NovelToon NovelToon
Ramadan In Love

Ramadan In Love

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:17k
Nilai: 5
Nama Author: Astéria Omorfina

Putus dari Karina tidak membuat Rama larut dalam kesedihan. Justru dengan putusnya dia dengan Karina merupakan hal yang baik, karena Karina ternyata pintar bermain di belakang Rama.
Kehadiran seorang gadis bersahaja dalam hidup Rama, telah membuat semangatnya yang meredup, bersinar kembali. Tetapi ada saja pihak-pihak yang ingin memisahkan Rama dengannya. Bagaimana perjalanan kisah mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Astéria Omorfina, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21 Pengantin Baru

Seperti layaknya pasangan yang baru saja menikah, Rama dan Aisyah melakukan adaptasi sebagai suami istri. Pertama kalinya, mereka merasa canggung karena harus berada dalam satu ruang, yaitu kamar pribadi mereka.

Baik Rama maupun Aisyah, malam itu adalah malam pengantin mereka. Meski begitu mereka tidak tahu apa yang harus dilakukan. Aisyah tampak gelisah, dia berpikir bagaimana caranya agar dia tidak canggung ketika hanya berdua dengan Rama untuk yang pertama kali. Mereka bahkan duduk berjauhan. Rama duduk di kursi dekat jendela, sedangkan Aisyah duduk di ranjang.

“Aisyah!” panggil Rama kepada istrinya yang tampak masih kikuk. “Ke sini sebentar, istriku sayang.”

“Iya, Mas,” jawab Aisyah. Wajahnya sedikit tegang ketika mendekati Rama.

“Kemari. Aku mau tanya sama kamu.”

“Iya, Mas. Boleh.” Aisyah duduk di samping Rama.

“Apa yang dulu kamu pikirkan sebelum menikah?”tanyanya serius.

Aisyah terdiam, dia menarik napas perlahan. Rama mulai mendekatinya, duduk di sampingnya.

“Aku berpikir menikah itu salah satu sunah dalam agama kita. Sebagai salah satu tata cara mengatur kelangsungan hidup dan meneruskan keturunan.” Jawaban yang sangat cerdas dari seorang Aisyah. Rama menyukainya.

“Contohnya dengan apa?” tanya Rama kian mendekat. Aisyah beringsut perlahan menghindari Rama. Dia bahkan kini berdiri dan menjauhinya.

“Kenapa kamu menghindariku? Bukankah aku suamimu? Apa saja tugas istri pada suami?”

Aisyah tidak menjawab. Dia masih takut dengan Rama. Rama pantang menyerah. Dia terus melancarkan serangan-serangan lewat kata-katanya agar gadis itu mengerti apa yang saat ini jadi keinginannya.

“Kamu mau aku marah lagi?”Rama pura-pura kecewa.

“Ya silakan aja. Biar Bunda dan Ayah tahu, kalau kamu suka ngambek.”

Rama terkekeh. Dia ikut berdiri dan mendekati Aisyah.

“Kamu mau apa sih, Mas?”

“Bukankah tugas istri itu melayani suami dengan sebaik-baiknya?”

“Iya, aku sudah tahu kewajibanku.”

“Kenapa tidak kamu jalankan?”

“Aku tidak tahu keinginanmu.”

“Oke. Sekarang layani suamimu ini.” Perut Rama terdengar keroncongan. Dia tahu, dirinya dan Rama hanya makan sedikit. Mereka banyak menghabiskan waktu bersama teman-teman saya.

“Kamu lapar? Duh kasihan suamiku. Bentar ya, aku ambilkan makanan.”

“Jangan, Ais. Jangan!” cegah Rama menutup pintu ketika Aisyah hendak melangkah keluar.

“Ada apa lagi?” Aisyah bertanya. keheranan.

“Sebaiknya kita makan berdua di luar, yuk!”

Rama menggandeng tangan Aisyah. Dia merasakan adanya getar-getar halus yang terus menghangat di seluruh aliran darahnya. Rama menoleh ke arah istrinya.

