Raya naksir dosen baru di kampusnya, dan kebetulan dosen itu juga yang dijodohkan dengannya. Tapi sayang, dia harus memperjuangkan perasaannya, karena suaminya berhati sedingin kutub selatan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratu Asmara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
HILANG RESPEK
Setelah jam makan malam, Raya langsung menuju ke balkon. Di sana dia memainkan game di ponselnya. Sekedar untuk mengisi waktu sebelum rasa kantuk menyerang.
Tadi, saat di meja makan, seperti biasa, dia makan bersama dengan Bagas. Bedanya, malam ini Raya tidak bicara sama sekali dengan suaminya. Walaupun wanita itu mendiamkan Bagas, dia tetap menyiapkan hidangan yang akan dimakan oleh suaminya. Raya tidak melupakan tugasnya sebagai seorang istri.
Menyadari Raya tidak ada di kamar, Bagas pun mencarinya ke balkon. Ada sebuah senyum tipis yang tercipta saat dia mengetahui Raya benar ada di sana. Lelaki itu melangkah ragu ke arah istri kecilnya, dan duduk di ujung sofa yang di sana juga ada Raya.
"Tadi mama telepon. Dia mengundang kita makan malam di rumahnya besok." Bagas mengutarakan tujuannya mencari Raya. Memang beberapa menit yang lalu ibunya baru saja menelepon.
"Maaf, Mas. Aku nggak bisa. Besok aku diundang ke acara ulang tahun temanku. Mas datang aja sendiri," sahut Raya tanpa mengalihkan pandangannya dari layar ponselnya.
"Raya, besok itu juga hari ulang tahun mama. Kita harus datang ke sana. Kalau saya sendiri yang ke sana, nanti mereka mikir yang tidak-tidak dengan pernikahan kita." Bagas berusaha merayu.
Padahal biasanya Raya antusias. Sekarang wanita itu bahkan hanya merespon sekedarnya saja. Beberapa menit lalu Bagas sempat berpikir kalau kesempatan ini bisa membuat hubungannya dengan Raya membaik. Ternyata tidak.
"Mas Bagas sendiri yang bilang, kalau kita tidak perlu drama di depan mereka. Biarkan saja mereka tahu, karena memang kenyataannya hubungan kita tidak baik. Tidak perlu ditutupi, bukan?"
Skakmat! Bagas tidak mengira kalau Raya akan membalikkan kata-katanya itu. Kalimat yang pernah dia ucapkan saat ibunya datang ke rumah mereka beberapa saat lalu.
"Saya minta maaf soal itu, Raya. Saya mengaku salah. Tidak seharusnya saya bicara seperti itu ke kamu. Saya mohon, tolong usahakan untuk bisa menghadiri makan malam besok."
Raya tidak menanggapi hingga beberapa saat. Tangan, dan matanya fokus pada permainan yang tengah dimainkannya.
"Ajak saja pacar kamu, Mas. Dia kan pasangan kamu yang sebenarnya. Sekalian bilang sama orang tua kamu kalau selama ini kamu hanya terpaksa menerima pernikahan kita. Siapa tahu kamu beruntung, mereka memberi restu, dan kalian bisa menikah secepatnya." Raya menyampaikan pendapatnya. Setidaknya mungkin itu yang Bagas butuhkan sekarang.
"Kamu sadar bicara seperti ini?" tanya Bagas dengan nada serius.
"Ya sadar, Mas. Memangnya sekarang aku sedang mabuk? Daripada kamu menodai kesucian pernikahan dengan menjalin hubungan bersama wanita lain, ada baiknya kamu jujur saja sama mereka."
"Apa ini karena Martin? Kamu sudah berpindah hati ke dia sekarang?"
Pertanyaan yang Bagas lontarkan membuat Raya langsung keluar dari game yang dimainkannya. Wanita itu meletakkan ponselnya ke atas meja kecil yang ada di sampingnya, dan menatap Bagas dengan tatapan tajam.
"Kalau Mas mikirnya gitu, ya silakan aja. Aku nggak masalah jadi kambing hitam. Seharusnya Mas mikir dua kali buat nuduh aku ada hubungan dengan laki-laki lain. Asal Mas Bagas tahu, perasaan yang tulus tidak akan semudah itu hilang. Aku di sini hanya ingin membuat Mas jujur ke orang tua Mas. Kalau dari awal aku tahu Mas punya pacar, aku juga tidak akan nekat mendekat. Aku anti merebut pasangan orang."
"Untuk sekarang saya belum bisa ambil keputusan, Raya. Saya tidak mau menghancurkan pernikahan kita, dan saya juga tidak bisa mengusir Kinan dari hidup saya. Dia juga sudah berkorban untuk memenuhi janjinya pada saya. Tolong kamu mengerti."
Raya sudah bisa menebak soal itu. Dia tahu kalau Bagas masih berat untuk melepaskan Kinan. Mungkin karena mereka sudah pernah bersama dalam waktu yang lama, atau mungkin juga ada alasan yang Raya tidak tahu apa.
"Terserah kamu saja, Mas. Aku tidak terlalu memikirkan itu. Apapun keputusan kamu nanti, aku terima."
Setelah mengatakan itu, Raya segera beranjak dari tempatnya semula, masuk ke dalam kamar, naik ke atas ranjang, dan menutupi dirinya dengan selimut. Walaupun dia belum mengantuk, Raya tetap memejamkan matanya. Hatinya sakit, tetapi dia tidak bisa melakukan apapun untuk meringankannya.
