Hari dimana Santi merayakan ulang tahun pernikahannya yang ke 25, semuanya tampak berjalan dengan baik. Tapi itu hanyalah awal dari bencana besar yang akan dia hadapi. Tanpa diduga, hal yang tidak pernah disangka oleh Santi adalah, Dani suami yang selama ini dicintainya itu akan meminta cerai padanya, karena dia telah menjalin hubungan terlarang dengan seorang wanita berusia 20 tahun dibelakangnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon La-Rayya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terus Berlanjut
Santi bicara dengan sekretaris Dani dan meninggalkan pesan untuk Dani padanya karena Dani sedang tidak ada di ruangannya.
Setelah Dani kembali ke ruangannya...
"Pak Dani, Bu Santi menelepon. Bu Santi berpesan agar Bapak segera menghubunginya. Bu Santi menunggu Bapak di rumah." Ujar sekretaris Dani padanya.
Dani terkejut. Dia berpikir bahwa Santi seharusnya berada di Jakarta, atau mungkin Julia hanya ingin mengganggunya, dan Dani harus mengakui bahwa Julia berhasil melakukannya.
Dani lalu mengambil ponselnya dan langsung menelepon Santi. Santi terkejut melihat bahwa Dani langsung membalas teleponnya.
"Santi, ada apa? Kupikir kau ada di Jakarta," tanya Dani.
"Tidak, aku ingin kita bertemu. Kita perlu bicara tentang Aleya. Seperti yang kau tahu, ulang tahunnya akan segera tiba dan aku membicarakan tentang apartemennya dengan apartemennya." Ujar Santi.
"Saat ini tidak memungkinkan bagiku, karena aku sedang sibuk. Masih ada beberapa rapat yang harus aku lakukan. Bagaimana kalau kita bertemu besok pagi?" Kata Dani.
"Aku berencana mengantar Aleya ke Bali dan aku rasa aku tidak akan kembali sebelum siang besok," balas Santi.
"Aleya ada di rumahmu! Senang sakali rasanya. Aku ingin sekali melihatnya." Ucap Dani.
"Dia datang tiba-tiba pada hari Sabtu kemarin, maafkan aku karena seharusnya aku memberi tahumu bahwa dia ada di sini. Tapi, dia bertengkar dengan pacarnya, dia merasa begitu terluka dan itu membuatku lupa." Ujar Santi.
"Apa yang terjadi dengan putriku? Apa si idiot itu memanfaatkannya?" Tanya Dani.
"Tidak, tentu saja tidak," jawab Santi mencoba menenangkan Dani yang terdengar marah. "Jadi, aku akan menemui mu saat kau kembali. Kau tidak bisa terus-terusan menjauh dari putri-putrimu dan aku ingin kita menyelesaikan hal ini sekali dan untuk selamanya," kata Santi.
"Baiklah, Santi. Aku akan menelepon mu hari Kamis. Kau akan datang ke kantor atau aku yang datang ke rumah?" Tanya Dani.
"Aku lebih suka kau datang ke rumahku, tak perlu menelepon. Aku akan menunggumu pada hari Kamis," kata Santi.
"Baiklah, Santi, aku akan datang hari Kamis. Jaga dirimu." Jawab Dani.
Dani melihat pemandangan kota Surabaya dari ruangannya yang berada di lantai paling tinggi di gedung perusahaan itu.
Satria memasuki ruangan Dani.
"Dani, aku kemari agar kita bisa melihat grafik ini sebelum rapat," kata Satria.
Tapi Dani tampak tenggelam dalam pikirannya.
"Dani, ada apa?" Tanya Satria.
"Tidak apa-apa, aku sedang memikirkan Santi. Aku baru saja selesai berbicara dengannya." Jawab Santi.
"Aku pikir dia ada di Jakarta," komentar Satria.
"Begitu pula aku, dan pikiran itu terus menghantuiku sepanjang akhir pekan ini. Aku tidak menyadarinya sampai dia memberi tahuku bahwa dia bersama Aleya di rumah." Ujar Dani.
"Apakah kau menyesali keputusan mu meninggalkan Santi?" Tanya Satria.
"Bukan itu maksudku, tapi kuakui memikirkan Santi bersama pria lain terasa menyiksaku. Ayo kita mulai bekerja. Apa ada masalah dengan grafiknya?" Ucap Dani.
...****************...
Setelah sarapan bersama putrinya, Santi mulai membantu Aleya mengemasi kopernya.
"Aku merasa malu pada Mama karena aku sudah mengambil setengah dari isi lemari Mama." Ucap Aleya.
"Ya, kau bisa saja mengacak-acak lemari adikmu," jawab Santi bercanda.
"Bisakah Mama bayangkan bagaimana rasanya pergi bekerja setiap hari dengan penampilan tomboi sepertinya itu?" Kata Aleya, dan mereka berdua mulai tertawa.
Akhirnya, saat hari menjelang siang, mereka meninggalkan rumah. Pertama, mereka pergi makan siang dan kemudian mengunjungi beberapa toko, membeli parfum dan pakaian dalam.
Mereka sedang berada di toko pakaian saat sedang melihat-lihat, mereka bertemu Clara.
"Selamat siang," kata Santi pada Clara.
"Selamat siang," jawab Clara.
Aleya menatap Clara dengan pandangan bermusuhan.
