Mempertahankan kebahagiaan pernikahan nyatanya tidak semudah yang dibayangkan. Terkadang apa yang telah diusahakan tidak dinikmati sepenuhnya.
“Tetaplah bersama denganku, jauh darimu rasanya setiap napas berhenti perlahan. Aku mampu kehilangan segalanya asal bukan kamu, Sonia.”
_Selamanya Kamu Milikku 2_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vebi_Gusriyeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2 : Kelahiran Anak Pertama
Beberapa hari berlalu, tanda-tanda kesakitan Angel belum juga datang, padahal jika dilihat dari hpl kandungannya sudah melewati hari lahiran.
"Kita ke rumah sakit aja ya sayang, aku takut banget kamu kenapa-napa. Ini sudah lewat harinya loh." Kenzo mengemukakan kekhawatirannya saat ini karena istrinya tak kunjung merasakan sakit.
"Ya udah deh, besok aja kita ke rumah sakit ya."
"Sekarang ajalah."
"Besok aja lah."
"Oke besok pagi-pagi kita ke rumah sakit." Angel mengangguk, Kenzo terus memperhatikan istrinya yang memang tidak mengeluh sakit apapun.
Besok paginya Kenzo membawa Angel ke rumah sakit, dia juga membawa beberapa perlengkapan untuk Angel, jaga-jaga jika istrinya langsung melahirkan nanti.
Angel sedang diperiksa oleh dokter yang akan membantu persalinan nanti, dokter itu seorang perempuan yang usianya sekitar 40 tahunan.
"Kita akan merangsang rasa sakitnya, posisi bayi normal dan bagus, tidak ada masalah sebenarnya pada janin," jelas dokter itu setelah memeriksa Angel.
"Lakukan yang terbaik untuk istriku, Dokter." Dokter memasukkan obat induksi dalam cairan infus Angel, Kenzo dengan setia menemani istrinya di ruang persalinan, dia selalu berdoa agar anak dan istrinya selamat.
"Jangan cemas begitu, semangat dong. Kan yang mau lahiran itu, aku.”
"Ini ya yang dirasain Sean waktu itu, aku beneran takut, sayang."
"Nggak perlu takut, aku yang lahiran kok kamu yang takut sih."
"Kamu harus semangat ya, aku akan selalu ada di samping kamu, sayang." Angel mengangguk dan tersenyum.
Angel sama sekali belum merasakan kontraksi, dokter sudah memeriksanya dan pembukaan baru satu saja, belum ada kemajuan dari induksi pertama, dokter kembali memasukkan obat induksi yang kedua.
"Jika pembukaan masih begini, kemungkinan Bu Angel akan di operasi," kata dokter pada Kenzo, mendengar kata operasi membuat Angel takut.
"Aku nggak mau di operasi Ken, aku takut."
"Sayang, jika memang itu yang terbaik, kamu jangan takut. Semua demi kebaikan kamu dan anak kita." Kenzo mencoba untuk menenangkan Angel.
Selang satu jam Angel merasakan sakit yang begitu hebat, rasa sakit itu tidak berhenti sama sekali, namun ketuban atau tanda lahir apapun belum ada keluar.
Angel meremas kuat tangan Kenzo yang sedang menggenggam tangannya, tenaga Angel begitu kuat hingga Kenzo sedikit merasa ngilu di tangannya.
"Pembukaan sudah empat, ini biasa kok Pak, saya akan datang lagi nanti untuk memeriksa kemajuannya." Perawat itu berlalu meninggalkan Angel, melihat istrinya yang kesakitan begitu membuat Kenzo tidak tahan, dia menangis sambil mengusap lembut perut Angel.
Tiga jam lamanya Angel merasakan kontraksi hebat itu, dokter memeriksa pembukaannya dan sudah hampir sempurna, dokter memecahkan ketuban Angel dari dalam, barulah air ketuban itu mengalir keluar dari jalan lahirnya dan rasa ingin mengejan muncul.
Semua persiapan sudah lengkap, Angel mengejan dengan bantuan tim dokter. Melihat hal itu Kenzo semakin menangis, dia tidak bisa membayangkan jika harus kehilangan Angel dan bagaimana rasa sakit yang dirasakan istrinya sekarang.
"Terus dorong Bu, kepalanya sudah kelihatan," titah dokter, Angel terus mengejan hingga anak pertamanya lahir ke dunia.
Angel terlihat sangat lemah saat ini, tenaganya habis terkuras setelah melahirkan. Kenzo menciumi wajah istrinya dan mengucapkan rasa syukur atas keselamatan Angel dan bayi mereka.
"Anaknya laki-laki, beratnya 4.000 gram dengan panjang 59 cm." Perawat mencatat jam kelahiran dan perawat yang lain membedong bayi Angel.
Kenzo mengambil air wudhu lalu mengumandangkan azan di telinga bayinya. Setelah semuanya beres, Angel dipindahkan ke ruang rawat VIP bersama dengan bayi mereka, Kenzo begitu bahagia dengan kelahiran anaknya itu.
"Kamu mau makan apa? Biar aku belikan keluar."
