Fianasya sari juga ingin merasakan kasih sayang dari orang tuanya. Papa Fia sangat sibuk dengan pekerjaannya, sampai tidak ada waktu untuk anaknya. Sedangkan mamanya sama sekali tidak perduli dengan Fia, bagi Sarah Fia hanya beban dan tidak bisa apa-apa. Tidak ada yang bisa di bangakan dari Fia. Beda dengan abangnya, di usia muda sudah memiliki usaha.
Mampukah Fia bertahan dengan keluarga yang seperti itu ?
Apakah orang tua Fia akan menyayangi Fia suatu saat nanti ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fianaqila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 21
“Saya tidak menyangka kalian selicik dan sejahat ini.” Ucap Dilon dengan tatapan tajam, melihat satu per satu anggota keluarga mamanya itu.
“Dilon kamu bicara apa sih nak.” Ucap Lalita seakan-akan mereka sedang tidak membicarakan dilodan juga Fia.
“Saya sudah mendengar semuanya, saya sudah tahu niat jahat kalian.” Ucap Dilon lantang.
“Dilon tadi kami hanya bercanda, mana mungkin kami membenci kamu dan juga Fia.” Ucap Lalita kepada keponakannya.
“Bercanda kalian bilang! yang saya dengar tadi bukanlah bercandaan tapi serius, dan sayangnya saya lebih percaya dengan ucapan kalian yang tadi di bandingkan ucapan kalian yang sekarang.” Ucap Dilon.
Dilon memutarkan rekaman yang dia rekam tadi, semuanya kaget mendengar hal itu.
Anjani mendekati cucunya “Kamu salah paham Dilon, mana mungkin kami ini membenci kamu dan juga adik kamu.” Ucap Anjani yang sengaja di lembut-lembutkan.
“Saya tidak percaya dengan anda, nyonya Anjani.” Ucap Dilon kepada cucunya itu.
“Saya pastikan kalian akan menyesal karena telah melakukan semua ini terhadap saya dan adik saya.” Ucap Dilon dan melangkah pergi ke kamarnya.
Sedangkan mereka yang berbeda di lantai bawah merasa panik dan khawatir, ancaman Dilon membuat mereka berpikir buruk. Dilon terkenal dengan anak yang tidak akan segan-segan untuk menyakiti orang yang sangat dia benci.
“Bagaimana ini?” tanya Raisya khawatir.
“Kita harus cegah Dilon pergi dari sini, jangan sampai Toni juga mengetahui hal ini.” ucap Anjani.
“Ya ma, aku akan cegah Dilon pergi dari sini.” Ucap Lalita.
Bi sini yang mendengar itu langsung pergi ke atas menemui Dilon di kamarnya.
Tok, tok, tok.
“Kenapa bi?” tanya Dilon setelah membuka pintu dan melihat orang yang mengetuk pintu kamarnya.
Bi Siti memberitahukan apa yang dia dengar. Dilon yang mendengar merasa kesal dan marah. Dilon ingin menghampiri keluarga mamanya itu namun di cegah oleh bi Siti.
“Bibi punya rencana den.” Ucap bi Siti.
“Apa bi?” tanya Dilon kepada Bi Siti.
Bi Siti membisikkan rencananya kepada Dilon, Dilon pun mengangguk paham dan tidak jadi menemui keluarga mamanya itu.
. . .
Toni telah menelpon anaknya dan ternyata anaknya juga sudah memutuskan untuk tidak tinggal di rumah itu, sekarang Toni hanya perlu mengemasi barang-barangnya dan meninggalkan rumah itu.
“Toni kamu sudah pulang nak.” Sambut Anjani namun Toni tidak menggubris dan langsung pergi ke ruang kerjanya.
Toni memanggil bi Siti untuk mengemasi barang-barangnya yang ada di dalam kamar sedangkan dirinya akan membereskan barang-barangnya yang ada di ruangan kerjanya.
“Dasar menantu tidak sopan.” Ucap Anjani karena menantunya itu tidak menggubris ucapan mertuanya.
Tidak lama Sarah pun datang dan menanyakan keberadaan suaminya itu.
“Ma, mas Toni dimana mana?” tanya Sarah.
“Mama lihat dia pergi ke ruangan kerjanya.” Ucap Anjani.
Sarah yang ingin ke ruangan kerja suaminya terhenti kala mendengar pertanyaan dari Adiknya.
“Mbak sebenarnya ada apa sih?” tanya Lalita.
“Nanti akan mbak jelaskan, sekarang mbak harus menemui mas Toni dulu.” Ucap Sarah.
Sarah langsung menuju ke ruangan kerja suaminya.
