Sekuel dari novel Cintaku Dari Zaman Kuno
Azzura hidup dalam kemewahan yang tak terhingga. Ia adalah putri dari keluarga Azlan, keluarga terkaya dan paling berpengaruh di negara Elarion. Namun, dunia tidak tahu siapa dia sebenarnya. Azzura menyamar sebagai gadis cupu dan sederhana semua demi kekasihnya, Kenzo.
Namun, tepat saat perkemahan kampus tak sengaja Azzura menemukan sang kekasih berselingkuh karena keputusasaan Azzura berlari ke hutan tak tentu arah. Hingga, mengantarkannya ke seorang pria tampan yang terluka, yang memiliki banyak misteri yaitu Xavier.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yulianti Azis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan Para Alpha
Langit mulai meredup ketika mobil sport Xavier berhenti di depan sebuah mansion megah yang terletak di dekat pesisir pantai. Debur ombak terdengar samar di kejauhan, menciptakan kesan misterius yang menggantung di udara.
Azzura menatap bangunan besar itu dari balik kaca mobil. Alisnya mengerut pelan. "Perasaan ini bukan rumah kamu, deh?" tanyanya, nada suaranya penuh curiga.
Xavier meliriknya sejenak lalu tersenyum tipis. "Memang bukan. Kita sedang berada di rumah seorang teman lama."
Jawaban itu tidak banyak membantu. Tapi Azzura hanya mengangguk, walau di dalam hati mulai merasa ada yang janggal. Begitu mereka turun dari mobil, hawa di sekitar berubah. Ada aura dingin yang tidak bisa dijelaskan, menekan, seperti tatapan liar dari makhluk yang bukan manusia.
Dan benar saja, beberapa pria berbadan besar berdiri di sekitar mansion, mengenakan pakaian gelap. Tatapan mereka tajam, gerakan tubuhnya tenang namun waspada. Aura mereka berbeda. Bukan seperti pengawal biasa.
Mereka bukan manusia biasa? Pikir Azzura.
Tapi Azzura mencoba menepis pikirannya, tapi naluri instingnya berteriak. Ia melirik Xavier, namun pria itu tetap tenang, bahkan meremas lembut tangan Azzura seolah berkata, “Jangan takut.”
Di depan pintu masuk, sudah berdiri beberapa orang. Salah satunya adalah Alex pria muda berwajah serius yang sudah beberapa kali Azzura lihat bersama Xavier. Kali ini, Alex mengenakan pakaian formal dan berdiri bersama beberapa pria dan wanita lain yang Azzura pernah lihat meski hanya sekali.
Ketika pandangan mereka bertemu, Azzura bisa merasakan tatapan mereka menusuk, penuh penilaian, bahkan meremehkan sama seperti dulu.
Tidak ada senyuman, hanya keheningan. Hanya Alex yang menatapnya penuh hormat.
Xavier terlihat tetap tenang. Dengan posisi tubuh melindungi Azzura, ia menggenggam tangan gadis itu erat dan berjalan masuk, melewati barisan orang-orang itu tanpa berkata sepatah kata pun.
Begitu memasuki aula utama mansion, suasana menjadi lebih tegang. Di dalam, tampak lima kelompok duduk membentuk setengah lingkaran. Di setiap kelompok ada seorang pria berwibawa dan seorang wanita di sisinya.
Para Alpha dan Luna mereka.
Azzura bahkan tak sempat bertanya, saat seluruh perhatian ruangan itu tertuju padanya.
Salah satu pria berambut pirang dengan mata keperakan berdiri dari duduknya. Wajahnya menampilkan senyum sinis yang tak bisa disembunyikan. Ia menatap Azzura dari ujung kaki sampai kepala, lalu memutar pandangannya ke Xavier.
"Jadi ini ... Luna dari seorang Xavier?" tanyanya, nadanya mengejek, seolah tidak percaya. Pria itu bernama Joe.
Beberapa orang di ruangan tertawa kecil, tidak menyembunyikan cibiran mereka.
"Manusia?" gumam salah satu Luna lain dengan tatapan jijik. "Apa kau serius, Tuan Xavier? Apa kau tidak punya pilihan lain di antara para betina serigala?"
Betina serigala? Pikir Azzura.
Azzura menegang, merasakan ketidaknyamanan yang semakin menyesakkan dada. Ia melirik Xavier meminta penjelasan namun pria itu tetap tenang.
Xavier hanya meraih pinggang Azzura dan menariknya lebih dekat, membuat seluruh hadirin terdiam sesaat.
Tatapan Xavier menyapu seluruh ruangan, dingin dan tajam. "Ya. Dia Luna-ku. Ada masalah?"
Salah satu Alpha, pria berkulit sawo matang dengan bekas luka di lehernya tertawa pelan. "Masalah? Tidak. Hanya ... menarik. Kau selalu mengejutkan kami, Tuan Xavier."
Azzura membeku. Matanya bergeser ke arah Xavier. "Xavier," bisiknya pelan. "Luna? Maksudnya apa—"
Sebelum ia menyelesaikan pertanyaannya, Xavier meraih dagunya dengan lembut dan menunduk. “Nanti kita bicara, Zura. Sekarang tenang saja.”
Alex maju dan memberi isyarat pada salah satu pelayan. "Siapkan kursi untuk Alpha Xavier dan Luna-nya."