"Nggak ada sih, aku mau makan yang dikasih dari rumah sakit ini aja, Ken. Lagi nggak pengen apa-apa soalnya." Angel masih lemah, energinya terkuras habis karena mengejan.
Kenzo sudah memberitahu keluarganya dan Sean atas kelahiran anak pertama mereka, Sean dan Sonia datang ke rumah sakit untuk melihat Angel.
"Selamat ya, Angel." Sonia memeluk Angel dan menggendong bayi Angel dengan gemas lalu memperhatikan wajah anak itu.
"Sama aja ya kita, Ngel. Kita yang hamil dan melahirkan tapi wajah anak kita malah dominan ke bapaknya." Kenzo dan Sean terkekeh mendengar perkataan Sonia, begitu juga dengan Angel.
“Kalau kamu mau yang mirip sama kamu, ayo bikin lagi,” balas Sean yang membuat Sonia melotot.
“Sean, kamu ini bikin malu,” tawa Sonia dengan wajah bersemu merah.
...***...
Saat keluar dari rumah sakit, Angel disambut oleh mertuanya di rumah, Fernandes dan Jaqueline sudah membawakan beberapa hadiah untuk Angel dan cucu mereka.
Angel sangat disayangi oleh suami dan mertuanya bahkan mereka tidak menganggap Angel sebagai menantu melainkan anak kandung sendiri, rasa sayang mereka bertambah saat melihat anak Angel yang begitu mirip dengan Kenzo.
"Kamu tau nggak sayang, dulu waktu Kenzo kecil begitu mirip dengan anak ini, ngomong-ngomong namanya siapa?" tanya Jaqueline dengan rasa bangga luar biasa.
"Namanya Zeno Axel, Ma."
"Siapa yang kasih nama?"
"Kenzo yang kasih nama, dia udah nyiapin nama itu dari lama." Jaqueline tersenyum gemas lalu melirik Fernandes— suaminya.
"Pa, Mama jadi pengen tinggal di Indonesia aja deh, biar sering liat cucu kita," ujar Jaqueline pada Fernandes.
"Kalau Mama mau tinggal di Indonesia boleh aja tapi gimana sama kerjaan kita di London, Ma? Mama mau ninggalin Papa sendiri di London?" Jaqueline tersenyum, dia tidak mungkin akan membiarkan suaminya sendiri di London.
"Mama tenang aja, kami nanti akan sering ke London kok. Kalau Mama kangen sama Zeno, kami akan ke sana," bujuk Kenzo.
"Janji ya."
"Ya, Ma. Janji.”
...***...
Di London, Fian dipercaya oleh Sean untuk mengurus perusahaannya, karena kesibukan Sean saat ini di Indonesia membuat dia tidak bisa kembali ke London dalam waktu dekat, ditambah lagi keadaan Sonia yang sekarang sering sekali sakit.
Bukan sakit parah seperti dulu, hanya saja dia sering demam karena akhir-akhir ini sering begadang mengasuh anak-anak yang terkadang rewel ketika malam hari.
Fian akan bertemu dengan klien penting hari ini, dia sudah membuat janji di sebuah cafe dengan klien tersebut, Fian datang bersama dengan sekretarisnya.
"Maaf, apa anda datang dari tadi?" tanya Fian pada seorang gadis yang ada di hadapannya.
"Belum lama juga kok, kenalkan, saya Roop." Gadis itu mengulurkan tangannya untuk menyalami Fian.
"Fian." Fian menyambut uluran tangan Roop.
Setelah memesan beberapa makanan dan minuman, mereka mulai membicarakan mengenai bisnis yang akan mereka jalani. Siang ini pertemuan dengan Roop berjalan dengan lancar, kerja sama antara Fian dan Roop terjalin.
"Senang bekerja sama dengan anda. Kalau begitu saya permisi, selamat siang," ucap Roop.
"Iya sama-sama." Roop meninggalkan cafe itu, begitu juga dengan Fian.
Selama di London, Fian menetap di mansion Sean karena mansion itu tidak ada yang menempati selain para pelayan dan penjaga.
...***...
Keesokan harinya Fian kembali bertemu dengan Roop di sebuah mall, dia melihat Roop tengah belanja sesuatu, dengan ramah Fian mendekatinya.
"Hai," sapa Fian pada gadis yang berusia 24 tahun itu.
"Hai, anda di sini juga, Sir."
"Kita tidak lagi bahas kerjaan, jangan terlalu formal begitu, Roop."
"Baiklah."
"Kamu sendirian?" tanya Fian karena tidak menemukan siapa pun bersama Roop.
"Ya aku sendiri, kamu ada apa di sini?"
"Aku sedang membawa keponakanku, dia bersama neneknya main, aku bosan makanya jalan-jalan."
Memang Fian membawa Arkan dan Azkan serta Nila jalan-jalan di mall. Fian tidak tahu kalau Roop adalah mantan dari Kenzo karena saat mengenalkan Roop pada Sonia dan Sean, Fian sedang berada di London bersama Nila.
"Oh kalau tidak keberatan mari aku traktir makan." Roop menawarkan.
"Boleh juga." Fian dan Roop berjalan memilih tempat makan yang enak dan nyaman untuk duduk.
...🌼Bersambung🌼...