Andien, gadis cantik itu tidak menyangka kedatangannya di satu desa untuk menghadiri acara pernikahan sahabatnya, membuat dirinya dibawa mahluk gaib ke suatu tempat yang tidak dia kenal.
Andien dipaksa untuk menjadi pengantin wanita di tempat yang tidak dia kenal itu..
Akankah Andien bisa selamat atau dia akan menjadi pengantin wanita di alam gaib dan tidak lagi kembali pada orang tua nya?
yukk guys ikuti kisah Andien dan jika dia selamat siapa penolong nya.?
note: ini cerita sekuel Novel Terikat Syarat Jailangkung
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arias Binerkah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 21.
“Tetap harus cek ke dokter Mas, aku khawatir kalau ada apa apa dengan Mas Syahrul. Mumpung belum terlambat. Darah yang keluar dari mulut Mas Syahrul jangan dibuang siapa tahu Dokter perlu itu, untuk dicek di laboratorium.” Ucap Ndaru yang nada suara dan ekspresi wajahnya tampak sangat khawatir.
“Pak, antar dulu ke rumah sakit terdekat yang kita lewati. Dan tinggal saja aku dan Mas Syahrul. Nanti aku dan Mas Syahrul menyusul. Dan pakai pesawat yang jadwal berikutnya.” Ucap Ndaru selanjutnya dengan suara agak keras agar Pak Sopir mendengar.
“Mas, aku juga ikut Mas Ndaru saja. Bagaimana kalau Mas Syahrul sakit serius dan harus bed rest? Mas Ndaru repot kalau sendirian menemani Mas Syahrul. Di luar kota lagi.” Ucap Fatima yang khawatir karena darah yang keluar dari mulut Syahrul agak banyak. Fatima menoleh menatap Sang Suami penuh permohonan.
“Benar Fat, repot juga kalau sendirian.” Ucap Ndaru yang akhirnya setuju jika Sang Istri ikut menemani dirinya.
“Tapi bagaimana rencana menjemput Andein jika Mas Syahrul bed rest.” Ucap Ndaru selanjutnya.
“Kalau aku harus bed rest, biar Pungki nanti yang menggantikan aku memimpin pergi ke kerajaan jin itu.” Ucap Syahrul dan Pungki yang terlelap pun terbangun karena namanya disebut oleh Syahrul dengan agak keras.
“Apa Mas?” tanya Pungki sambil mengerjap ngerjapkan kedua matanya lalu menoleh ke arah belakang.
“Mas Syahrul sakit mau ke rumah sakit dulu.” Ucap Ningrum yang ekspresi wajahnya tampak sedih. Masalah Andien belum juga mulai ditangani kini Syahrul yang akan membantu mengatasi masalah Andien malah sakit.
“Iya kalau aku harus bed rest, kamu yang memimpin pergi ke kerajaan jin itu.” Ucap Syahrul dengan tenang, tangan Syahrul pun membuka tas ransel yang ada di bawah kakinya.
“Bagaimana mungkin Mas, aku tidak bisa masuk ke kerajaan jin itu tanpa bantuan dari Mas Syahrul. Kita semua tunggu saja Mas Syahrul, tapi kasihan Andien . “ ucap Pungki tidak berlanjut dia merasa tidak sabar untuk cepat cepat menyelamatkan Andien.
“Nah kasihan Andien kan. Sampai di danau itu aku yakin kamu sudah menyelesaikan syarat kamu Pung. Dan kamu bisa masuk ke dalam kerajaan jin itu tanpa bantuanku. Aku merasa tidak sakit tapi aku pun juga khawatir karena belum pernah aku muntah daarah. Tidak ada salahnya aku cek up organ organ ku secara medis. Semoga saja tidak bed rest jadi nanti malam kita sudah bisa bersama sama lagi, di hotel tempat kita menginap di sana.” Ucap Syahrul. Lalu dia tampak mengambil keris kecil dari dalam tas ranselnya. Dia sembahyang dalam kondisi darurat di dalam mobil yang terus melaju di atas jalan raya untuk mencari rumah sakit terdekat.
Beberapa menit kemudian...
Mobil memasuki halaman suatu rumah sakit besar yang ada di pinggir jalan raya. Syahrul tampak masih sembahyang sambil memegang keris kecilnya.
“Sudah turunkan kami di depan pintu. Biar Pungki dan Ningrum langsung melanjutkan perjalanan.” Ucap Ndaru saat mobil sudah melaju pelan pelan mencari tempat untuk menurunkan penumpang.
