Lily harus bekerja menggantikan sang ibu menjadi pelayan yang bertugas merawat tanaman di kediaman orang kaya dan terpandang yaitu keluarga Thomson. Keluarga Thomson memiliki perusahaan besar dan sudah memiliki anak perusahaan di berbagai kota bahkan di luar negri.
Lily mengira awalnya dia akan bekerja dengan lancar di kediaman Thomson untuk mengakhiri kontrak sang ibu yang tersisa 1 tahun lagi. Namun siapa sangka, takdir membuatnya menjadi rumit saat Lily bertemu dengan putra kedua keluarga Thomson yang bernama Ethan. Keduanya terlibat takdir yang rumit. Ethan yang sudah memiliki tunangan merasa sesuatu yang berbeda pada Lily. Pria dingin itu mencoba mengelak dan mulai menyadarkan dirinya untuk kembali ke jalur yang seharusnya. Namun lagi-lagi sesuatu dalam dirinya menolak dan membuat dirinya menjadi egois.
Lalu bagaimana Lily menghadapi takdir yang rumit tersebut? Apakah dia bisa bertahan selama 1 tahun di kediaman Thomson?
Ikuti kisah mereka..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ana Maria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pelayan Pribadi Tuan Ethan
Lily terkejut mendengar ucapan Ethan, pelayan pribadi pria itu? Bagaimana bisa? pikirnya keberatan.
"Maaf, tapi Tuan, aku.. aku hanya bekerja untuk Nona Evelyn saja. Sesuai kontrak yang tertulis" ucap Lily memberanikan diri.
Gadis itu tidak mau menjadi pelayan pribadi Ethan juga. Ia melihat pria itu dalam hitungan detik saja sudah merasa tidak nyaman apalagi harus melayaninya, pikir Lily keberatan.
Ethan tersenyum sinis mendengar ucapan Lily,
"Apa kau tidak membaca keseluruhan isi kontrak yang tertulis?" tanya Ethan yang membuat Lily seketika waspada.
Gadis itu memang tidak membaca keseluruhan isi kontrak, ia hanya membaca tulisan yang mengatakan bahwa dirinya akan menjadi pelayan Evelyn dan mematuhi segala perintahnya. Lily membeku di tempatnya dengan tatapan waspada, Ethan yang melihat ekspresi gadis itu pun menyeringai pelan,
"Apa perlu aku memberitahumu keseluruhan isi kontrak itu?" tanyanya.
Ethan melangkah perlahan kearah meja yang menyimpan wine nya dan duduk disana. Pria itu menatap kearah Lily dan meletakkan gelas kosongnya diatas meja,
"Disana tertulis, pelayan pribadi akan bekerja mematuhi dan melayani majikannya yang bernama Evelyn. Pelayan itu hanya bisa di perintah oleh yang bersangkutan dan juga 'Tuan Ethan' yang bertanggung jawab atas Evelyn dan juga rumah ini" ucap Ethan dengan santai.
Lily terdiam membeku di tempatnya dengan pandangan menunduk. Mengapa ia tidak membaca keseluruhan isi kontrak tersebut? pikirnya menyesal. Tapi.. tetap saja, walaupun Lily membaca tulisan itu, ia tidak akan mungkin bisa menolak kontrak tersebut. Jadi, Lily hanya dapat menghela nafasnya pelan dengan pasrah.
Gadis itu pun berjalan pelan kearah Ethan dan menunduk dengan sopan,
"Maafkan ketidaktahuan saya Tuan" ucapnya pelan.
Lily pun meraih botol wine itu dan menuangkannya pada gelas Ethan dengan perlahan. Ethan menatap Lily yang hanya menunduk setelah menuangkan wine nya. Pria itu meneguk wine tersebut dalam sekali teguk. Ethan menegakkan tubuhnya dan menatap Lily dengan tatapan yang sulit diartikan. Lily kembali menuangkan wine tersebut ke dalam gelas Ethan. Ethan tersenyum kecil melihat Lily yang terlihat tidak nyaman dan juga terpaksa melayaninya,
"Duduk" perintahnya.
Lily cukup terkejut dan terlihat ragu, ia pun menggeleng pelan. Namun Ethan kembali menatapnya dengan tatapan tegas dan Lily pun mau tidak mau duduk di hadapan pria itu. Ethan mengambil handphone nya dan meletakkannya di hadapan Lily,
"Tulis nomor ponselmu" perintah pria itu sambil meneguk wine nya.