Suasana perlahan mereda, tapi rasa asing yang menusuk kuat di dada Azzura. Azzura tidak tahu sama sekali jika dia berada di tengah para manusia serigala.
Pertemuan resmi itu berlangsung dalam ruangan utama mansion, yang dikelilingi dinding batu kokoh dan lambang-lambang kuno dari lima kawanan manusia serigala berbeda.
Para Alpha duduk mengelilingi meja bundar, dengan para Luna di sisi mereka. Hanya Azzura yang duduk sedikit lebih tegak, tak nyaman, karena sejak tadi ia hanya bisa diam mendengarkan.
“Portal antar dimensi mulai terbuka lebih sering,” ujar Alpha dari wilayah Timur, pria bertubuh besar dengan sorot mata gelap. “Dan itu bukan kebetulan. Para vampir dari sisi lain semakin aktif.”
“Benar,” sahut Joe sang Alpha pirang yang tadi mengejek Azzura. “Kami menangkap satu dari mereka. Dia bilang sesuatu tentang ‘Raja Baru’ yang bangkit. Mereka mengincar darah keturunan asli.”
Xavier mendengarkan dengan tenang, tangan kirinya tetap menggenggam jemari Azzura di bawah meja. Azzura sendiri mencoba menyimak, meski semua terdengar seperti dongeng gelap yang tidak masuk akal.
Portal? Dimensi? Vampir?
'Apa ini dunia lain?' pikir Azzura lagi.
Azzura menahan gelisahnya. Ia sadar ada yang disembunyikan Xavier. Tapi ia tak ingin panik apalagi di depan semua makhluk ini.
Satu jam kemudian, pertemuan akhirnya usai. Para Alpha mulai bangkit dari kursi mereka, berbincang santai dengan tuan rumah. Beberapa Luna saling bertukar sapa, tapi tak sedikit pula yang sengaja menyindir Azzura secara halus.
“Aku suka gelangmu, manusia,” bisik salah satu Luna sambil tersenyum palsu. “Lucu ya ... manusia biasa bisa duduk di tengah para Alpha.”
“Berani juga Xavier,” sahut Luna lainnya dengan tawa kecil. “Mengambil risiko membawa ‘makanan’ ke dalam kandang serigala. Manusia lemah.”
Azzura tak menggubris. Ia tersenyum tipis saja. Namun, jantungnya mulai terasa berat. Ada aura ganjil yang mengendap di udara. Seperti sesuatu yang salah.
Dan benar saja, tiba-tiba tanpa mereka duga.
Groaaarrrhh!
Salah satu pengawal dari Alpha Wilayah Selatan menggeram keras, tubuhnya berubah cepat di depan semua orang. Bulu-bulu hitam menyembur dari kulitnya, cakarnya memanjang, matanya merah darah. Dalam satu detik, ia sudah menjelma menjadi serigala buas.
Semua orang terpaku. Para Luna bahkan belum sempat bereaksi ketika serigala itu melompat ke arah mereka.
“Awas!” teriak seseorang.
Tapi yang terjadi berikutnya begitu cepat.
Azzura berdiri, seolah digerakkan oleh naluri. Mata hijaunya nya tajam, tak ragu.
Tanpa pikir panjang, ia meraih pedang perak yang tergeletak di belakang kursi Joe, Alpha yang tadi mengejeknya. Dalam satu gerakan cepat dan tepat, Azzura menebaskan pedang itu ke l*her sang serigala yang tengah melayang di udara.
Crasshhh!
Suara tebasan memecah udara. Darah muncrat, menciprat ke lantai dan beberapa kursi. Tubuh serigala itu terjatuh ke lantai dengan suara berat, mati dalam sekejap.
Seluruh ruangan sunyi.
Beberapa Luna menutup mulut merasa ngeri. Para Alpha berdiri kaku, bahkan Joe sendiri hanya bisa menatap Azzura dengan wajah pucat.
Azzura menatap ke arah jasad itu, lalu perlahan menoleh pada Joe. Dengan wajah datar, ia mengulurkan pedangnya kembali.
“Ini punyamu, kan?” katanya ringan.
Joe tak langsung mengambilnya. Matanya masih terbelalak, tak percaya.
Azzura menatapnya datar. “Katanya manusia itu lemah?”
Joe akhirnya mengambil pedangnya dengan kaku, masih belum bisa berkata-kata.
Xavier datang menghampiri, berdiri di samping Azzura. Sorot matanya penuh kebanggaan.
“Luna-ku,” ucap Xavier tegas, menatap semua yang ada di ruangan. “Jangan pernah remehkan dia lagi.”
Tak ada yang berani membantah.
Azzura menatap sekeliling ruangan yang sebelumnya ramai oleh ejekan, kini dipenuhi tatapan terkejut dan hormat yang enggan mereka akui. Lalu ia membalikkan badan dan berjalan pergi tanpa berkata apa-apa.
Xavier mengikutinya.
Mereka hanya diam membisu, mata mereka mengikuti langkah Azzura dan Xavier yang keluar. Baru kali ini mereka merasa tertampar, manusia yang kira mereka lemah, ternyata justru melindungi mereka dari serangan mata-mata.
Kenzo anak vampir..?? apa Stela pernah berhubungan ama Vampir..?? 🙄🙄🤔🤔
ini ada misteri apa ini kok bisa kenzo anak si vampir🤔