"Ayolah sayang, Mama tidak mau jalan-jalan sampai hari," kata Santi pada Aleya.
Mereka berdua lalu melanjutkan perjalanan, masuk ke sebuah toko sepatu untuk membeli beberapa sepatu.
"Aku tidak menyukainya, Ma. Selain dari perceraian Mama dan Papa, aku benar-benar tidak menyukai semua yang berkaitan dengan wanita murahan itu. Aku tahu dia akan membuat Mama menderita." Aleya berkata dengan khawatir kepada Santi.
"Semoga saja tidak, sayang. Mama sungguh tidak ingin hal itu terjadi." Ucap Santi.
...----------------...
Saat itu pukul dua siang ketika mereka memulai perjalanan ke Bali.
Sementara itu, Aldi Yunanda sedang memeriksa kopernya. Dia menghabiskan akhir pekan bersama anak-anaknya.
Dia membaca file yang dikirimkan padanya oleh karyawannya. Dia tidak percaya apa yang harus dia alami tentang serial yang sedang diambil gambarnya saat ini.
Sebenarnya Jennifer memang akan meninggalkan serial itu, tapi bukan karena dia dipecat. Itu semua terjadi karena wanita bodoh itu terlibat dengan seorang pria di suatu malam saat mabuk, dan sekarang dia hamil. Dia masih tidak ingin mengumumkan kehamilannya.
Aldi mengusap dahinya yang terasa pening.
Aldi lalu mengambil kopernya dan meninggalkan hotel. Saat dia memasuki lift, ingatan tentang wanita di lift itu muncul di benaknya. Itu akan menjadi bab yang bagus untuk serialnya. Dua pria di dalam lift, seorang wanita masuk. Satu pria ingin melecehkan wanita itu. Seorang pria lainnya hanya mengamati wanita itu. Beberapa jam kemudian, wanita itu ditemukan tewas. Siapa yang melakukannya, si pria cabul atau si pria yang mengamatinya saja?
Aldi menggelengkan kepalanya memikirkan ide konyolnya itu.
Dalam perjalanan ke bandara, Aldi pergi bertemu dengan anak-anaknya untuk mengucapkan selamat tinggal kepada mereka.
Saat di bandara, Aldi bertanya-tanya apakah suatu hari dia bisa berhenti mengucapkan selamat tinggal kepada anak-anaknya.
Penerbangan Aldi ternyata di tunda karena cuaca buruk.
...****************...
Malam itu, saat Dani tiba di rumah, Clara menceritakan apa yang telah terjadi padanya di mall.
"Kupikir putrimu akan memukulku," komentar Clara.
"Kurasa tidak, Aleya tidak seperti itu, dan lagi pula, Santi tidak akan membiarkannya melakukan hal seperti itu," jawab Dani.
"Kau masih memiliki pendapat yang manis tentangnya, jangan lupa bahwa dia membenciku," kata Clara.
"Mungkin dia memang membencimu, tetapi dia tidak akan pernah membiarkan salah satu putrinya berperilaku seperti orang tak berpendidikan. Santi memiliki pola asuh yang berbeda," jawab Dani.
"Benar, aku lupa bahwa Santi berasal dari kalangan kelas atas Surabaya," kata Clara dengan nada meremehkan.
"Kau memang benar, ayahnya memang orang yang sangat penting. Ayolah, lupakan tentang Santi dan putriku. Sekarang, katakan padaku, apa yang kau beli?" Tanya Dani.
Clara tersenyum, mendekati Dani, dan menciumnya.
...****************...
Begitu tiba di Bali, Santi dan Aleya langsung menginap di hotel tempat produksi film itu berlangsung. Aleya meninggalkan kopernya di kamar dan pergi ke kamar ibunya di lantai lain. Santi akan menginap di sana malam itu.
Mereka pergi menjelajahi Bali sebentar, makan malam di hotel tempat beberapa orang dari produksi film itu menginap. Semua orang memuji Aleya sebagai pekerja keras dan berbakat yang membuat Santi sangat bangga. Pada saat yang sama, mereka memuji kemiripan Aleya dengan ibunya dan betapa mudanya Santi.
...----------------...
Keesokan harinya, Aleya pergi ke kamar ibunya untuk menjemputnya.
Santi menyerahkan amplop berisi uang kepada putrinya sebelum berpamitan.
Santi mengajak Aleya berkeliling studio, tempat mereka menyiapkan segala sesuatunya untuk memulai syuting.
Sementara itu, Aldi Yunanda sedang duduk di taksi, menuju lokasi syuting. Pesawatnya baru saja mendarat.
Santi tampak mengagumi apa yang dilakukan orang-orang di lokasi syuting.
"Sudah waktunya aku pergi sayang," kata Santi.
"Aku akan mengantar Mama naik taksi." Balas Aleya.
Keduanya lalu berjalan menuju pintu keluar.
"Ma, bosku belum datang, dan aku ingin sekali mengenalkannya pada Mama." Kata Aleya.
"Lain kali saja sayang," ucap Santi seraya memeluk putrinya. "Mama akan menemui mu beberapa hari lagi. Mama menyayangimu, sayang." Lanjut Santi.
Sebuah taksi berhenti tepat di belakang mereka yang tengah berpamitan.
Bersambung....
🖕(dani aki2🤮clara cabe2an)