Wife Of Heaven The King Of Hell

LEDAKAN di dalam array dewa tampaknya bisa terdengar hingga puluhan kilometer. Gempa dan kerusakannya juga tidaklah kecil.

Di wilayah Utara, pegunungan es, seorang pria tua mengelus janggut putihnya. Alisnya sedikit merajut saat pandangannya menyapu ke sisi lain.

Pria tua berjanggut putih itu berdiri tegap di sebuah bebatuan pegunungan es, jubah putihnya berkibar tertiup angin.

Ada sedikit rasa kagum di matanya dan senyum kecil dari wajah tegasnya lebih rileks. Cahaya keemasan di sisi lain, ledakan dahsyat itu terlihat di matanya.

"Array dewa," gumamnya takjub. "Sudah lama sekali aku tidak melihat ledakan array dewa. Metode membunuh war craft beast kuno ini, sangat baik."

Seorang pria jangkung bersurai perak muncul dari udara, mendarat di belakang pria tua itu. Hanfu hitam dengan zaoshan naga emasnya berkibar.

Wajahnya yang jahat menampilkan senyum tak berdaya, lemah namun mematikan. Auranya tampak mendominasi dan sombong.

"Tidak menghentikan ledakan itu? Bukankah para binatang roh kuno adalah peliharaanmu?" tanyanya tidak hangat atau dingin.

"Dia adalah masa depan Kaisar. Lagipula, itu hanya binatang tua yang terlalu lama untuk hidup. Dunia kecil ini akan segera terbuka secara umum, menyingkirkan beberapa masalah bagus juga." Pria tua berjanggut putih menjawab dengan sopan.

...----------------...

NOTE: Zaoshan itu semacam jubah belah yang lebih besar dengan lengan lebar. Biasanya dipakai setelah memakai hanfu. Kebanyakan dipakai oleh pria.

...----------------...

Jika Fu Chan Yin melihatnya, pasti akan sangat terkejut. Dia itu adalah orang yang sama dengan pria berhanfu hitam di Hutan Tujuh Pagoda, hanya warna surai yang membedakan.

"Raja ini tidak akan menyesal memilihnya."

Kehadirannya tak luput dari pandangan pria tua berjanggut putih. Melihat kedatangannya, ada sedikit rasa hormat yang tak ada habisnya. Ia segera berbalik dan mengangguk sedikit.

"Tidak buruk," katanya seolah-olah paham. "Kesehatanmu membaik. Selamat kepada Kaisar."

"Semua berkat perawatanmu," kata pria bersurai perak itu lembut. Tampaknya tidak ada rasa ketidaksukaan di dalam nada bicaranya, itu murni dari hati.

"Kaisar terlalu peduli. Yang Tua ini hanya bisa memadukan aster api tapi tidak dengan pemulihan kekuatan Kaisar." Pria tua berjanggut putih sedikit iba.

"Aku sudah merasa lebih nyaman. Cepat atau lambat, semuanya akan menjadi lebih baik."

"Meski begitu, kamu masih sangat lemah. Apakah orang-orang itu tahu kamu masih hidup?" tanyanya khawatir, mengalihkan topik.

Dunia ini mulai berantakan. Dunia Dewa-dewi mulai bergerak untuk menduduki takhta dunia langit. Tapi pria tua berjanggut putih itu menebak bahwa mereka tidak akan berani berurusan dengan para penguasa Dunia Alam Baka.

Sejak jatuhnya Kaisar Iblis, mereka bahkan lebih berani.

"Saat ini belum. Tapi perubahan di Dunia Iblis, mereka pasti mengetahuinya," jawab pria bersurai perak itu tampak merenungkan sesuatu. Tangannya terkepal di bawah lengan jubahnya.

"Kaisar Iblis dari Dunia Bawah seharusnya bisa membantumu ...."

"Aku telah memutuskan untuk tinggal di dunia langit, pergi ke sana hanyalah melanggar sumpah. Tidak bisa menghubungi para penguasa di sana untuk berurusan dengan Dunia Dewa-dewi."

"Apakah kamu yakin? Dunia Atas sangat kecil, tidak sebanding dengan dunia bawah. Kekuatanmu tidak akan meningkat lagi jika tidak berkultilvasi di Dunia Alam Baka," jelasnya.

Pria bersurai perak itu mendesah dan ada sedikit kedinginan di matanya. "Sayangnya Dunia Alam Baka adalah alam yang tidak bisa aku masuki."

Mendengar kata-katanya yang penuh penyesalan, pria tua itu mengerti. "Hukum dunia langit dan dunia bawah berlaku. Semuanya memiliki tujuan dan fungsinya masing-masing. Satu hal yang tidak membuat rakyat dunia bawah memasuki pintu Dunia Alam Baka hanya satu, terlalu tinggi."