“Kalau begini sudah boleh, kan?” Rama mendaratkan satu kecupan di pipi Aisyah. Muka gadis itu merah merona, dia tidak keberatan, justru bahagia.

Keduanya sampai di ruang makan. Sepi. Semua orang telah beristirahat karena lelah, setelah seharian ikut berbagi kebahagiaan dengan Aisyah dan Rama. Peran barunya sebagai seorang istri kini dijalankannya. Dia melayani Rama dengan sebaik-baiknya. Menemaninya makan hingga selesai.

“Kamu nggak makan?”tanya Rama.

Aisyah menggeleng. Rama menatapnya. Aisyah tampak cuek tidak berselera.

“Atau mau aku suapin?” goda Rama.

“Nggak usah! Aku bisa makan sendiri.”

“ Bukan begitu, istriku. Kita harus saling berbagi. Suka maupun duka kita hadapi bersama.”

“Apa hubungannya dengan makanan?”

“Ibarat begini, ketika kita diberikan rejeki banyak ataupun sedikit, hendaknya disyukuri. Begitu juga ketika ada makanan seperti ini kita makan berdua. Bahkan jika adanya cuma garam, ya harus kita syukuri. Jangan sia-siakan makan. Untuk itu ayo rejeki yang ada kita nikmati bersama, sayangku.” Rama mencoba merayu Aisyah. Dia ingin tahu seberapa tangguh kekuatan hati Aisyah menghadapi godaan-godaan Rama.

“Ya sudah. Habiskan saja, Mas. Aku buatin teh hangat dulu.” Aisyah meninggalkan Rama yang tampak lahap menyantap makanannya.

Beberapa menit berlalu. Keduanya memilih duduk di teras belakang yang langsung menghubungkan dengan jalan menuju panti. Malam itu langit cerah, bintang berkelipan menghiasi malam. Dua sejoli yang baru saja sah itu menikmati kebersamaan mereka berteman hawa malam yang menusuk tulang. Sesekali Aisyah menggigil terkena terpaannya.

“Kamu kedinginan?”

Aisyah hanya mengangguk. Dalam hati dia sebenarnya dongkol. Kedinginan kenapa dicuekin?

“Mau nggak kalau aku beri kehangatan?” tanya Rama dengan sengaja menggodanya. Dia tersenyum tipis ingin melihat reaksi Aisyah yang pastinya akan salah paham.

“Ih, apaan sih! Pikirannya kok jorok banget!” Aisyah bergidik takut membayangkan. Dia berpikir Rama akan mengajaknya berbuat lebih.

“Jorok gimana maksudmu?”

“Itu barusan.”

“Barusan apa?”

“Ah! Jangan pura-pura lupa deh!”

“Soal apa?”

“Duh! Kamu tuh ya?”

Rama sudah tahu, dia hanya menggoda Aisyah. Dia tahu istrinya sangat kedinginan. Rama berjalan menuju kamar mengambil sesuatu.

“Nih pakai, biar anget.” Rama memberikan jaket tebalnya kepada Aisyah. Aisyah jadi salah tingkah. Dia salah menilai perkataan Rama. Masih canggung memakai, akhirnya Rama menutup tubuh bagian atas istrinya itu. Aisyah tidak menolak.

“Gimana? Masih dingin?”

Aisyah menggeleng. Rama bersorak dalam hati.

“Inilah yang ku maksud kehangatan itu. Untung aku bawa jaket ini. Karena di sini lumayan dingin hawanya. Habis itu ngapain, ya?” Rama berkata seorang diri, tidak ada respon dari lawan bicaranya. Dia masih kaku, tidak memahami sinyal-sinyal yang dikirimkan Rama.

“Ais, boleh tanya lagi?”

“Tanya aja.”

“Apa lagi tugas seorang istri selain melayani suaminya?”

