Seoul tidak pernah tidur, tetapi bagi Han Ji-woo, kota ini terasa seperti sedang koma.
Di bawah gemerlap lampu neon Distrik Gangnam, Ji-woo duduk di bangku taman yang catnya sudah mengelupas, menatap layar ponselnya yang retak. Angin musim gugur menusuk jaket tipisnya yang bertuliskan "Staff Event". Dia baru saja dipecat dari pekerjaan paruh waktunya sebagai pengangkut barang bagi para Hunter (pemburu).
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ray Nando, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kantor pelayanan neraka
LOKET NERAKA
Dimensi: The Underworld (Nether-Bureaucracy).
Langit di sini tidak berwarna biru atau hitam, melainkan abu-abu statis seperti saluran TV yang rusak. Tidak ada api yang menyala-nyala (itu klise kuno), yang ada hanyalah gedung-gedung beton raksasa tanpa jendela yang membentang sampai cakrawala.
The Devil's Ferrari mendarat mulus di parkiran Lobby Utama.
Di sekeliling mereka, ribuan bus pariwisata transparan menurunkan penumpang: roh-roh yang baru meninggal, tampak bingung dan memakai nomor antrean di dada.
"Selamat datang di Pusat Administrasi," bisik Valerius. "Tolong jangan bernapas terlalu keras. Bau 'Kehidupan' sangat menyengat di sini. Itu bisa memicu alarm."
Ji-woo turun dari mobil, merapikan kerah kemejanya (yang masih pinjaman).
"Valerius, di mana kita bisa membakar data utangku?"
"Lantai -666. Departemen Arsip & Penagihan. Tapi untuk ke sana, kita harus melewati Resepsionis Penjaga Gerbang."
Yuna melihat antrean roh yang panjangnya mungkin 5 kilometer.
"Kita harus antre di belakang mereka? Bos, kita bisa tua di sini!"
"Kita tidak antre," kata Ji-woo mantap. Dia berjalan menuju jalur khusus yang bertuliskan [VIP / URGENT / BENCANA ALAM].
"Kita akan menggunakan Privilege."
Seorang penjaga gerbang—raksasa berkepala kerbau (Minotaur) dengan seragam satpam kekecilan—menghadang mereka.
"Berhenti. Jalur ini khusus korban kematian massal atau politisi korup. Mana surat jalan kalian?"
Ji-woo menatap mata kerbau itu.
"Aku bukan korban. Aku Nasabah Prioritas."
Ji-woo mengaktifkan Aura Death Debt-nya. Angka utang nyawa 272 tahun muncul berkedip-kedip di atas kepalanya seperti lampu neon kasino.
Mata kerbau itu melotot. Di Neraka, Utang Nyawa adalah Aset. Semakin besar utangnya, semakin berharga jiwanya.
"Dua ratus... tujuh puluh tahun?!" Satpam Kerbau itu gemetar hormat. "Maafkan ketidaksopanan saya, Tuan. Silakan masuk. Manajer Investasi pasti senang menyambut Anda."
Ji-woo menoleh ke Yuna dan Valerius. "Lihat? Di sini, punya utang itu prestasi."
PENYAMARAN ORANG MATI
Mereka masuk ke lobi gedung yang dingin. Suasananya seperti kantor pajak saat musim pelaporan SPT: penuh sesak, bising, dan semua orang terlihat menderita.
Roh-roh melayang membawa berkas. Iblis-iblis muda (magang) berlarian membawa kopi lava.
"Valerius," bisik Ji-woo. "Kita bertiga masih hidup. Kalau ada Auditor level tinggi lewat, mereka akan tahu kita punya detak jantung."
Valerius merogoh tas kerjanya.
"Saya sudah siapkan ini. Bedak Jenazah (Corpse Powder). Terbuat dari debu tulang yang digiling halus."
Valerius meniupkan bedak itu ke wajah Ji-woo dan Yuna.
PFFFT!
"Uhuk! Uhuk! Rasanya seperti kapur barus!" protes Yuna.
"Tahan napas kalian. Bedak ini menyamarkan detak jantung dan suhu tubuh. Sekarang kalian terdeteksi sebagai 'Baru Meninggal 5 Menit Lalu'."
Mereka berjalan menuju lift.
Di depan lift, ada seorang operator lift wanita dengan wajah pucat dan leher yang memiliki bekas jahitan melingkar.
"Lantai berapa?" tanya wanita itu tanpa menoleh.
"Lantai -666," jawab Ji-woo.
Wanita itu menoleh cepat, kepalanya miring 90 derajat (benar-benar patah).
