"Jika aku bisa memiliki keduanya kenapa aku harus memilih salah satu saja." Alkama Basri Widjaya.
"Cinta bukanlah yang kamu butuhkan, pilih saja ambisimu yang kamu perjuangkan mati-matian." Nirmala Janeeta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dyawrite99, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
Badan Kama serasa berat. Keadaan bangun tidur setelah semalam ia mengkonsumsi alkohol dan menenangkan diri sendiri dari hasrat berhubungan intim membuat Kama merasa lelah.
Seperti ada kekosongan yang belum tertuntaskan. Namun Kama tidak bisa untuk membiarkan dirinya terlena dalam sifat malas. Ia harus bekerja keras untuk mencapai keinginannya.
Kama bergegas membersihkan diri kemudian bersiap untuk pergi ke kantor.
Setelah Kama rapi dengan setelan kerja, Kama kemudian mengecek ponsel miliknya.
Ada panggilan tak terjawab dari Dirga. Namun tujuan utama Kama bukan itu. Kama memastikan panggilan dari Nirmala. Wanitanya itu pasti semalam menghubunginya kembali setelah Kama menelpon berkali kali semalan.
Dan benar saja, ada panggilan tak terjawab dari Nirmala dan sebuah pesan yang Nirmala kirimkan pada dirinya.
Kama langsung menelpon Nirmala kembali.
Butuh beberapa panggilan yang Kama lakukan untuk tersambung dengan Nirmala.
"Halo." Kama tersentak ada suara seorang pria yang menyambut panggilan itu.
Kama mengecek sekali lagi. Benar itu nomor telepon milik Nirmala.
"Kamu siapa. Dimana pemilik ponsel ini?" Kama geram. Siapa laki laki yang berani memegang ponsel milik Nirmala.
"Oh saya Rian, teman Mala. Ada perlu apa? nanti saya sampaikan saja ke Mala besok." Jawab laki laki bernama Rian tersebut.
Kama dibuat berang dengan jawaban laki laki disebarang sana. Apa katanya, besok.
"Saya tidak mau tahu kamu siapa. Jawab, dimana pemilik handphone ini." Tanya Kama kesal. Bisa bisanya orang itu meminta Kama menunggu besok.
"Oh maaf. Handphone Mala tertinggal di mobil saya. Tadi ketika saya mengantar Mala pulang ternyata handphone nya tertinggal di mobil saya. Dan kebetulan saya tidak bisa mengantar kembali ponsel miliknya karena saya sudah sampai di rumah saya. Dan jaraknya lumayan jauh."
Kama langsung mematikan panggilan tersebut. Ia kesal setelah mendengar penjelasan laki laki tersebut. Bagaimana ceritanya Nirmala harus diantar oleh laki laki bernama Rian itu.
Kama tahu selama ini Nirmala selalu berkendara mobil sendiri setiap bekerja.
Kama bingung bagaimana ia bisa menghubungi Nirmala. Melihat waktu di tempat Nirmala pastinya sudah berada di apartemen serta keadaan sudah menjelang malam. Kama tidak bisa menghubungi anak buah Nirmala untuk bertanya dan memastikan keadaan Nirmala sekarang.
Alhasil Kama harus menahan keingintahuan tentang apa yang terjadi sebenarnya. Menunggu sampai waktu besok ditempat Nirmala seperti yang laki laki tadi katakan.
Seharian itu Kama dibuat uring uringan, keadaan itu dapat dirasakan oleh Dirga sang asisten.
"Kenapa si bos. Sakit?"
"Diem Lo." Jawab Kama tidak ramah sama sekali.
"Astaga. Punya bos gini amat. Mau berbuat baik aku tuh." Balas Dirga sok baik di mata Kama. Mereka sedang mengecek berkas dari anak buah mereka.
"Kalau mau gaji lo bulan ini aman. Pilihannya adalah diam." Kama melirik Dirga sinis. Hari ini Kama dalam mode senggol bacok.
Dirga menelan ludah takut. Niat mau menghibur malah terancam potong gaji. Takutt.
Setelah berkas berkas yang dibawa Dirga sudah mendapat persetujuan, Dirga pun keluar dari ruangan bosnya itu dengan hawa panas. Menghindar adalah opsi terbaik bagi Dirga saat ini.
Ponsel Kama berdering. Dengan cepat Kama mengecek si penelpon. Dia berharap yang menghubunginya adalah Nirmala.
Namun nyatanya Juwita yang menelpon dirinya.
"Halo?"
"Hai Kama. Aku ganggu kamu gak." Tanya Juwita basa basi.
"Tidak. Bagaimana keadaan kamu sekarang? Sudah lebih baik?"
"Aku sudah lebih baik. Tadi, setelah bangun tidur keadaan cukup kacau. Kepalaku pusing tapi sekarang sudah lebih baik."