Aisyah tidak bergeming. Lambat laun, dia sadar jika Rama tengah mengetesnya. “Sangat banyak.”

“Misalnya?”

“Ya banyak pokoknya. Aku nggak bisa nyebutin.”

Mereka main tebak-tebakan entah berapa lama. Akhirnya Rama mengantuk dan masuk ke kamar. Sedangkan Aisyah yang baru saja membersihkan muka begitu terkejut melihat Rama tidur di tengha-tengah ranjang.

“Duh, gimana ini? Uff! Bikin kesel aja!”

Rama pura-pura tidur dan tidak mendengar Aisyah. Sementara gadis itu jadi salah tingkah. Akhirnya dia memilih tidur di bawah beralaskan kasur lantai. Rama yang menyadari istrinya tidak ada disampingnya, akhirnya ikut tidur bersamanya tanpa diketahui Aisyah.

Azan subuh berkumandang. Membangunkan jiwa-jiwa yang masih terlelap dengan buai mimpi indah mereka. Aisyah mengerapkan matanya perlahan. Dia merasakan ada tangan seseorang memeluknya. Dan itu benar. Tangan kokoh Rama memeluknya. Mata Aisyah terbeliak. Dia mencoba melepasknaa tangan Rama dari tubuhnya. Tapi justru Rama mempererat pelukannya.

“Mau ke mana kamu.”

“Aku harus memasak dan membuatkanmu minum.”

“Tidak usah! Nanti aja. Temani aku dulu, jangan pergi.”

“Tapi … ,” Rama segera memotong ucapan Aisyah.

“Jangan membantah perintah suami! Temani aku dulu!” jawab Rama cuek. Dia mengeratkan pelukannya karena merasa kedinginan.

“Makanya jangan tidur di bawah! Tuh, kan, kedinginan.”

“Nggak masalah. Asal ada kamu bersamaku, aku nggak rasa dingin.”

“Dasar bayi besar! Manja!”

“Nggak apa-apa, kan, manja dengan istri.”

Aisyah kembali mencoba melepaskan tangan Rama. Dia harus bangun pagi menyiapkan makan untuk adik-adik suhnya. Akhirnya dia bisa melepaskan diri dari tangan suaminya dan menuju dapur.

1
Amin Srgfoo
jadi bibit pembinor si wildan
Irene Puspitasari
sangat menarik
Tuti Marlini
Aisyah SM Rama sweet trs ya ga prnh ad konflik2 kecil padahal itu bumbu2 rumah tangga loh
Astéria Omorfina: ada nanti kak. ini belum tak munculin aja.
total 1 replies
Tuti Marlini
makanya Fitri jangan cepat putus asa dr Rahmat Allah,skrng kamu sudah membuktikan sendiri kn bahwa kebahagiaan dan pertolongan Allah SWT itu datang d waktu yg tepat
Tuti Marlini: sama2 kak othor, terus berkarya ya kak aq suka cerita nya
Astéria Omorfina: Terima kasih Kak🙏🏻
total 2 replies
Iqlima Al Jazira
Masya Allah
Iqlima Al Jazira
Masya Allah..
sweet nya kebangetan thor🥰
Rama Daini Daini
Aisyah cerdas amat siih
Iqlima Al Jazira
sweet bgt sich😊
next thor
Astéria Omorfina: 🫡🫡🫡🫡siap kak
total 1 replies
Amin Srgfoo
bagus ceritanya
Astéria Omorfina: Terima kasih, Kak🥰🙏🏻
total 1 replies
Nor Aini
mungkin kh bapaknya aisyah
sri rahayu rahayu
Luar biasa
Astéria Omorfina: terima kasih, Kak. 🙏🏻
total 1 replies
☘☘☘yudingtis2me🍂🍋
Jleb banget plot twist-nya!
Katherine Caman
Bisa baca cerita berkualitas tanpa perlu keluar rumah, siapa sangka? 🙌
Astéria Omorfina: Terima kasih Kak🙏🏻
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!