"Lantai itu area terbatas. Hanya staf berwenang."
Ji-woo menunjukkan lencana Reaper Intern (kartu nama hitam) yang diberikan Agen 44 sebelumnya.
"Saya staf magang. Saya membawa... asisten dan konsultan untuk audit mendadak."
Wanita itu menatap lencana itu curiga, lalu menatap Yuna yang gemetar.
"Kenapa asistenmu gemetar? Apa dia kedinginan?"
"Bukan," jawab Ji-woo cepat. "Dia kena penyakit Parkinson sebelum meninggal. Masih ada efek sisa."
Wanita itu mengangkat bahu (dan kepalanya ikut goyang).
"Masuk."
DEPARTEMEN ARSIP & PENAGIHAN
TING.
Pintu lift terbuka di Lantai -666.
Pemandangannya berbeda dari lobi. Di sini gelap, hanya diterangi lampu minyak hijau.
Rak-rak buku raksasa menjulang sampai ke langit-langit yang tak terlihat, berisi triliunan buku tebal.
Setiap buku adalah catatan utang nyawa setiap makhluk hidup di alam semesta.
Suara sret... sret... terdengar di mana-mana. Itu suara pena bulu angsa yang menulis sendiri di atas kertas perkamen.
"Banyak sekali," Yuna merinding. "Bagaimana cara mencari buku Bos di antara triliunan buku ini?"
"Kita tanya pustakawannya," kata Valerius.
Di tengah ruangan, ada meja resepsionis yang terbuat dari tumpukan tengkorak. Di belakangnya, duduk seekor Laba-laba Raksasa dengan kacamata tebal dan rambut disanggul. Kakinya yang banyak sedang memegang 8 stempel sekaligus.
Itu adalah Nyonya Arachne, Kepala Arsip.
"Permisi," sapa Ji-woo.
Nyonya Arachne tidak berhenti menyetempel. BAM! BAM! BAM!
"Formulir permohonan ada di kiri. Isi rangkap tiga. Materai darah wajib. Tunggu proses 500 tahun."
"Aku tidak mau mengajukan permohonan," kata Ji-woo. "Aku mau ambil bukuku sendiri."
Nyonya Arachne berhenti. Dia menurunkan kacamata tebalnya, menatap Ji-woo dengan delapan matanya.
"Ambil sendiri? Itu ilegal. Siapa namamu?"
"Han Ji-woo."
Mendengar nama itu, kedelapan mata Arachne membelalak.
"Han Ji-woo... Si Buronan Waktu. Si Perusak Ekonomi Galaksi."
Arachne tersenyum lebar, memamerkan taring beracunnya.
"Kami sudah menunggumu, Sayang. Kepala Divisi Audit sudah memberi perintah: Jika kau muncul, jangan biarkan kau keluar hidup-hidup."
Arachne menekan tombol merah di mejanya.
ALARM BERBUNYI!
NGUIIING! NGUIIING!
"Penjaga! Tangkap penyusup ini!" teriak Arachne.
Dari sela-sela rak buku, muncul ratusan Prajurit Tinta. Mereka adalah makhluk berbentuk manusia yang terbuat dari tinta hitam pekat, memegang tombak yang ujungnya adalah pena tajam.
"Sialan, diplomasi gagal," Ji-woo mengeluarkan Palu Gadai-nya (yang berubah dari batu bata).
"Yuna, Valerius! Cari buku yang bertuliskan namaku! Aku akan menahan nenek laba-laba ini!"
PERANG TINTA
"Cari buku warna apa, Bos?!" teriak Yuna panik.
"Warna MERAH! Buku utang pasti warna merah!"
Ji-woo melompat maju, menghantamkan palunya ke lantai.
SKILL: IMPACT LIQUIDATION.
Gelombang kejut melempar para Prajurit Tinta. Tubuh mereka hancur menjadi cairan hitam. Tapi cairan itu menyatu kembali dan bangkit lagi.
"Mereka abadi!" teriak Ji-woo. "Tentu saja, mereka kan cuma tinta!"
Nyonya Arachne melompat dari mejanya, menembakkan jaring sutra lengket ke arah Ji-woo.
"Kau akan kujilid menjadi sampul buku!"
Ji-woo berguling menghindari jaring. Dia menendang rak buku raksasa hingga roboh menimpa pasukan tinta.
BRAKKKK! (Efek Domino terjadi, rak-rak berjatuhan).
Sementara itu, Yuna dan Valerius berlari di lorong "Huruf H".