“Mas dengerin aku dulu mas! jangan seperti ini.” Ucap Sarah berusaha untuk menjelaskan kepada suaminya.
“Semuanya sudah jelas Sarah, apa yang aku dengar sudah cukup jelas.” Ucap Toni dengan suara tinggi.
Mereka yang mendengar suara Toni pun memutuskan ke lantai atas.
“Mas itu semua tidak benar mas, aku, aku hanya bercanda saja mas.” Ucap Sarah yang tidak tahu lagi harus bicara apa.
“Apa bercanda kamu bilang. Dengar baik-baik Sarah, aku sebenarnya sudah mengetahui perselingkuhan kamu dengan laki-laki itu, aku hanya mencari bukti untuk memudahkan perceraian kita Sarah.” Ucap Toni yang membuat semuanya kaget.
“Jadi kamu sudah mengetahui semuanya Toni?” tanya Anjani setelah masuk ke ruangan Toni.
“Ya, bahkan aku sudah mengajukan perceraian kita.” Ucap Toni melihat ke Sarah dan menyerahkan surat panggilan dari pengadilan.
“Toni kamu jangan bertindak gegabah, semuanya bisa di bicarakan baik-baik, tidak dengan cara seperti ini nak. Apa kamu mau membuat papa kamu dan almarhumah suami mama kecewa karena kamu mengambil keputusan ini.” Ucap Anjani.
Sarah hanya diam melihat surat dari pengadilan, tanpa dia ketahui Toni sudah melangkah sejauh ini, bahkan surat dari pengadilan saja sudah ada.
Sarah belum ada persiapan apapun, bahkan dia belum ada pengacara yang akan mendampingi dirinya, Sarah tidak mau restoran dan rumah jatuh ke tangan Toni.
Sarah juga tidak mengetahui kalau rumah yang ia tempati ini sudah di gadaikan oleh adiknya. Entah bagaimana caranya Lalita mendapatkan sertifikat rumah sehingga Lalita bisa mengadaikannya.
“Aku sama sekali tidak bertindak gegabah, aku sudah memikirkan semuanya baik-baik dan keputusan aku sudah bulat, aku dan Sarah akan bercerai.” Ucap Toni serius dengan sangat yakin dengan keputusan yang telah di ambil.
“Mas Toni tidak mau memikirkan lagi mas, kasihan loh anak-anak, mereka pasti sangat sedih melihat orang tuanya berpisah. Apa mas tidak kasihan sama Fia dan juga Dilon.” Ucap Lalita.
Lalita sangat takut jika Toni dan Sarah berpisah lalu siapa yang akan membayar hutang-hutangnya di rentenir.
Apalagi jika Sarah mengetahui bahwa dirinya telah mengadaikan rumah ini dan dirinya tidak mampu membayarnya maka dia bisa habis dimarahi oleh Sarah.
Lalita berencana akan membicarakan hal ini kepada Toni saja karena dari sudut pandang Lalita, Toni itu mudah untuk di bujuk dan dirayu. Kalau pun Toni marah Lalita yakin pasti tidak semenakutkan Sarah. Jadi tidak masalah Kalau dirinya di marahi oleh toni. Namun sekarang harapannya pupus karena Toni dan Sarah akan bercerai.
“Saya tetap pada keputusan saya. Dan tidak usah menyangkut-pautkan masalah ini dengan anak-anak.” Ucap Toni dan pergi dari sana membawa barang-barangnya.
“Sarah kenapa kamu diam saja, hentikan suami kamu agar tidak pergi.” Ucap Anjani yang melihat anaknya diam saja tidak bertindak apapun.
Anjani benar-benar tidak mau hidupnya sengsara dan jauh dari kemewahan. Anjani ingin selalu hidup enak. Anjani tidak mau hidup susah dan serba berkecukupan.
“Iya ma.” Ucap Sarah dan mengejar suaminya itu.
Yang lainnya pun mengikuti dari belakang. Terlihat sekarang Toni sedang memasukkan barang-barangnya ke mobil.
“Mas jangan seperti ini, kita bisa menyelesaikan semuanya baik-baik, tidak usah dengan cara berpisah mas.” Ucap Sarah memegang lengan suaminya.
Toni yang tidak lagi sudi di sentuh oleh istrinya, menghempaskan tangan Sarah dengan kasar.
“Sampai bertemu di pengadilan Sarah.” Ucap Toni dan masuk ke dalam mobil.
Dari kaca spion mobil Toni dapat melihat Sarah yang mengejar dirinya. Toni pun semakin melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Sarah pun akhirnya tertinggal.
