Awal pertemuan dengan Muhammad Hazim Zaim membuat Haniyatul Qoriah hampir terkena serangan Hipertensi. Meski gadis itu selalu menghindar. Namun, malangnya takdir terus mempertemukan mereka. Sehingga kehidupan Haniyatul Qoriah sudah tidak setenang dulu lagi. Ada-ada saja tingkah Hazim Zaim yang membuat Haniyatul pusing tujuh keliling. Perkelahian terus tercetus diantara mereka mulai dari perkelahian kecil sehingga ke besar.
apakah kisah mereka akan berakhir dengan sebuah pertemanan setelah sekian lama kedua kubu berseteru?
Ataukah hubungan mereka terjalin lebih dari sekadar teman biasa dan musuh?
"Maukah kau menjadi bulanku?"
~Haniyatul Qoriah~
🚫dilarang menjiplak
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Haryani Latip, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cerita Puteri Duyung
Aku tidak ingin
Menjadi seperti buih di lautan
Meski aku tahu bersama mu
Adalah hal yang mustahil
☘️☘️☘️
Langkah kaki Zaim terhenti tepat di depan papan informasi. Nama siswa terurut dari nomor satu hingga nomor sepuluh terpampang jelas di hadapannya. Mata Zaim membulat ketika membaca nama yang tertulis sesudah angka satu.
"Kan, sudah aku bil---" ucapan Mukhlis terhenti ketika pandangannya terarah pada nama yang tertulis setelah angka satu. Suasana serta merta sunyi. Tiada suara keributan lagi. Sepertinya semua siswa terkejut melihat nama tersebut.
"Haniyatul Qariah," gumam Mukhlis. Ia menoleh kearah Zaim yang diam di tempat.
"Zaa," panggil Mukhlis.
Tapi Zaim tak juga menggubris panggilan dari sahabat baiknya ini. Ia masih terkejut karena selama empat tahun ia menduduki juara umum dengan nilai tertinggi. Mulai dari MTS hingga ke MA kelas sepuluh. Dan sekarang namanya digeser ke nomor dua.
"Zaa," panggil Mukhlis sekali lagi. Tapi kali ini ia menyentuh pundak Zaim.
Zaim menoleh kearah Mukhlis. Kedua sahabat itu saling bertukar pandang. Tak percaya.
"Aku sudah bilang, kamu terlalu memandang enteng terhadap Haniyatul," ujar Zaim.
Semua siswa mulai berbisik-bisik. Mereka juga tidak menduga sama sekali jika hari ini akan hadir, hari di mana si jenius bernama Zaim dikalahkan oleh Haniyatul.
"Han, kamu juara umum se-IPA," ucap Ainul kegirangan. Namun, tidak lama kemudian raut wajahnya berubah sedih. Ia tahu jika Haniyatul mendapat nilai tertinggi se-IPA berarti posisi Zaim digeser menjadi juara dua se-IPA. Ia bingung, apakah ia harus gembira atas prestasi temannya, sedangkan sepupunya dalam keadaan sedih.
Sorotan mata setiap siswi mengarah pada Haniyatul. Sebagian siswi menggelengkan kepalanya karena tak percaya dengan apa yang terjadi.
Sungguh Haniyatul tak menduga jika ia akan meraih juara umum se-IPA dengan nilai tertinggi. Padahal kemarin ia tertukar jawaban antara jawaban nomor sembilan dengan nomor delapan. Ia mengamati sekali lagi nilai yang tertulis diatas selembaran kertas yang dilekatkan pada papan informasi. Diatas lembaran kertas tersebut tertera nilai setiap mata-pelajaran. Mata Haniyatul terbelalak saat melihat pada tiga mata-pelajaran. ia memiliki nilai seratus pada mata-pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam, Fikih, serta Akidah, dan selebihnya bernilai sembilan puluh delapan.
"Monster, benar-benar keren," ucap para siswi seraya berbisik-bisik.
Semua orang menggelar Haniyatul dengan nama monster, bagaimana tidak. Gadis itu hampir mendapat nilai sempurna pada semua mata-pelajaran. Mereka tidak bisa membayangkan bagaimana gilanya gadis itu belajar selama ini.
"Selamat, Han," suara Zaim menyapa kuping telinga. Haniyatul pun secara kontan menoleh kearah Zaim. Dilihatnya barisan para siswi yang tadi membentuk seperti benteng kini membelah seperti laut merah.
