Ardan Kael tumbuh di Akademi Aetherion — sekolah elit bagi para pengguna kekuatan elemental.
Tapi di usia 16 tahun, hasil ujiannya menunjukkan “nol energi.” Ia dicap Reject, dibuang dari akademi, dan diusir dari keluarganya sendiri.
Namun, pada malam ia hendak bunuh diri di tebing Aetherion, ia mendengar suara aneh dari bayangannya sendiri:
“Kau gagal bukan karena lemah... tapi karena kekuatanmu terlalu kuat untuk dunia ini.”
Suara itu membangkitkan sesuatu yang telah lama tersegel dalam dirinya — Void Energy, kekuatan kegelapan yang bisa menelan seluruh elemen.
Dari situ, Ardan bersumpah untuk kembali ke akademi, bukan sebagai murid...
Tapi sebagai mimpi buruk bagi semua orang yang pernah merendahkannya.
“Kalian menyebutku gagal? Baiklah. Aku akan menunjukkan arti kegagalan yang sebenarnya.”
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Nuraida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16 – Penyelidikan di Akademi
Sementara itu, di lantai atas Akademi Aetherion, suasana sangat berbeda.
Aula Besar Akademi, yang biasanya dipenuhi tawa dan arogansi, kini terasa suram. Rion Valcrest duduk di kursi ruang perawatan, jubahnya robek, matanya menatap kosong. Ia tidak hanya pulih secara fisik dari serangan The Shade; ia pulih dari keterkejutan mental.
"Aku dikalahkan," bisik Rion kepada Lyra, yang duduk di sampingnya, menggunakan Lightbound Magic untuk mempercepat pemulihan energi Rion. "Dia menguras energiku, Lyra. Bukan mantra, tapi hanya sentuhan. Aku Nol. Aku merasa persis seperti Ardan saat ia dinyatakan Reject."
"Aku tahu," Lyra menghela napas, air mata menggenang di matanya yang indah. Energi Cahayanya yang hangat terasa kontras dengan aura dingin di ruangan itu.
"Apa kau baik-baik saja, Lyra? Kau terlalu memaksakan diri," tanya Rion, melihat betapa pucatnya Lyra.
"Aku harus," jawab Lyra, menghindari tatapan Rion. "Kau adalah murid terbaik. Kau perlu pulih. Solan mengandalkan kita."
Grandmaster Solan Caelum, yang tampak kelelahan namun tetap berwibawa, masuk ke ruangan. Ia menatap Rion dengan kekecewaan yang tak tersembunyi.
"Ini memalukan, Rion," kata Solan, suaranya dingin. "Dikalahkan oleh makhluk bayangan tak dikenal di Arena ilegal. Reputasi Klan Api dan Aetherion tercoreng."
"Aku minta maaf, Grandmaster," Rion menunduk. "Tapi makhluk itu... ia berbeda. Itu bukan sihir gelap biasa. Rasanya seperti... kehampaan."
"Ya, kehampaan," Solan mengangguk. "Itu adalah Void Energy. Kekuatan terlarang yang bangkit kembali. Itu yang kita takuti. Karena kau yang terakhir melawannya, Rion, kau akan memimpin tim investigasi. Kau harus menemukan sumber energi itu. Bawa Lyra. Kekuatan Cahayanya adalah satu-satunya yang bisa mendeteksi Void dengan aman."
Rion mengangguk tegas. Ini adalah kesempatan untuk memulihkan kehormatannya. "Kami akan menemukannya, Grandmaster."
Di luar pengetahuan Rion dan Solan, Lyra menyimpan rahasia kecil yang menyiksanya.
Beberapa jam kemudian, tim investigasi Aetherion—dipimpin Rion, didampingi Lyra dan tiga murid elemen elit lainnya—berangkat ke Valenforge.
Mereka mulai dari Distrik Pasar Malam, tempat duel Bayang Arena. Lyra, dengan Lightbound Magic-nya, berfungsi seperti kompas. Rune-rune di gelang tangannya akan menyala jika mendeteksi energi gelap.
"Di sini, Rion," kata Lyra, menunjuk ke reruntuhan arena. "Konsentrasi energi Void paling tinggi. Tapi... energi ini aneh. Ada sisa-sisa kehancuran, tapi juga... penahanan diri."
"Apa maksudmu, penahanan diri?" tanya Rion, mengerutkan kening.
"Void seharusnya melenyapkan segalanya. Tapi di sini, hanya ada pengurasan energi. Lihat dinding ini. Rune perlindungannya diserap, tapi dindingnya utuh. Seolah-olah seseorang mengendalikan kehancuran itu dengan sangat presisi."
Saat Lyra menyentuh tanah bekas duel, rune Lightbound di gelang tangannya tidak hanya menyala merah karena bahaya. Rune itu juga memancarkan denyutan biru yang aneh.
"Rion, ada sesuatu yang lain di sini," kata Lyra, suaranya bergetar. "Selain energi Void... ada sisa energi Angin, sangat tipis, tapi sangat familier."
Lyra melihat Rion, matanya dipenuhi ketakutan yang dingin.
"Aku kenal getaran energi ini, Rion. Aku dulu berlatih setiap hari di sebelah getaran ini."
Rion menatap Lyra, lalu menatap jejak energi di tanah. Ia ingat rasa sakit, kekalahan, dan kehampaan yang ia rasakan.
"Apa yang kau katakan, Lyra?"
"Makhluk bayangan itu," bisik Lyra, air mata menggenang di matanya. "Kenapa rasanya seperti... Ardan?"
Pertanyaan itu menghantam Rion seperti palu godam. Ardan, si Reject yang dibuang. Nol energi. Mustahil. Tapi dia mengingat tatapan mata di balik tudung Bayangan Arena itu—tatapan yang dipenuhi kebencian, tetapi juga kepedihan yang sangat manusiawi.
Rion menolak ide itu. "Tidak mungkin. Ardan adalah Nol. Nol! Solan mengujinya sendiri."
"Bagaimana jika... kita semua salah, Rion? Bagaimana jika 'Nol' adalah kebohongan yang disengaja?" Lyra menunduk, menyentuh tanah yang dingin. "Kita harus mencari Ardan. Jika ia yang melakukannya, ia tidak akan membiarkan kita hidup. Dan yang paling penting... jika ia yang melakukannya, ia akan datang untuk kita."
Investigasi Akademi Aetherion baru saja berubah dari perburuan monster menjadi pencarian seorang teman lama yang telah menjadi mimpi buruk yang sempurna.