Impian Malika menikah dengan Airlangga kandas ketika mendapati dirinya tidur bersama Pradipta, laki-laki asing yang tidak dikenalnya sama sekali. Gara-gara kejadian itu Malika hamil dan akhirnya menikah dengan Pradipta.
Sebagai seorang muslimah yang taat, Malika selalu patuh kepada suaminya.
Namun, apakah dia akan tetap menjadi istri yang taat dan patuh ketika mendapati Pradipta masih menjalin asmara dengan Selina?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Santi Suki, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21. Mencari Tahu
Bab 21
Adzam mendatangi rumah Pradipta. Sejak subuh dia menghubungi kakaknya, tetapi tidak diangkat. Mama Aisyah yang khawatir menyuruhnya untuk melihat keadaan Malika.
Rumah dalam keadaan sepi, Adzam beberapa kali mengucapkan salam, tidak ada yang menyahut. Lalu, dia mencoba melacak keberadaan Malika lewat handphone miliknya. Titik merah menunjukkan ada di rumah itu.
"Kakak sedang apa? Kenapa panggilan aku tidak dibalas juga?" gumam Pradipta yang kembali melakukan panggilan telepon.
Lalu, Adzam mencoba bertanya kepada Pak RT. Rupanya laki-laki paruh baya itu juga tidak tahu tentang keluarga Pradipta.
Kemarin, Pradipta dibawa pergi ke rumah sakit langsung oleh Bu Mayang dan Selina. Sementara malam hari ketika datang ambulans, para warga sedang tertidur lelap. Ada pun yang terganggu oleh bunyi sirine, mereka tidak perduli dan memilih tidur. Jadi, tidak ada yang tahu apa yang terjadi kepada keluarga itu.
Sementara itu di tempat lain, Malika berhadapan dengan ibu mertua dan kekasih suaminya. Dia sangat marah kepada mereka karena sudah berniat buruk.
"Aku tahu kalian diam-diam merencanakan untuk memisahkan aku dengan bayiku dengan mengatakan kalau anak itu meninggal. Padahal sudah kalian sembunyikan, agar kalian bisa merawatnya setelah aku dan Mas Dipta bercerai. Iya, kan?"
"Heh, jangan menuduh seenaknya, ya?" bentak Selina sambil mendorong tubuh Malika.
Posisi dalam keadaan tidak siap menerima serangan mendadak ditambah kondisi tubuh yang masih lemah, Malika jatuh tersungkur. Selang infus yang tertangkap di tangannya sampai lepas, lalu tiang menimpa perutnya.
"Aaaaa!" jerit Malika kesakitan. Dia segera menyingkirkan tiang untuk infus. Tidak berapa lama kemudian wanita itu pun tidak sadarkan diri, terlihat ada darah yang merembes pada pakaiannya.
Bu Mayang dan Selina terkejut. Keduanya tidak menyangka akan terjadi seperti ini.
"Aduh, bagaimana ini?" Bu Mayang panik melihat Malika pingsan.
"Kita bawa ke ranjang pasien dulu, Bu!" titah Selina.
Kedua wanita itu menggotong tubuh Malika. Tidak lupa Selina memasangkan kembali selang infus ke tangan Malika. Sebenarnya itu cuma ditempel karena dia tidak bisa memasukan selangnya agar cairan infus masuk ke tubuh.
"Kita panggil dokter untuk memeriksa keadaan Malika," ucap Bu Mayang.
"Bu, ngapain panggil dokter. Bukannya kalau kita biarkan, dia bisa cepat mati," kata Selina senang.
Bu Mayang terdiam. Memang benar apa yang dikatakan oleh Selina. Ini adalah kesempatan untuk menyingkirkan Malika tanpa dicurigai oleh siapa pun. Dia melihat darah yang merembes semakin banyak.
"Dari mana dia tahu tentang rencana kita, ya, Bu?" Selina berpikir sambil memandangi Malika.
"Mana ibu tahu," balas Bu Mayang. "Mungkin dia memelihara jin dan memberi tahu apa yang terjadi di rumah."
Selina terdiam dan berpikir. Tiba-tiba saja sesuatu terlintas di dalam otaknya.
"Bu, sebaiknya kita segera pergi dari sini sebelum ada yang melihat kita. Bisa-bisa nanti kita dicurigai. Apalagi jika keluarga Malika mendapatkan bukti keberadaan kita di sini, bisa-bisa langsung dibawa dimasukan ke penjara," ucap Selina.
Rasa takut masuk penjara langsung menghantui Bu Mayang. Dia pun segera pergi dari sana menuju ke ruang rawat inap di mana Pradipta berada.
Sementara Selina memilih pergi dari rumah sakit. Dia berencana untuk datang ke studio foto milik Adam.