“Mas, ayo kita turun di sini. Kita pastikan kondisi kesehatan Mas Syahrul dulu, karena kita akan melakukan perjalanan jauh. Kalau ada apa apa dengan Mas Syahrul aku yang harus bertanggung jawab pada keluarga Mas Syahrul.” Ucap Ndaru saat mobil sudah berhenti di tempat mobil boleh menurunkan pasien.
Syahrul pun membuka kedua matanya...
“Mas, bagaimana?” tanya Pungki yang sudah menoleh ke belakang karena dia tahu jika Syahrul pasti habis berkomunikasi dengan Kakek Jin.
“Hati hati juga kamu Pung. Sang Ratu ingin menggagalkan kita dalam menjemput Andien.” Ucap Syahrul dengan pelan. Semua yang mendengar terlihat khawatir dan takut. Mereka takut jika akan mengalami hal yang sama seperti Syahrul muntah darah atau hal lainnya yang lebih mengerikan.
Syahrul, Ndaru dan Fatima turun dari mobil. Mereka bertiga membawa ransel ransel mereka. Sedangkan koper besar Ndaru masih berada di dalam mobil dititip pada Pungki agar Ndaru tidak kerepotan membawakan saat di rumah sakit.
Setelah tiga orang itu turun. Mobil pun kembali berjalan meninggalkan halaman rumah sakit untuk melanjutkan perjalanan menuju ke bandara, menyusul mobil keluarga Andien yang sudah semakin jauh. Anak anak muda itu memang tidak mengabari orang orang tua kalau Syahrul sakit agar tidak panik.
Mobil yang membawa Pungki dan Ningrum terus melaju di atas jalan raya.. Pak Sopir semakin menambah laju kecepatannya..
“Pung jangan tidur lagi.” Ucap Ningrum yang kini duduk sendiri di belakang jok kemudi.
“Iya, rasa kantuk ku juga sudah hilang, karena masalah yang tiba tiba datang.” Ucap Pungki yang terus menatap ke arah depan dengan serius.
“Semoga Mas Syahrul baik baik saja, dan bisa melanjutkan perjalanan meskipun pakai jadwal penerbangan berikutnya.” Ucap Pungki selanjutnya dengan penuh harap.
“Aammmiiinnnn...” ucap Ningrum dia pun berharap Syahrul sehat sehat saja.
Mobil terus melaju dengan kecepatan penuh karena jalan raya sepi dan masuk di jalur cepat.. Akan tetapi dari jarak seratus meter di depan mata Pungki melihat sesuatu yang tidak wajar berada di tengah jalan..
Bulu kuduk Pungki meremang dan kening Pungki mengernyit untuk memastikan dengan apa yang dia lihat..
“Bagaimana mungkin di tengah jalan ada ogoh ogoh besar.” Gumam Pungki saat melihat sosok kera yang sangat besar berdiri di jalan jalur mobil yang mereka tumpangi.
“Kera besar apa ini yang dimaksud pesan Mas Syahrul tadi.” Gumam Pungki di dalam hati. Semakin dekat semakin jelas, dan Pungki heran sebab Pak Sopir tampak tenang tenang saja. Mulut Pak Sopir tidak berkomentar apa pun dan tampak tidak berancang ancang untuk mengubah jalur..
“Awas Pak di depan ada kera besar berdiri di jalur kita!” teriak Pungki sebab mobil semakin mendekati kera besar itu.
“Mana Mas tidak ada apa apa di depan.” Ucap Pak Sopir dan tampak serius melihat ke depan tetapi tetap saja tidak melihat apa apa. Mobil yang ada di depan nya pun juga jauh dalam jarak sangat aman.
Ningrum yang duduk di belakang pun menegakkan punggungnya untuk melihat ke depan..
“Iya Pung, kosong tidak ada apa apa.” Ucap Ningrum yang juga tidak melihat kera seperti yang dikatakan oleh Pungki.
“Kamu halusinasi saja mungkin Pung. Pengaruh kamu sedang puasa kurang aqua mungkin....” Ucap Ningrum selanjutnya dan dia pun menyandarkan lagi punggung nya di sandaran jok. Ningrum yang belum tahu perubahan yang sudah terjadi pada diri Pungki pun masih menganggap Pungki seperti yang dulu.
Mobil terus melaju tanpa mengubah jalur...
“Awaaaaasssss!” teriak Pungki dengan sangat keras..
....
genting ini...
kasihan andinnn
hp br bener.