"Makasih," jawab Haniyatul. Ia masih tak juga ingin melihat kearah Zaim. Bukan ia benci, hanya saja ia gugup dan tidak tega melihat wajah Zaim yang sedih.
"Santai-lah, Han, Ainul. Aku baik-baik saja, namanya juga hidup pasti ada rodanya. Kadang kita di atas begitu pun sebaliknya," ucap Zaim dengan raut wajah tenang.
"Aku tau, kamu berusaha keras selama ini. Ayo! Kita bersaing secara sehat, aku juga akan berusaha keras," ucap Zaim sembari tersenyum dan menyilangkan tangannya ke dada. Lalu beranjak pergi diikuti oleh Mukhlis yang sedang bertepuk tangan perlahan.
Wajah Haniyatul yang tadi menunduk kini mendongak, melihat kearah sosok laki-laki yang lebih tinggi darinya. Sungguh ia teramat kagum pada laki-laki itu. Sememangnya Zaim sering bersikap usil tapi, di satu sisi lelaki itu terkadang bersikap dewasa dalam menanggapi hal apapun. Ia tidak akan mencampurkan hal pribadi dengan masalah sekolah. Apalagi mencampur adukkan soal rangking dengan sikapnya terhadap Haniyatul yang memang baik sedari dulu.
Ainul merangkul bahu sahabatnya. " Kamu luar biasa, Han, aku bangga denganmu," ucap Ainul. Ia tersenyum manis pada sahabatnya itu.
Sementara Aydan, ia hanya berani memperhatikan dari jauh. Tidak berani mendekat apalagi menyapa Haniyatul walau hanya sekadar mengucapkan kata selamat.
***
Penyihir itu dengan senang hati membantunya dengan imbalan pertukaran ramuan ajaib dengan lidah suara Little Mermaid yang indah, karena Little Mermaid memiliki suara yang paling mempesona di dunia.
Sang penyihir mengingatkan Little Mermaid bahwa sekali dia menjadi manusia, dia tidak akan pernah bisa kembali menjadi duyung. Selain itu little mermaid bisa bertahan hidup sebagai manusia jika pangeran mencintainya dan menikah dengannya. namun jika pangeran menikahi wanita lain dan mencium wanita lain littel mermaid pun akan berakhir hidupnya dan akan hilang bagai buih gelombang mutiara di lautan.
Setelah dia setuju dengan peraturan dari penyihir laut, Little Mermaid berenang ke permukaan dekat istana pangeran dan meminum ramuannya. Dia ditemukan oleh pangeran. Dan jatuh cinta karena terpesona oleh kecantikan dan keanggunannya.
Walaupun Little Mermaid bisu, segera Little Mermaid menjadi teman favorit sang pangeran dan menemaninya di banyak acara jalan-jalannya karena Little Mermaid dapat menari dengan indah.
Hal buruk terjadi, pangeran ternyata harus dijodohkan oleh raja kepada putri dari kerajaan lain. pangeran berjanji pada Indiu (little mermaid) dan berkata bahwa dia bagaimanapun tetap mencintai putri duyung dan ingin bersamanya.
Ketika orang tua pangeran meminta putra mereka untuk menikahi putri kerajaan tetangga dalam perjodohan, pangeran mengatakan kepada Little Mermaid dia tidak akan menikah karena dia tidak mencintai sang putri.
Suatu ketika pangeran bertemu dengan putri yang dijodohkan padanya alangkah terkejutnya karena putri itu adalah wanita yang pertama ditemuinya di kuil saat dia terdampar, dan dia anggap sebagai penyelamatnya. Pangeran senang padanya dan dengan suka cita mau menikah dengan sang puteri.
Ternyata sang putri dari kerajaan tetangga adalah gadis kuil. Pangeran pun menyatakan cintanya padanya, dan pernikahan kerajaan diumumkan sekaligus. “Akulah yang menolongmu. Bukan gadis itu,” teriak little mermaid dalam hati. Pangeran dan puteri akan merayakan pernikahan mereka di kapal pernikahan.