"Syukurlah kalau begitu. Maaf semalam hanya bisa mengantar kamu ke apartemen mu."
"Oh tidak apa apa. Aku malah berterima kasih kamu sudah mau mengantarkan aku pulang."
"Sudah seharusnya begitu. Kita pergi bersama dan saya sudah seharusnya membawa kamu kembali pulang."
"Oh terimakasih Kama."
Keduanya berbincang. Tidak ada yang mau membahas keintiman mereka semalam.
Kama sebenarnya sudah melupakan kejadian semalam. Apalagi pikirannya malah tertuju pada Nirmala yang belum ada kabarnya.
Sedangkan Juwita memiliki pikiran lain. Walau semalam ia mabuk berat tetap saja Juwita dapat mengingat kejadian semalam. Potongan adegan dirinya yang begitu agresif menyentuh dan dengan berani mencium Kama membuat Juwita merasa cukup malu.
Namun Juwita menebalkan muka. Dari kejadian semalam Juwita makin begitu penasaran pada Kama. Seorang laki laki yang begitu berusaha untuk tidak menanggapi perbuatan yang Juwita lakukan. Padahal mereka mempunyai kesempatan untuk bisa berbuat lebih dari yang semalam namun Kama seperti menahan diri untuk tidak membalas perbuatan Juwita.
"Sama sama Juwita."
"Oh iya Kama. Sebenarnya aku ingin menyampaikan undangan dari kakakku. Acaranya masih lanjutan acara pesta pernikahan kakakku sebelumnya. Namun yang sekarang acaranya cukup eksklusif dan lebih intimate. Mohon diterima undangannya ya Kama." Terang Juwita.
"Tentu. Saya sangat senang bisa diundang diacara tersebut dan pasti saya akan datang."
Kama tahu itu adalah kesempatan baginya untuk lebih dekat dengan orang orang terdekat dengan keluarg Juwita terutama kakak dan ayahnya yang sangat berpengaruh di dunia bisnis.
"Baiklah. Sampai bertemu kembali dipesta nanti Kama."
"Baik Juwita. Sampai berjumpa nanti."
Percakapan via telepon antara Kama dan Juwita berakhir.
Kama melanjutkan pekerjaannya. Menunggu hingga waktu ia bisa menghubungi Nirmala kembali.
Pada malam harinya Kama mencoba memberi pesan pada Nirmala untuk segera menghubungi setelah membaca pesan yang ia kirimkan. Kama tidak akan menelpon kembali ponsel Nirmala yang pastinya masih pada laki laki bernama Rian itu. Mengingatnya membuat Kama menjadi kesal kembali.
Setelah membersihkan diri setelah seharian ia beraktivitas di kantor dan meninjau beberapa tempat akhirnya Kama sudah bersih dan rapi.
Kama masih menunggu balasan dari Nirmala namun belum kunjung mendapat balasan.
Namun tak berselang lama pesan Kama dibalas. Namun setelah membaca pesan balasan Nirmala, Kama dibuat marah.
'Sayang, aku sekarang harus meninjau lokasi gedung untuk klien aku'
'Kalau sudah selesai aku langsung hubungi kamu ya.'
Enteng sekali Nirmala berbicara seperti. Tidak tahukah Nirmala jika Kama sudah dibuat kesal seharian ini. Dan Nirmala masih memintanya untuk menunggu. Sungguh kesabaran Kama diambang batas.
Dengan cepat Kama menelpon Nirmala tanpa mengindahkan pesan Nirmala sebelumnya.
Setelah beberapa panggilan terjawab Kama tanpa menyisakan waktu langsung menodong Nirmala dengan pertanyaan.
"Kamu dimana?"
"Aku di hotel sayang. Tadi kan aku bilang mau lihat gedung untuk acara pernikahan klien aku."
Kama menghela nafas. "Kenapa harus tunggu nanti. Kamu bisa jelasin sekarang."
"Kan tadi aku sudah bilang, sekarang aku lagi diluar sayang. Masak mau sambil obrol. Kan gak enak sama orang orang."
"Aku gak peduli. Aku cuman butuh kamu jelasin. Kenapa kemarin handphone kamu bisa di laki laki lain."
"Al. Udah ya. Aku janji nanti jelasin sama kamu. Aku minta pengertian kamu ya sayang."
"Aku mau sekarang." Jawab Kama tidak mau mengerti.
"Udah ah. Aku matiin. Aku janji bakal telpon balik. Dah sayang." Nirmala langsung mematikan sambungan telepon antara mereka berdua.
"Shitt!" Kama melempar handphone miliknya ke sofa. Ia tidak mau repot harus mengganti handphone Jika ia gegabah melampiaskan amarahnya dengan sengaja merusak barang apalagi handphone yang pastinya banyak memuat hal hal penting.
Tapi diabaikan oleh kekasih sendiri dan dinomor duakan benar benar membuat Kama merasa amat kesal.