Lily mengernyitkan keningnya dan tidak mengerti dengan perintah Ethan. Mengapa ia harus memberikan nomor ponselnya pada pria itu? pikir Lily cukup keberatan. Ethan yang menatap ekspresi Lily perlahan menyandarkan punggungnya di kursi,
"Kau adalah pelayan pribadiku, jadi aku harus memiliki nomor ponselmu agar aku bisa langsung menghubungimu jika aku membutuhkan sesuatu" ucap pria itu santai.
Lily terdiam dan terlihat enggan untuk memberikan nomor ponselnya. Tetapi tentu saja ia tidak bisa menolak permintaan Ethan. Lagipula, bukankan Ethan telah memiliki pelayan pribadinya sendiri? Mengapa ia menginginkan Lily untuk menjadi pelayan nya juga.
Lily menghela nafasnya pelan dan mengambil ponsel Ethan. Lalu ia pun mengetikan nomor ponselnya disana. Setelah itu Lily kembali menyimpan ponsel itu di atas meja. Ethan mengambil ponselnya dan menyimpan nomor Lily,
"Sekarang kau boleh pergi" ucap pria itu tiba-tiba.
Lily mengernyit pelan namun ia tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Gadis itu pun langsung berdiri dan menunduk pada Ethan,
"Baik Tuan" ucapnya sopan.
Lily pun berlalu dan Ethan menatap punggung gadis itu dalam diam. Ia menatap nomor Lily di ponselnya dan tersenyum. Setelah itu ia pun berlalu pergi meninggalkan tempat itu.
~
Lily telah tiba di rumah kaca, disana terlihat Anne yang melambaikan tangannya pada gadis itu. Lily pun mendekati Anne dan tersenyum,
"Ya ampun! Kau harus menjelaskan padaku saat ini juga!" ucap Anne yang langung menarik tangan Lily dan membawanya ke kursi di dekat air mancur.
"Sekarang katakan, bagaimana kau bisa menjadi pelayan pribadi Nona Evelyn???" tanyanya tidak sabar.
Lily menghela nafasnya dan mulai menceritakan semuanya pada Anne. Mulai dari ketidaktahuannya mengapa ia sampai di pilih oleh Evelyn, sampai pekerjaan di hari pertamanya hari ini, ia juga menceritakan pada Anne bahwa ia ikut bersama Evelyn ke kantor keluarga Thomson hari ini walaupun ia hanya menunggu di luar,
"Ya Tuhan! Aku iri sekali!!!" ujar Anne.
"Andai saja aku yang di pilih. Huh.. aku bisa masuk ke dalam rumah utama sesuka hati dan melihat-lihat barang-barang mewah di dalam sana" lanjutnya.
"Kau sungguh beruntung Lily, semua pelayan sejak tadi membicarakan mu dan merasa iri padamu" ucapnya lagi.
Lily hanya tersenyum pelan dan terlihat tidak bersemangat,
"Tapi.. aku lebih suka bekerja di rumah kaca" ucap gadis itu yang membuat Anne mengernyitkan keningnya.
"Kau ini, bekerja di rumah kaca hanya mengotori tanganmu dengan tanah. Kulitmu juga akan jelek karena selalu terkena matahari. Seharusnya kau bersyukur karena sekarang kau telah bekerja di rumah utama bersama orang-orang terhormat seperti mereka" timpal Anne keberatan.
Lily hanya diam dan tidak menanggapi ucapan Anne. Mereka pun mulai mengobrol ringan dan Anne pun mulai menceritakan pekerjaannya hari ini. Wanita itu terlihat excited saat ia mengatakan bahwa dirinya berpapasan dengan Ethan hari ini. Lily hanya bisa memasang senyuman datarnya mendengar hal itu.
Saat Anne tengah bercerita, tiba-tiba handphone Lily bergetar. Gadis itu pun melihat nomor asing yang memberikan pesan padanya. Ia pun membuka pesan itu dan membacanya,
/Datang ke ruanganku sekarang
-Majikanmu/
Lily mengernyit untuk beberapa saat dan seketika mengetahui siapa orang yang mengirimnya pesan ini. Apakah ini Ethan? pikirnya. Ya, tidak salah lagi, itu pasti Ethan. Mengapa pria itu menginginkan Lily ke ruangannya? pikirnya tidak senang. Lily pun menghela nafasnya dan berdiri dengan terpaksa,
"Anne, aku harus kembali sekarang, ada pekerjaan yang harus aku selesaikan" ujar Lily.