***
Adzam mencari Malika ke rumah sakit milik keluarganya. Rupanya sang kakak tidak masuk kerja.
"Mungkin dia libur hari ini karena suaminya masuk ke rumah sakit kemarin," ucap salah seorang perawat.
"Suaminya kenapa?" tanya Adzam.
"Katanya kecelakaan," jawab perawat itu menatap Adzam tanpa berkedip.
"Apa tidak dirawat di sini?" tanya Adzam lagi merasa heran.
"Tidak, Mas. Kemarin dirawat di Rumah Sakit Rajawali," jawab wanita yang memakai seragam putih.
Adzam tahu di mana lokasi rumah sakit itu. Tempatnya lebih dekat dari rumah Pradipta. Lalu, dia pun pergi ke sana.
Begitu sampai di Rumah Sakit Rajawali, Adzam mendatangi ruangan di mana Pradipta dirawat. Di sana ada Bu Mayang yang sedang menunggu pasien.
"Bu, Kak Malika mana?" tanya Adzam.
Bu Mayang gugup setengah mati ditanya sama Adzam. Dia berusaha untuk tidak terlihat cemas atau takut.
"Kemarin sore dia pulang ke rumah. Dia kan sedang hamil besar, jadi tidak boleh terlalu lelah. Apalagi setiap hari dia masih masuk kerja, belum ambil cuti," jawab Bu Mayang.
Adzam berpikir kalau kakaknya tidak mungkin teledor dalam mengurus suaminya. Apalagi melihat keadaan Pradipta seperti ini.
"Kak Malika tidak masuk kerja. Aku sudah dari sana dan tidak para perawat bilang tidak masuk kerja."
"Mungkin masih di rumah," kata Bu Mayang.
"Di rumah Ibu tidak ada siapa-siapa. Aku sudah ke sana tadi," balas Adzam.
Bu Mayang terdiam. Dia takut kejadian semalam terbongkar dan akan dituntut oleh keluarga Malika.
"Ya ... mana ibu tahu di mana Malika," ujar Bu Mayang terlihat memasang wajah lelah. Dia memang kurang tidur semalam.
Di tempat lain Selina sedang melakukan pemotretan. Ketika melihat banyak kamera, dia jadi kepikiran kalau Malika diam-diam memasang kamera tersembunyi. Mengingat ada kerabat keluarga Malika yang memiliki pasukan khusus keamanan.
"Jangan-jangan selama ini dia memata-matai kita. Makanya bisa tahu apa yang sudah direncanakan oleh aku sama ibu," gumam Selina.
Begitu selesai melakukan pemotretan. Selina menghubungi Bu Mayang agar membantu memeriksa rumah untuk mencari kamera tersembunyi yang dipasang oleh Malika.
"Apa kamu yakin Malika melakukan hal itu?" tanya Bu Mayang ketika memeriksa ruang depan.
"Aku yakin sekali. Makanya dia bisa tahu rencana kita itu," jawab Selina menghentikan pergerakan tangannya yang sedang memeriksa isi lemari hias.
"Kalau begitu, Malika melihat rekamannya menggunakan apa?" tanya Bu Mayang.
Selina baru tersadar dengan hal ini. Dia pun menepuk keningnya.
"Kita cari laptop atau ponsel punya dia, Bu. Pasti dia melihat lewat itu," jawab Selina.
Kedua wanita itu masuk ke dalam kamar Malika dan mencari laptop juga handphone. Kebetulan kedua barang itu ada di atas nakas karena semalam baru saja digunakan oleh pemiliknya.
Selina memeriksa isi laptop tidak ada yang mencurigakan. Dia juga tidak melihat adanya rekaman video. Handphone milik Malika dipasangi kode sehingga tidak bisa dibuka oleh sembarangan orang.
"Ini apa?" tanya Bu Mayang sambil menunjukkan sebuah benda berukuran kecil seperti handphone. Itu adalah laptop khusus milik Malika pemberian Rain.
Selina pun membuka benda itu. Matanya membulat karena menemukan barang langka. Dia yakin kalau laptop berukuran mini ini adalah alat yang tersambung ke rekaman kamera tersembunyi.
Begitu dinyalakan, Selina melirik ada beberapa file. Lalu, dia menekan sebuah tanda seperti rekaman video. Begitu ditekan muncul banyak sekali rekaman yang memperlihatkan keadaan rumah itu, termasuk kamar di mana mereka berada saat ini.
"Gilaa!" pekik Selina.
"Ada apa?" tanya Bu Mayang.
"Bu, rupanya Malika memasang kamera tersembunyi di semua ruangan yang ada di rumah ini," jawab Selina.
"Apa. Jadi, selama ini dia memata-matai kita!"
***
penasaran sm masa lalu yg dimaksud sm malika itu 🤔
kau menyembunyikan banyak hal Thor