya memburu, tapi bukan karena marah—melainkan kecewa. Sakit. Luka lama yang ternyata sudah dipendam orang tuanya.
“Dan sekarang kau datang padaku, menyalahkanku karena pilihan Javier?” lanjut Nyonya Angelina, nada suaranya dingin.
“Kamu tahu betul, hatinya bukan milikmu sejak lama. Mungkin... memang bukan pernah milikmu sepenuhnya.”
“Aku mencintainya, Ma... Sejak dulu. Aku tahu semua tentang dia. Luka-lukanya. Mimpinya. Tapi dia malah memilih perempuan itu... yang bahkan baru dikenal beberapa bulan.” sinis Keyra yang semakin membenci Lisa.
Nyonya Angelina menghela napas panjang, memandangi wajah putrinya yang mulai digenangi air mata.
“Karena mungkin yang dia butuhkan bukan orang yang tahu semua tentang lukanya, tapi seseorang yang membuatnya lupa kalau dia pernah terluka.”
Kalimat itu seperti tamparan. Keyra terdiam. Lama.
“Mama... tidak akan bantu aku?” tanya Keyra.
Nyonya Angelina menatapnya tajam.
“Bantu apa? Mencuri suami orang? Membalas dendam karena dia tidak memilihmu? Tidak, Keyra. Itu bukan cinta... itu obsesi. Dan obsesi hanya akan menghancurkanmu.” ucapnya terdengar bijak, padahal Nyonya berencana membuat pernikahan Javier dan Lisa hancur. Dan membuat Javier menikah dengan Jesika tanpa melibatkan putrinya.
Keyra bangkit dengan gemetar. Matanya merah, bibirnya bergetar.
“Kalau begitu... aku akan lakukan semuanya sendiri. Aku akan ambil kembali Kak Javier, dengan caraku.” ucapnya penuh tekad.
“Keyra!” bentak Nyonya Angelina.
Tapi putrinya sudah melangkah pergi, dengan luka dan amarah yang berputar di dalam dada. Ia tidak ingin dengar lagi kata “menyerah.”
Nyonya Angelina masih berdiri di tempatnya, memandangi pintu yang baru saja dibanting oleh putrinya. Wajahnya tetap tenang, tapi sorot matanya suram. Dalam hatinya, kekacauan sudah mulai menyebar seperti kabut yang merayap diam-diam.
Langkah ringan terdengar dari arah sisi ruangan.
“Mama tahu dia akan seperti itu,” ujar suara laki-laki yang tenang namun penuh perhitungan.
Angelina menoleh. Adam berdiri di ambang pintu, tangan disilangkan di dada, wajahnya teduh namun menyimpan sesuatu yang berbeda dari biasanya. Ia tidak terkejut, tidak juga tergerak secara emosional.
“Kau mendengarkan?” tanya Angelina, meski ia sudah tahu jawabannya.
Adam tersenyum miring. “Tentu saja. Kak Keyra tidak pernah bisa menahan suaranya jika sedang marah.”
Ia masuk, lalu duduk di kursi yang tadi ditinggalkan Keyra. Ia menatap ibunya dengan tajam.
“Apa Mama serius membiarkan Javier hidup tenang dengan perempuan itu?” katanya pelan tapi tegas. “Setelah semua yang sudah kita rancang selama ini?” tanya Adam
Nyonya Angelina menyandarkan diri ke kursinya. “Aku tidak membiarkannya, Adam. Aku hanya menunggu waktu yang tepat.”
“Waktu?” Adam mengangkat alis. “Waktu itu nyaris habis, Ma. Jangan lupa, isi surat wasiat itu jelas—jika Javier tidak menikah dalam tahun ini, maka posisinya akan diberikan padaku. Tapi sekarang, dia sudah menikah. Kita kehilangan posisi itu.” ucap Adam mengingat tentang surat wasiat itu.
Wajah Nyonya Angelina mengeras. Ia tahu. Ia sudah menghitung itu.
“Tapi pernikahan itu bisa diacak. Javier menikah tanpa restu keluarga. Tanpa kontrak pranikah. Dengan perempuan yang tidak punya latar belakang. Kau tahu apa artinya itu, Adam?”
Adam mengangguk perlahan. “Artinya... kita masih punya celah.” tebak Adam.
“Celah besar,” ujar Angelina tegas. “Kita hanya perlu menggoyahkan fondasi mereka. Dan ketika pernikahan itu runtuh, kepercayaan dewan kepada Javier juga ikut jatuh.”
“Dan saat itu terjadi…” Adam menyambung, “...perusahaan Maxim ada di tangan kita.”
Tatapan mereka bertemu, saling memahami, saling menyusun langkah seperti bidak catur. Keyra mungkin digerakkan oleh cinta dan obsesi, tapi Adam dan ibunya... bergerak karena kuasa.
“Lalu bagaimana dengan Keyra?” tanya Adam, setengah mengejek. “Apa dia tetap akan bermain drama cinta seperti ini?”
“Biarkan dia,” sahut Angelina cepat. “Dia akan menjadi pion. Luka dan obsesinya pada Javier akan mendorongnya melakukan hal-hal di luar kendali. Dan jika waktunya tepat, kita bisa kendalikan semua dari belakang layar.”
Adam tersenyum, licik. “Kita buat semua ini tampak seperti kekacauan pribadi. Padahal, ini rencana yang kita bentuk sejak awal.”
Nyonya Angelina mengambil kembali cangkir tehnya, lalu menyesapnya perlahan.
“Javier pikir dia bisa bebas hanya karena menikah dengan wanita itu. Tapi dia lupa, dunia Maxim tidak mengenal cinta. Hanya mengenal strategi.”
“Dan kemenangan,” Adam menambahkan.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...