"Benarkah? Tiba-tiba sekali.. Baiklah, kita bertemu kembali besok ya" balas Anne.
Lily pun mengangguk dan melambaikan tangannya pada Anne. Gadis itu berjalan cukup cepat menuju ruang kerja Ethan yang berada di sudut kiri rumah utama.
Setelah berada di depan ruangan pria itu, Lily terlihat menghela nafasnya dengan sedikit gugup. Ia pun mengetuk pintu dan seketika pintu itu terbuka dari dalam. Ben tersenyum pada Lily dan mempersilahkan gadis itu untuk masuk.
Lily menunduk pada Ben dan melangkah masuk dengan ragu. Ben melangkah pada Ethan yang berada di meja kerjanya dan menunduk,
"Kalau begitu, aku permisi dulu Tuan" pamit Ben.
Ethan mengangguk kecil dan Ben pun keluar dari ruangan Ethan. Lily merasa dirinya semakin gugup saat menyadari bahwa dirinya dan Ethan hanya berduaan di ruangan ini. Namun gadis itu mencoba untuk menenangkan dirinya dan melangkah mendekati meja Ethan. Lily menunduk dalam pada pria itu,
"Permisi Tuan, ada apa Tuan memanggil saya?" tanya Lily memberanikan diri dengan sopan.
Ethan masih menatap berkas di tangannya dan menyahut pelan,
"Duduk disana" ucap pria itu datar.
Lily terlihat bingung dan menatap sofa yang berada di sisi sebelah kiri meja Ethan. Disana terlihat kucing putih milik Evelyn tengah tertidur dengan nyaman. Lily terlihat ragu dan perlahan ia pun duduk di sofa itu. Gadis itu duduk dengan sangat tidak nyaman. Sebenarnya apa yang diinginkan pria itu, mengapa dirinya harus duduk disini? pikir Lily. Ia mencoba tenang dan menunggu sambil melirik Ethan yang masih bergelut dengan berkas-berkasnya.
Beberapa menit menunggu sampai tidak terasa hampir 30 menit Lily menunggu, namun pria itu terlihat tidak mengatakan apapun dan masih fokus pada kertas-kertas di tangannya. Lily sudah sangat tidak nyaman dan kesal. Untuk apa sebenarnya pria itu memanggilnya? pikir Lily yang sudah mulai tidak sabar.
Lily pun menghela nafasnya pelan dan mencoba kembali menunggu. Ia mengalihkan tatapannya pada kucing putih di sampingnya yang perlahan terbangun dan mengeong. Kucing itu mendekati paha Lily dan menggosokkan wajahnya kesana. Lily tersenyum pelan dan mengusap kepala kucing itu dengan lembut.
Kucing itu kembali tertidur di paha Lily. Lily pun merasa matanya mulai berat dan mengantuk. Ia mencoba menahan dirinya dan melirik kearah Ethan yang masih sibuk dengan berkasnya. 'Dasar menyebalkan' gerutu Lily dalam hatinya.
Gadis itu pun mulai semakin mengantuk dan tanpa sadar menyandarkan punggungnya di sofa dan perlahan tertidur.
Beberapa menit kemudian, Ethan menatap kearah Lily dan menyadari bahwa gadis itu telah tertidur. Pria itu perlahan berdiri dan menghampiri Lily. Ethan tersenyum kecil dan menatap wajah Lily yang tenang. Gadis itu pasti kesal padanya karena memanggilnya kemari tanpa tujuan.
Sebenarnya, Ethan hanya ingin melihat Lily, jadi pria itu memerintah gadis itu untuk ke ruangannya dan hanya menyuruhnya duduk di sofa. Ethan duduk perlahan di samping Lily dan melihat wajah tenang gadis itu. Lily terlihat sangat cantik ketika tertidur. Tatapan Ethan pun mengarah pada bibir merah muda Lily.
DEG!
Perasaan itu lagi kini mengendalikan tubuhnya. Tubuh Ethan mulai bereaksi dan ia dapat merasakan suhu tubuhnya yang memanas. Ethan mengangkat sebelah tangannya dan menyentuh bibir bawah Lily dengan lembut. Lily terlihat mengernyit namun gadis itu tidak terbangun dari tidurnya. Ethan perlahan mendekatkan wajahnya pada Lily dengan nafas yang berat,
"Bolehkan.. aku menciumnya lagi?" bisik pria itu pada Lily yang tengah tertidur.
Bersambung..