Bagas mengacak rambutnya sendiri. Dia sadar kalau pembicaraannya dengan Raya justru memperburuk suasana. Bagas sangat merindukan Raya yang selalu mencari perhatian darinya. Sekarang semua terasa hampa. Sikap manja, dan penuh goda dari wanita itu pun ikut hilang.
Lelaki itu kemudian memutuskan ikut masuk ke kamar, dan menutup pintu yang menghubungkan kamar mereka dengan balkon. Bagas sempat melihat ke arah ranjang, dan menemukan Raya yang sudah memejamkan mata, sebelum akhirnya dia pergi ke kamar mandi.
Bagas segera naik ke atas ranjang sekembalinya dia dari kamar mandi. Dia sempat menghadap ke arah Raya yang memunggunginya, sebelum akhirnya memilih ikut memunggungi sang istri.
Saat akan memejamkan mata, nada pesan di ponsel Bagas berbunyi. Lelaki itu kemudian mengulurkan tangannya, dan mengambil ponsel yang dia letakkan di atas nakas.
"Bagas, aku demam. Tolong belikan obat, aku tidak bisa keluar apartemen sekarang. Nanti aku akan kirim alamat apartemenku. Aku tidak tahu harus minta tolong siapa. Aku baru tinggal seminggu di sini."
Pesan itu dikirimkan oleh Kinan. Sejak awal mereka berpacaran, Bagas tahu Kinan memiliki riwayat demam, dan juga alergi dingin yang cukup parah. Setelah membaca pesan itu, Bagas membatalkan rencananya untuk tidur. Dia bangkit dari tidurnya, mencari jaket, kunci mobil, lalu keluar dari kamar.
Raya yang tidak benar-benar tidur mengubah posisinya menjadi telentang. Mata wanita itu terbuka lebar. Dia tahu pasti, siapa yang membuat suaminya lebih memilih meninggalkan ranjang, padahal sudah bersiap untuk tidur.
"Aku pikir hatiku sudah sekuat baja, Mas. Sayangnya melihat kamu memperhatikan wanita lain sampai seperti ini membuatku rapuh. Kurasa, aku tidak perlu menunggu untuk tahu siapa yang kamu pilih. Sudah pasti kamu akan pilih dia, kan? Karena dari awal aku memang bukan tipe wanita idamanmu."
Raya akhirnya tidak bisa tidur. Dia memilih keluar kamar, dan turun ke lantai dasar. Wanita itu berjalan perlahan ke arah dapur, dan memutuskan untuk membuat secangkir kopi.
"Nyonya belum tidur?" tanya mbok Siti yang tiba-tiba saja muncul.
"Mbok mengagetkan saja. Iya, saya tidak bisa tidur. Mbok sendiri?"
"Saya dari toilet, Nyonya. Mendengar ada suara dari dapur, makanya saya kemari."
"Oh, begitu? Mbok mau nemenin saya minum kopi?" tawar Raya ragu. Dia sebenarnya tidak biasa sendirian di sebuah ruangan saat malam.
Wanita paruh baya itu pun langsung menarik kursi yang ada di sebelah Raya, dan duduk di sana.
"Mau, Nyonya. Kalau mau ditemenin cerita juga boleh. Saya tahu, barusan tuan Bagas keluar, kan? Tidak biasanya, pasti ada sesuatu. Kalau keberatan cerita juga tidak masalah. Mbok akan menjadi teman saja buat Nyonya Raya."
Raya menatap asisten rumah tangganya itu. Dia mempertimbangkan apakah dia harus bercerita atau memendam semuanya sendirian.
kinan pantas dpt yg lebih baik darinya😀
ndang gass kinan ...
tp klo bagas pintar hrsnya bagas sadar dgn sikap kinan sprti it berarti dia bkn wanita baik2.kesannya kinan itu jalang beneran yg lg kegatelan minta digaruk ama trenggiling thor....
dosen kok kelakuannya minim akhlak balik aj ke tk lajut sekolah mondok 😁😁😁
mo bagas ngapain aj ma pacarny raya g peduli yg penting dia ttp fokus kuliah d berteman dg spapun.happy slalu saat di dpn bagas.
menurut ak stlh ap yg sdh raya ketahui dr si bibik.mending raya pergi dari rumah itu tp hrs izin bagas dulu.klo memang akn meneruskan pernikahany baikny jauhi bayang2 mantan.apalg it rmh suaminy hasil beli ber2 ama mantany.scr tdk lgsng raya sama aj ikut menzolimi mantan suaminy krn sdh tau.kecuali mantany sdh mengikhlaskany.dr pd nanti dihujat mantan pak su mending raya melipir keluar dr rmh it d cari hunian sendiri entah itu ngekos at ap .yah....emang raya g salah tp tetap dia akn ikut terseret krn kelakuan suaminy yg g punya ketegasan d tanggung jawab pd keputusan yg diambil.aliase pengecut berkedok berbakti nurut sama orang tua .tp yg ad penjahat yg akn menyakiti banyak hati terutama istri d para orang tua bila sdh tau semua yg terjd
jujur klo suami yg menghargai pernikahn pasti klo niaty mo nolong wanita ln aplg mlm2 hrsy ajk istriy.agr tdk ad kesalh pahaman.nah ini...org emang egois d maruk.maunya dptin semuany demi nama baik diriny sendiri