"Itu benar." Pandangan pria bersurai perak tertuju pada arah ledakan array dewa. Matanya sedikit menyipit.

"Ini juga masalah, tapi ...."

Pria tua berjanggut putih juga menatap lurus ke tempat ledakan dahsyat tadi terjadi, memikirkan sesuatu. Sepertinya semua ini memang takdir bintang phoenix.

Seseorang yang bisa mendukung pria bersurai perak itu hanya ada satu orang saja ....

"Bintang phoenix-mu bisa," lanjutnya penuh harapan.

Mendengarkan perkataannya, mata pria bersurai perak itu bersinar dengan sesuatu yang tersembunyi. Bibir tipisnya membentuk kurva misterius. Ia segera pergi dari sana tanpa pamit.

Pria berjanggut putih yang melihat tingkah lakunya hanya menghela napas dan menggelengkan kepala. Anak muda zaman ini, benar-benar penuh gairah hidup ... Pikirnya.

"Yahh ... Kuharap Kaisar benar-benar bisa mendapatkan hati bintang phoenix ini. Sulit untuk menerima ras iblis," katanya sambil tersenyum, lalu duduk bersila dan masuk dalam mode kultivasi.

Kembali ke situasi di hutan yang menyedihkan, pohon-pohon berusia ratusan hingga ribuan tahun itu tumbang dan patah. Ledakan berakhir dengan cepat, debu beterbangan dan suasana hutan menjadi sunyi.

Hantu laki-laki yang sedikit terkena dampaknya segera muncul dari udara tipis dengan wajah pucat. Ia melayang ke atas untuk melihat situasi hutan dan tercengang.

Hutan yang rimbun dan tampak mencekam beberapa saat lalu telah berubah menjadi reruntuhan seluas danau yang besar.

Dinding array di tengah masih aktif tapi war craft beast kuno di dalamnya tampak tergeletak tak bernyawa.

Semuanya mati, mati!!

Betapa terkejut konyol hantu laki-laki itu setelah pikirannya kembali ke dunia.

Bukankah ia baru saja mengatakan jika mode pembunuh array yang digunakan oleh kekuatan Fu Chan Yin hanya akan memberi dampak kecil?

Seperti semut menggigit kulit gajah?

Tapi sekarang, seberapa tebalnya kulit gajah, lubang belalai mereka lembut dan lemah.

"Sangat mengerikan. Aku tidak tahu akan sebesar ini dampaknya. Gadis itu ... Oh, gadis itu!!"

Dia teringat pesan dari keempat makhluk suci ilahi kuno untuk menjaga dan mengawasinya. Jika nanti gadis itu keluar dengan cedera, ia bisa dilenyapkan oleh Whitely.

Setelah musuh dibunuh, array dewa perlahan menyusut dan berubah menjadi secercah cahaya keemasan yang membentuk phoenix kecil.

Cahaya itu melesat menuju ke salah satu pohon besar yang tumbang, kembali ke gulungan yang dipegang Fu Chan Yin.

Melihat itu, hantu laki-laki mulai teringat dengan gadis manusia bodoh yang memiliki kemampuan seperti monster. Ia mengutuk dalam hati dan sedikit panik.

Bisakah gadis itu bertahan hidup setelah tersapu gelombang energi yang besar?

Saat memikirkannya, ia merasa ada seseorang yang memperhatikan, tapi entah siapa. Alisnya berkerut dan melihat sekeliling namun tidak ada siapa-siapa. Ia yakin, ledakan energi dalam array tadi mungkin memancing perhatian pencipta dunia kecil ini.

"Gadis manusia? Gadis manusia, masihkah kau hidup?" teriaknya sedikit gelisah.

Ia turun dan menuju sumber cahaya keemasan tadi menghilang dibawah pohon.

Tak berapa lama, potongan pohon besar di dekatnya sedikit bergerak. Dalam sekejap, itu terpental dan salah satunya menembus pohon di dekat hantu laki-laki. Hantu itu menggerutu, jika dirinya bukan hantu maka tubuhnya yang indah akan dicium pohon.

"Lagi-lagi gadis manusia itu ceroboh. Tadi pedang, sekarang batang pohon. Aku harap lain kali bukan beruang!" gerutunya.

Sosok Fu Chan Yin yang tertindih pepohonan tumbang itu mencoba bangun. Setelah batuk darah, dadanya terasa sakit.

"Hantu Yan, apa kau baik-baik saja?" tanyanya.

"Pikirkan dirimu sendiri saja. Lihatlah kondisimu sebelum menanyakan kondisi orang lain. Apakah kamu baik-baik saja?" Hantu laki-laki terlihat panik.