"Jangan paksa Humaira Mi... Aku itu Humaira, Humaira bukan Kak Asyifa yang bisa tahan menutup diri pakai jilbab."
Seluruh keluarganya selalu memaksanya menjadi seperti kakaknya yang muslimah namun Humaira merasa belum siap dan sikapnya tidak pantas untuk di jilbapin.
Akankah Humaira menemukan jati dirinya????
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shakila kanza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pagi hari
Waktu berjalan begitu cepat hingga tak terasa waktu bersantai dan libur kuliah karena lebaran sudah usai, saatnya bagi semua mahasiswa masuk seperti biasa. Seperti pagi ini Humaira dan Bang Ashraf tengah bersiap-siap menuju kampus. Bang Ashraf hari ini ada bimbingan skripsi sedangkan Humaira masuk seperti biasa.
"Yang... Ayuk Buruan..." Bang Ashraf sudah rapi menunggu Humaira yang masih sibuk memasukan buku-bukunya.
"Duluan aja Bang... Mobil Abang kan ada... Humay naik motor..."Kata Humaira.
"Ckkk masa udah nikah sama belum nikah masih sendiri-sendiri sih Yang..." Kata Bang Ashraf.
"Pokoknya di kampus Humaira tidak mau ketahuan udah nikah ya... Humaira tidak siap... Sebelum ada resepsi pernikahan..."Kata Humaira lalu memakai tas ranselnya.
"Ya udah Minggu ini kita adain resepsinya..." Kata Bang Ashraf semangat.
"Boleh... Asal Semua biaya Bang Ashraf yang nanggung bukan orang tua kita... " Kata Humaira.
"Kemarin Bang Ash ngebet pengen nikahin Humay kan... Nah tanggung jawab semua kebutuhan Humay... Semuanya sudah pindah ke pundak Bang Ashraf... So... Hari ini Humay minta Uang jajan..." Kata Humaira membuat Bang Ashraf menelan ludahnya kasar, kata-kata Humaira seperti tamparan untuk dirinya, nyatanya tabungannya habis untuk mahar dan dia juga belum benar-benar mandiri.
"Ok... Abang akan cari kerja dari sekarang... Kalau gitu pulang kuliah kita pindah dari rumah ini... Kita udah tidak boleh numpang ke orang tua kan..." Kata Bang Ashraf membalas kata-kata Humaira membuat Humaira kicep di buatnya.
Sebenarnya alasan tanggung jawab hanya cara Humaira agar dirinya belum di akui ke publik saja, karena dirinya belum siap menikah sesungguhnya. Namun jika harus pindah dan hidup berdua saja tentu dirinya benar-benar akan menjadi istri sungguhan dan itu terasa menakutkan.
"Sok sok an... Mau pindah kemana?? Rumah kontrakan?? Kosan? Atau apartemen???" Kata Humaira setengah menantang pada Bang Ashraf tentu orang kaya seperti Bang Ashraf tidak akan sanggup hidup menderita pikir Humaira yakin.
Bang Ashraf terdiam tidak mau memberi jawaban yang tidak pasti untuk Humaira namun dirinya yakin setelah dirinya menemui Papanya dirinya bisa menjawab dengan pasti. "Nanti deh pulang kita cari jalan keluar bareng... Ya udah kalau ndak mau bareng Abang...Abang duluan ya..." Kata Bang Ashraf memberikan tanganya pada istrinya itu.
Humaira justru bingung dengan maksud Bang Ashraf memberikan tanganya, "Apa Bang??? Masa Abang yang minta jajan ke Humaira sih??" Tanggap Humaira.
"Salim Sayang... Belajar hormat pada suami..." Kata Bang Ashraf masih memberikan tangannya, membuat Humaira merasa gugup lalu mengambil tangan Bang Ashraf, di salimi dan kemudian di cium dengan keningnya.
Bang Ashraf tersenyum lalu maju ke arah Humaira membelai rambut panjang Humaira yang belum di kuncir. " Masya Allah... istri Shalihah... Makin shalihah lagi kalau rambut indah ini cukup Abang yang lihat..." Puji Bang Ashraf membuat pipi Humaira memerah lalu menunduk.
