Walaupun Danver menjadi pengganti kembarannya menjadi suami Faye, tapi dia sangat menikmati pernikahannya dengan Faye.
Lalu bagaimana dengan Faye kalau dia tau laki-laki yang menjadi suaminya saat ini adalah kembaran dari laki-laki yang dia inginkan menjadi suaminya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Nath, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21 : Bertukar Peran
Pukul 04.00
Jam masih menunjukkan pukul empat subuh, tapi Danzel sudah membangunkan Shenina yang masih kelelahan karena sepanjang malam melayani Danzel yang ternyata memiliki hasrat yang sangat besar. Bayangkan saja, baru saja istirahat setengah jam Danzel sudah minta lagi.
"Sayang ayo bangun." ucap Danzel sambil mengelus lembut pipi Shenina.
"Eugh..." Shenina melenguh lalu mengerjapkan matanya.
"Jam berapa ini?" tanya Shenina.
"Jam empat." jawab Danzel.
"Empat sore?" kaget Shenina sambil membuka matanya lebar-lebar.
Danzel menggelengkan kepalanya.
"Empat subuh." jawab Danzel.
"Uuuuh... kenapa kamu membangunkan aku jam segini? Aku masih mengantuk Sayang. Tulang-tulang ku rasanya rontok semua karena ulah mu." dumel Shenina sambil memejamkan matanya lagi lalu membalikkan tubuhnya membelakangi Danzel.
"Kita harus pergi sekarang Sayang, pesawat kita berangkat jam tujuh. Sedangkan kita harus menjemput ibu mu dulu." ucap Danzel.
Mendengar itu sontak Shenina membuka matanya lagi dan membalikkan badannya menghadap Danzel.
"Apa kamu bilang? Pesawat? Memangnya kita mau kemana?" tanya Shenina.
"Kan sudah aku bilang kemaren, kita akan pergi keluar dari negara ini." jawab Danzel.
"Iya, tapi kenapa sekarang?" tanya Shenina.
"Karena malam ini keluarga Hillario dan keluarga Cyrus akan membicarakan tanggal pernikahan. Maka dari itu kita harus pergi sebelum Daddy tahu kalau aku dan Danver bertukar peran." jawab Danzel.
"Lalu bagaimana dengan rumah sakit?" tanya Shenina.
"Tenang saja, Danver akan mengurusnya." jawab Danzel santai.
"Sudah ayo cepat bangun. Lanjutkan istirahat mu dipesawat nanti." kata Danzel lagi sambil turun dari ranjang.
Flashback On.
Pukul 20.00
Jam masih menunjukkan pukul delapan malam, Danzel baru selesai mandi sedangkan Shenina dia terlihat sudah tidur saat Danzel keluar dari kamar mandi.
Melihat Shenina tidur, Danzel hanya tersenyum tipis. Danzel tahu saat ini pasti Shenina sedang kelelahan karena mereka sudah melewati tiga kali badai gai.rah.
Danzel pun membiarkan Shenina tidur dan tidak membangunkannya untuk mandi. Dalam keadaan yang hanya memakai handuk, Danzel malah berbaring disebelah Shenina sambil terus menatap wajah kekasihnya itu.
Saat sedang menatap wajah Shenina, tiba-tiba saja Danzel teringat kalau besok adalah hari pertemuan keluarga Hillario dan keluarga Cyrus untuk membicarakan tanggal pernikahan.
"Astaga!!! Hampir saja aku lupa!" pekik Danzel pelan.
Cepat-cepat Danzel mengambil ponselnya yang dia letakkan diatas nakas lalu membuka aplikasi tiket online.
Danzel ingin membeli tiket ke negara J dan mengambil keberangkatan paling pagi. Danzel berpikir dirinya harus segera meninggalkan negara itu sebelum pertemuan dua keluarga.
Dan didapatlah tiket keberangkatan jam tujuh pagi. Danzel pun membeli tiga tiket, untuknya, untuk Shenina dan satu lagi untuk Nyonya Raniah Eidef alias ibu Shenina.
Setelah selesai membeli tiket, kemudian Danzel menghubungi Danver dan meminta Danver menggantikannya visit dan memeriksa pasien di poli.
Sayangnya permintaan Danzel yang ini ditolak mentah-mentah oleh Danver karena permintaan Danzel yang satu ini tidak ada dalam pembahasan mereka tadi sore. Tapi Danzel tidak peduli dan tetap meminta Danver menuruti permintaannya yang satu ini lalu cepat-cepat menutup teleponnya.
Danzel sangat yakin kalau Danver pasti mau memenuhi permintaannya yang satu itu.
Flashback Off.
°°°
Apartemen Danver.
Pukul 07.00
Sudah hampir dua jam Danver berputar-putar di ranjangnya.
Gara-gara permintaan Danzel yang meminta dirinya menggantikan Danzel untuk visit dan memeriksa pasien di poli, tidur malam Danver jadi tidak nyenyak sangking tidak nyenyaknya dia sampai mimpi buruk dan terbangun jam lima subuh dan sampai sekarang tidak bisa tidur lagi.
"Aaargh... Danzel!!! Kenapa harus meminta ku menggantikan mu dirumah sakit sih!" kesal Danver.
Satu sisi hatinya dia tidak ingin menggantikan kembarannya itu, apalagi Danzel bekerja dirumah sakit milik Daddy mereka, kemungkinan bertemu dengan sang Daddy sangatlah besar. Bisa-bisa sebelum pertemuan dua keluarga, Tuan Hillario sudah tahu rencana mereka.
Tapi disisi hatinya yang lain dia ingin menggantikan Danzel karena dia juga rindu memakai jubah putih dan berjalan memasuki kamar-kamar pasien untuk memeriksa keadaan pasien.
Tidak bisa di pungkiri pure blood dalam darahnya masih begitu kental sekalipun dia sudah sangat lama meninggalkan predikatnya sebagai dokter.
Setelah lama berpikir, akhirnya Danver pun memutuskan untuk memenuhi permintaan Danzel.
Sambil ngedumel, Danver pun turun dari ranjang lalu berjalan menuju kamar mandi.
°°°
Bersambung...