"Han... Han... Han..." Valerius memindai rak dengan kecepatan tinggi. "Ketemu! Rak 404, Baris ke-13!"
Di sana, ada sebuah buku tebal bersampul kulit merah menyala yang dirantai dengan gembok besi. Judulnya: [HAN JI-WOO: ASET BERMASALAH].
"Itu dia!" seru Yuna. Dia mencoba menarik buku itu, tapi rantainya panas membara. "Aduh! Panas!"
"Minggir!" Valerius mengeluarkan botol tinta koreksi (Tipe-X) yang dia curi dari meja resepsionis. "Cairan ini bisa melelehkan segel birokrasi!"
Valerius menuangkan cairan putih itu ke rantai. HISS! Rantai itu meleleh.
Yuna menyambar buku itu.
"DAPAT! BOS, KITA DAPAT BUKUNYA!"
Ji-woo, yang sedang bergulat dengan kaki Arachne, menoleh.
"Bagus! Sekarang cari halaman utangnya dan robek!"
"Tidak bisa dirobek!" teriak Yuna setelah mencoba. "Kertasnya terbuat dari kulit naga! Keras sekali!"
Nyonya Arachne tertawa histeris. "Buku Takdir tidak bisa dihancurkan oleh tangan manusia! Hanya Api Penyucian yang bisa membakarnya!"
"Api Penyucian?" Ji-woo berpikir cepat. Di mana dia bisa dapat api neraka di sini?
Lalu dia melihat The Devil's Ferrari yang dia parkir di lobi (sebenarnya jauh di atas, tapi Ji-woo punya ide gila).
Dia memegang Kunci Mobil Terkutuk.
"Ferrari!" panggil Ji-woo lewat koneksi batin kunci itu. "Dengar panggilanku! Aku butuh kau di sini! SEKARANG!"
Di lobi utama, mobil Ferrari yang sedang diparkir menyalakan mesinnya sendiri.
"PANGGILAN DITERIMA. MODE: MENEROBOS LANTAI."
Mobil itu mundur, lalu melaju kencang menabrak pintu lift... tidak, dia tidak masuk lift. Dia menabrak lantai.
Mobil hantu itu menembus lantai beton, jatuh dari Lantai 1 ke Lantai -666 secara vertikal.
BOOOOM!
Atap Departemen Arsip jebol. The Devil's Ferrari jatuh mendarat tepat di atas Nyonya Arachne, meremukkan tubuh laba-laba itu (sementara, karena dia abadi).
"Naik!" teriak Ji-woo. Dia menyambar buku merah dari tangan Yuna dan melompat ke kap mobil.
"Buku ini butuh api?" Ji-woo membuka tutup tangki bensin Ferrari.
"Mobil ini bahan bakarnya darah dan dosa. Knalpotnya mengeluarkan api neraka."
Ji-woo menempelkan buku itu ke knalpot Ferrari.
"Yuna! Gas pol!"
Yuna di kursi pengemudi menginjak gas dalam-dalam.
VROOOOM!!!
Semburan api biru keluar dari knalpot.
Buku merah itu mulai terbakar. Halaman-halamannya menghitam, tulisan utangnya mengelupas.
"TIDAK! ASET KANTOR!" teriak Arachne yang merangkak keluar dari bawah ban mobil.
Buku itu hancur menjadi abu.
Seketika, aura abu-abu di tubuh Ji-woo menghilang.
Rasa berat di bahunya lenyap.
Notifikasi sistem muncul dengan warna hijau cerah.
[HUTANG NYAWA: LUNAS]
Sisa Waktu Hidup: KEMBALI KE POSISI SEMULA (± 60 Tahun Normal).
Status Keabadian: DICABUT.
Ji-woo merasa ringan. Dia bukan lagi makhluk abadi, tapi dia juga bukan lagi mayat hidup yang dikejar waktu. Dia bebas.
"Kita berhasil!" sorak Valerius.
Tapi getaran hebat mengguncang ruangan.
Dinding belakang arsip runtuh.
Sosok bayangan raksasa melangkah masuk. Tingginya 20 meter, mengenakan jubah hakim, dan membawa palu sidang sebesar truk.
Itu adalah HAKIM AGUNG NERAKA.
"Siapa..." suaranya membuat Ji-woo merinding sampai tulang sumsum. "Siapa yang berani membakar arsipku?"
Ji-woo menelan ludah. "Oke, utang lunas. Tapi masalah baru muncul."
"Kabur?" tanya Yuna.
"Kabur," jawab Ji-woo tegas.