Harusnya, Ziva menghabiskan malam pertamanya itu dengan sang suami. Namun, saking mabuknya, ia malah masuk ke kamar mertuanya dan membuatnya tidur di ranjang yang salah.
Apa yang akan terjadi pada Ziva dan mertuanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nurma_98, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Khawatir
Sesampainya di rumah...
Ceklek
Ziva keluar dari mobil dengan tergesa-gesa, Victor pun seketika panik dan ikut menyusul keluar.
"Ziva tunggu!"
Setelah kejadian tadi, Ziva terdiam sepanjang jalan, bahkan ia duduk di belakang bersama ayah mertuanya. Awalnya, Heri yang akan menyetir mobil, namun karena Ziva tak ingin berada di samping sang suami, terpaksa Victor mengambil alih untuk menyetir.
Ziva nyelonong pergi tanpa menggubris ucapan Victor, kali ini wanita itu tak mau mendengar apapun alasan suaminya, Ziva benar-benar di buat kesal sejak tadi malam.
Drrrttt
Drrrttt
Tiba-tiba suara ponsel Victor berbunyi, ia pun langsung memberhentikan langkahnya dan dengan cepat merogoh ponselnya yang berada di saku celananya.
Victor menaikan satu alisnya saat melihat nomer yang tak di kenal masuk ke ponselnya.
Puk!
Heri menepuk pelan pundak Victor. "Kamu bisa angkat teleponmu dulu, biar ayah saja yang bicara dengan isterimu."
"Ah, ya." Ujar Victor, sedikit terkejut.
Setelah itu, Victor pun berjalan sedikit menjauh untuk mengangkat telepon tersebut. Sedangkan Heri, pria itu langsung menyusul Ziva yang sudah masuk duluan ke dalam rumah.
Tokkk Tokkk Tokkk
"Ziva, ini daddy. Tolong buka pintunya!"
Heri mengetuk pintu kamar Ziva dan membujuknya untuk segera membukakan pintu. Butuh waktu lima menit, Ziva akhirnya membukakan pintu kamarnya.
Ceklek
"Kenapa kamu lama seka--"
Sretttt
Ziva tiba-tiba menarik tangan Heri dan membawanya masuk ke kamar. Tak hanya itu, Ziva bahkan langsung mengunci pintu kamarnya dengan cepat.
Tentu saja Heri bereaksi terkejut. Dalam hatinya bahkan bertanya-tanya, ada apa dengan menantunya ini?
"Hei, ada ap--"
Cup
Tanpa aba-aba, Ziva langsung menyambar bibir Heri dan melahapnya dengan rakus. Sontak Heri pun kaget, tumben sekali menantunya ini bersikap agresif.
Lama-kelamaan ciuman itu berubah panas, tangan Heri merasa gatal tak menyentuh apa yang ada di depannya ini. Perlahan-lahan ia menyentuh lembut bagian dada Ziva dan meremasnya dengan pelan.
"Ahh..."
Ziva mendesah saat dua bulatan kenyalnya di remas pelan oleh Heri. Rasanya tubuh Ziva seakan bergetar saat menerima sentuhan tersebut. Padahal berciuman dengan mertuanya sudah sering, namun entah kenapa kali ini benar-benar membuatnya terangsang.
Heri mengangkat tubuh Ziva, hingga membuat Ziva secara otomatis mengalungkan tangannya dan melingkarkan kedua kakinya ke pinggang Heri.
Dengan masih berciuman, Heri bergerak menuju ranjang lalu menidurkan Ziva dengan posisi dirinya berada di atas. Tangan Heri mengusap paha Ziva yang tersingkap, lalu dirinya menciumnya dan beralih ke perut.
"Haaangh..."
Ziva semakin terangsang akan sentuhan Heri. Apalagi saat pria itu mencium perutnya, Ziva merasakan sesuatu yang menggelitik di dalamnya.
"Ahh... Dad..."
Tanpa sadar, Ziva menekan kepala Heri lalu meremas rambutnya. Pria itu ternyata sudah turun ke bawah sana dan mencium daerah sensitif Ziva. Wanita itu memejamkan matanya dan merasakan tubuhnya seperti terkena sengatan listrik.
"Milikmu sudah basah, sayang."
Ziva memalingkan wajahnya karena malu. "Jangan katakan itu!"
Heri terkekeh gemas saat melihat reaksi Ziva, namun pria itu tak ingin berhenti di sana, Heri menurunkan celananya dan mengeluarkan benda kekar miliknya yang kini sudah membesar.
"Aku akan memasukannya sekarang!" Ucap Heri, sembari menggesek-gesekan miliknya ke adah lembah milik Ziva.
"Dad, jangan menggeseknya, buka dulu kain yang menutupi bagian milikku." Pintanya.
Heri patuh, ia pun membuka kain segitiga milik Ziva lalu melebarkan kedua kakinya. Milik Ziva terpampang jelas, bahkan lembah tersebut kini sudah sangat basah, menandakan kalau lembah tersebut ingin segera di masuki oleh benda kekar Heri.
"Terima ini sayang!!"
Tokkk Tokkk
*
*
"Halo, siapa ini?" Ucap Victor mengangkat teleponnya.
"Hiks.. Victor, tolong aku!"
Victor seketika terkejut dan menatap kembali ponselnya. Ternyata nomer tak di kenal tersebut yang tak lain adalah nomer Risa. Wanita itu menelepon Victor sembari menangis.
"Hei, ada apa? Apa yang terjadi? Kamu di man sekarang?!" Pekik Victor dari sambungan teleponnya.
"Aku sedang bersembunyi sekarang, aku takut...!!"
Suara Risa yang di sertai tangisan benar-benar membuat Victor seketika khawatir. Namun di satu sisi ia bingung, dirinya tak ingin membuat Ziva kembali marah.
"Apa yang harus kulakukan?"