Pupuslah harapan sang Little mermaid. Pangeran akan menikah dengan gadis lain. Padahal dia yang menolongnya. Bukan putri itu. Tapi dia tidak bisa mengatakannya karena suaranya telah ditukar dengan kakinya. Menyesal pun tidak ada gunanya. Dia akan mati.
kakak-kakak little mermaid tahu cerita sedih adiknya, merekapun ingin menyelamatkan adiknya, mereka
mengorbankan rambut keemasannya untuk mendapatkan pisau sihir dari sang penyihir. adiknya akan tetap hidup jika dia menusuk pangeran dan calon pengantinya sebelum terbitnya matahari.
Little mermaid mencoba menjalankan misinya namun dia tak tega begitu melihat pangeran dan tidak mau menusuk pangeran yang dicintainya itu.
Kemudian Little mermaid mencium pangeran, lalu menceburkan dirinya dan melempar pisau itu ke lautan sambil memandang tenda kapal pernikahan sang pangeran untuk yang terakhir kalinya. Seketika itu juga tubuhnya berubah menjadi buih gelembung bagai mutiara seiring dengan terbitnya matahari.
Sang pangeran baru mengetahui kebenaran sesungguhnya setelah Indiu (little mermaid) berubah menjadi buih gelembung. Sang pangeran hanya mampu berdiri terpaku menatap buih gelembung warna-warni mutiara yang beterbangan menuju syurga.
Aydan menutup buku cerita dongeng karya Hans Cristian Andersen yang dibelinya beberapa hari lalu bersama Haniyatul.
Kenapa berakhir sedih? Batin Aydan.
"Mengapa gadis itu menyukai ending cerita yang seperti ini? Padahal sad ending," gumam Aydan. Aydan menyentuh kepalanya dengan tangan kanannya. Peristiwa beberapa bulan yang lalu kembali terbayang di pikirannya, ketika ia secara tidak sengaja mendengar percakapan Haniyatul dan Ainul saat sedang berada di bibir pantai.
"Assalamualaikum, Han," ulangnya lagi.
"Kamu suka gantungan kunci ini?" ucap Aydan. Seakan ada Haniyatul di sebelahnya.
Ia menghela napas sekali lagi. Entah mengapa sulit sekali ia mengajak gadis itu bicara.
"Ainul, kira-kira, malam-malam begini ada ikan duyung tidak?" tanya Haniyatul pada sahabatnya. Kedua gadis itu berjalan melewati Aydan yang sedang duduk diatas batu.
"Kamu masih percaya dengan cerita dongeng begitu?" sahut Ainul. Ia tertawa di akhir ucapannya.
"Percaya! Tidak ada yang mustahil bukan," ucap Haniyatul dengan yakin.
Aydan menghela napas panjang. Membuyarkan lamunannya tentang gadis yang diam-diam ia kagumi. Lalu beranjak ke atas kasur. Tubuhnya dibaringkan secara sembarangan. Melihat langit-langit kamarnya yang berwarna putih dengan lampu sebagai penerang. Ia masih memikirkan tentang akhir dari cerita dongeng Puteri duyung yang di bacanya tadi.
Angin bertiup, tidak kencang namun, tidak juga perlahan. Angin itu bertiup seiring dengan desiran hati. Hati yang mencintai dalam diam.
Coba saja rasa ini tidak datang terlambat. Apa yang akan ku lakukan? Mengatakannya juga tidak mungkin. Dan pada akhirnya aku tetap akan memutuskan untuk diam.
Zaim menutup buku cerita dongeng Puteri duyung setelah membaca ending cerita yang mengharukan. Ia membeli buku cerita dongeng tersebut setelah mengetahui bahwa Haniyatul menyukai cerita dongeng Puteri duyung.
Menurutnya menjadi gelembung di lautan karena tidak di cintai sungguh nasib yang malang. Andai bisa memilih, sepertinya menjadi gelembung di lautan bukanlah pilihan yang buruk. Daripada harus melihat secara langsung orang yang di cintai dimiliki oleh orang lain. Tapi, jika ia berada di posisi Puteri duyung. Zaim tidak ingin menjadi gelembung di lautan. Ia ingin menjadi senja. Walau hadirnya sesaat tapi ia ingin selalu ada buat Haniyatul.
Ah, memikirkan gadis itu saja sudah membuat hati Zaim berdesir hebat. Tidak ingin meladeni hatinya yang terus bergemuruh, ia pun bangkit untuk mengambil wudhu dan melaksanakan shalat Sunnah.
________________to be continued______________
but Honey hehehe gak sayang juga sih tapi madu hahahahaha 🤣✌️
mmm...jdi pengen dipeduliin 🙈