"Astaga... Bisa jantungan gini ya rasanya..." Batin Humaira masih menundukkan kepalanya karena malu.
Cup
Kecupan di kening, " Biar makin dekat hati kita Yang, salam perpisahan karena kamu ingin kita berangkat sendiri-sendiri kan... Ya udah Kamu hati-hati ya... Abang berangkat dulu... Assalamualaikum sayangnya Bang Ash..." Kata Bang Ashraf lalu tersenyum.
Sementara Humaira masih membeku di tempatnya, sungguh dia belum siap bila harus seperti ini setiap paginya, Kemarin-kemarin Bang Ashraf belum berani, dan sekarang sudah semakin berani mengecup dirinya tanpa malu, sementara jantung perawannya masih belum terbiasa menerima sentuhan itu.
***
Di dalam mobil Bang Ashraf, merenung rasanya menggebu-gebu dirinya saat ingin menghalalkan orang yang dia cintai itu tidak cukup berhenti sampai kata sah. Ada rentetan tanggung jawab yang harus di embannya. Apa yang di ucap Humaira pagi tadi masih terngiang di telinganya, rasanya memang benar dirinya tidak bisa memberikan apapun setelah tabungannya habis, juga tanpa meminta bantuan orang tuanya.
Bang Ashraf menarik nafas sedikit frustasi, menunggu waktu dirinya benar-benar sudah bisa mandiri itu butuh waktu berapa lama, itu artinya pengakuan bahwa Humaira adalah istrinya kepada orang-orang akan semakin panjang waktunya.
Bang Ashraf mengacak rambutnya lalu mengusap wajahnya kasar, memikirkan cara apa yang cepat agar dapat uang puluhan juta, tanpa harus merepotkan orang tuanya. Lalu tempat tinggal yang pas di kantongnya apa, sepertinya memang cuman kosan yang mampu dia dapat dengan sisa tabungan minimnya. Tapi apa Humaira mau tinggal di kosan yang sempit, masa iya menikah dengannya bukan mendapat bahagia justru menambah penderitaan saja.
Setelah melalang buana di dalam pikiran tanpa terasa Bang Ashraf sampai di kampus, Bang Ashraf turun dari mobilnya lalu menuju menuju kampus, menyusuri lorong panjang dan melangkah ke arah ruangan dosen pembimbingnya. Bang Ashraf mendadak ingin segera selesai skripsinya lalu selesai masa kuliahnya, dirinya ingin segera terjun ke perusahaan Papanya agar bisa mendapat gaji yang besar, lalu dirinya bisa menjadi kepala keluarga yang bertanggung jawab.
Setelah sampai di depan ruangan dosen pembimbingnya, Bang Ashraf melakukan pembimbingan dan Alhamdulillah skripsinya di nyatakan bagus, Dosen meminta Bang Ashraf agar segera mendaftar ujian pendadaran, Bang Ashraf merasa amat senang, senyum di wajahnya terpancar. "Tinggal 2 langkah lagi..." Kata Bang Ashraf dalam hati.
"Tunggu pembuktian Aku ya Sayang... Kamu akan benar-benar menjadi istri Bang Ashraf seutuhnya..." Kata Bang Ashraf tersenyum lebih semangat.
Setelah melakukan bimbingan Bang Ashraf melangkah kembali ke tempat mobilnya terparkir, lalu dirinya masuk ke mobilnya dan ingin pulang menemui Papanya, agar dirinya di ijinkan untuk magang di perusahaannya, agar dirinya juga mendapat penghasilan selain dari bisnis onlinenya.
***
masa iya kamu adnan yg basicnya org baik² dan pinter nggak instrokpeksi diri. ayo semangat berjuang utk move on🥰
makin penasaran aja..
cerita bagus.
makin penasaran
coba baca deh
itu lho hatimu dibuka dikit...ada yg mengharap cintamu...
semangat kak ...